c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

04 Juni 2025

19:33 WIB

Bukan Cuma Cokelat, Konsumsi Keju Juga Bisa Bangkitkan Hormon Bahagia

Mengonsumsi keju juga punya manfaat untuk memengaruhi suasana hati. Bakteri yang ada di dalamnya bisa menstimulus otak mengeluarkan hormon  yang membuat seseorang menjadi bahagia. 

Editor: Satrio Wicaksono

<p>Bukan Cuma Cokelat, Konsumsi Keju Juga Bisa Bangkitkan Hormon Bahagia</p>
<p>Bukan Cuma Cokelat, Konsumsi Keju Juga Bisa Bangkitkan Hormon Bahagia</p>

 Ilustrasi seorang membawa keju. Freepik

JAKARTA - Selama ini banyak orang tahu kalau mengonsumsi cokelat bisa membantu seseorang membangkitkan hormon bahagia. Tapi ternyata bukan hanya cokelat, konsumsi keju juga bisa menstimulasi otak mengeluarkan dopamin.

Hal itu diungkapkan oleh Ketua Pengurus Pusat Asosiasi Ahli Gizi Olahraga Indonesia (ISNA) Periode 2018-2024, Dr. Rita Ramayulis. Menurutnya, jumlah keju yang dikonsumsi memiliki hubungan kuat dengan kondisi kesehatan mental seseorang.

"Konsumsi keju berhubungan dengan kesehatan mental. Kenapa bisa? Jawabannya adalah yang pertama pada keju itu ditemukan ada bakteri asam laktat," kata dia, seperti dikutip dari