c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

28 Mei 2025

20:19 WIB

Bukan Lagi Tesla, BYD Jadi Perusahaan Otomotif Terbaik 2025

Unggulnya BYD membuat posisi merek-merek otomotif legendaris seperti Ford, General Motors, Toyota, hingga Mercedez kian terpuruk. Hyundai, merek besar Korea Selatan, bahkan tak masuk 10 besar.

Penulis: Arief Tirtana

Editor: Andesta Herli Wijaya

<p dir="ltr" id="isPasted">Bukan Lagi Tesla, BYD Jadi Perusahaan Otomotif Terbaik 2025</p>
<p dir="ltr" id="isPasted">Bukan Lagi Tesla, BYD Jadi Perusahaan Otomotif Terbaik 2025</p>

Model berdiri di samping mobil listrik BYD Seal yang dipamerkan dalam Indonesian International Motor Show (IIMS) 2024 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (22/2/2024). Sumber: AntaraFoto/Aditya Pradana Putra.

JAKARTA - The International Institute of Management and Development (IMD) kembali merilis laporan tahunan Indikator Kesiapan Masa Depan di industri otomotif tahun 2025 ini, atau IMD Future Readiness Indicator (FRI) Automotive 2025. Laporan ini menyatakan bahwa perusahaan otomotif China, BYD, sukses melampaui peringkat teratas tahun lalu, Tesla sebagai perusahaan otomotif terbaik.

Dalam laporannya, IMD menggunakan indikator peringkat berdasarkan tingkat inovasi yang dilakukan perusahaan otomotif untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Baik itu dari segi teknologi, maupun strategi bisnis yang mereka lakukan.

Tahun lalu, Tesla menjadi yang teratas diikuti sejumlah merek otomotif asal China. Namun di tahun ini, posisinya tergusur, seperti halnya sejumlah merek lainnya yang juga harus terdepak dari lima besar oleh perusahaan asal China.

"Posisi Tesla yang tak tergoyahkan sejak 2019, akhirnya tumbang disalip BYD," kata Profesor Manajemen dan Inovasi serta Direktur Pusat Kesiapan Masa Depan IMD, Howard Yu.

Posisi nomor satu Tesla kini diambil alih oleh BYD yang mendapatkan skor 100. Sementara Tesla mesti puas dengan peringkat kedua dengan skor 98.1.

Di bawah Tesla, ada dua produsen mobil listrik China lain yang mengekor. Geely (82) di peringkat tiga dan Li Auto (56.1) di posisi keempat. Keduanya berhasil mendepak VW dan Stellantis dari peringkat lima besar.

Makin mendominasinya merek otomotif asal China tersebut juga membuat posisi merek yang sudah punya sejarah panjang di industri otomotif dunia, seperti Ford, General Motors, Toyota, hingga Mercedez kian terpuruk. Termasuk Hyundai yang bahkan tidak masuk 10 besar.

Dalam keterangannya IMD mengungkapkan bahwa keberhasilan sejumlah perusahaan mobil listrik asal China itu menempati peringkat sepuluh besar, didorong oleh berbagai perubahan drastis yang mereka lakukan.

BYD misalnya, melakukan upaya ekspansi teknologi dan pabrik secara besar-besaran. Sementara Li Auto, Geely, dan XPeng bertumbuh sangat cepat, sehingga memberi tekanan besar bagi peta persaingan industri otomotif.

Perluasan produksi dan berbagai inovasi yang dilakukan BYD, Geely, Li Auto, dan XPeng, terbukti membuat brand-brand tersebut sukses menarik minat konsumen. Hal ini tentu  berdampak langsung pada pertumbuhan pendapatan ketiga perusahaan, sehingga ketiganya berhasil menggeser para senior produsen mobil Eropa dan Jepang.

IMD juga mengungkapkan, bahwa sukses brand asal China tahun ini tak lepas dari pendekatan mereka yang cukup berbeda dari para pemain lama atau metode tradisional. Di mana cara mereka mengembangkan mobil listriknya lebih mengutamakan desain mobil berdasarkan pengembangan software dan integrasi digital. Sementara pemain lama biasanya terlalu menitikberatkan pada sisi hardware.

Karena itu, brand asal China umumnya tak perlu melakukan recall ketika mobil perlu melakukan kalibrasi kendaraan. Perbaikan suspensi hingga fitur keamanan, bisa dilakukan hanya dengan melakukan update software saja. Hal ini tentu menekan biaya produsen dan terasa lebih nyaman bagi konsumen ketimbang cara konvensional.

Dalam hal pemasaran, brand asal China juga unggul lewat upaya digitalisasi yang mereka lakukan. Dengan digital tracking system, pengiriman bisa dilacak dengan lebih presisi dan transparan. Sehingga akhirnya mempengaruhi bagaimana mereka mengawasi dan mengamankan rantai pasokan dan distribusi dengan maksimal.

"Meskipun kendaraan listrik memerlukan komponen canggih seperti baterai dan semikonduktor, namun mereka mendapat keuntungan dari rantai pasokan yang lebih fleksibel. Sementara itu, kompleksitas rantai pasokan produsen mobil tradisional lebih rumit," jelas Yu.

Keunggulan lainnya, pabrikan mobil China juga piawai membuat perbaikan dan penyesuaian dalam waktu singkat. Misalnya bisa meluncurkan model baru atau pembaruan software dengan kecepatan yang sulit disaingi oleh produsen mobil Barat.

Saat pabrikan Barat mungkin perlu 5-7 tahun untuk membuat mobil generasi baru. Sementara produsen mobil China seperti Li Auto, bisa meluncurkan mobil baru setengah dari waktu yang dibutuhkan pabrikan Barat imbas dari sistem organisasi yang lincah seperti startup.

Selanjutnya, perusahaan China juga aktif melakukan pembaruan (upgrade) software yang bisa setiap tahun dilakukan di beberapa lini model EV-SUV mereka. Dan terakhir brand China juga terbukti gesit dalam menangkap kebutuhan pasar.

Saat permintaan mobil listrik meningkat, pabrikan China mengakali dengan segera meningkatkan produksi untuk model-model entry-level terlebih dulu agar bisa mencuri start dan mengambil konsumen ketika lawan-lawan mereka masih sibuk memperbesar dan merombak pabrik.

Baca juga: Mobil Terbang Jadi Proyeksi Masa Depan Di Shanghai Auto Show 2025

Di saat merek asal China melakukan sejumlah hal tersebut. Sebaliknya, para pemain otomotif lama justru menghadapi krisis ganda. Pertama terkait turunnya keuntungan mereka di China, yang dipengaruhi dari munculnya banyak brand China itu sendiri. Padahal sebelumnya kawasan itu merupakan pasar kunci dari banyak brand otomotif asal Barat untuk pertumbuhan mereka.

Masalah kedua, mereka tak sanggup untuk membiayai riset dan pengembangan mobil listrik yang butuh pendanaan besar. Volkswagen misalnya, meski perusahaan ini didapuk sebagai pemain tradisional yang punya kesiapan masa depan paling baik, namun mereka menghadapi kesulitan akibat pendapatan yang terus menurun (kapitalisasi pasar -7.4% CAGR) dan ketergantungan mereka dengan model yang terlalu hardware-centric.

Di tengah kenyataan ini, menurut Yu, para brand pemain lama di industri otomotif global harus bisa mengubah strategi mereka. Minimal harus bisa mengikuti tren industri otomotif yang kini membuat mobil sebagai "komputer berjalan".

Hal ini semakin perlu, karena diyakini Yu, dengan nama besar yang sudah dikenal luas konsumen, para pemain lama ini memiliki keuntungan dalam hal kepercayaan. Sementara para pemain masa kini dari China dan Tesla saat ini masih terkonsentrasi di beberapa negara tertentu saja.

Berikut peringkat 10 besar produsen otomotif yang paling inovatif menurut IMD Future Readiness Indicator (FRI) 2025;

1. BYD (100)

2. Tesla (98.1)

3. Geely (82)

4. Li Auto (56.1)

5. Kia (49.3)

6. Volkswagen (48.8)

7. Toyota (48.7)

8. Xpeng (48.3)

9. General Motors (47.2)

10. Ford (43.1)


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar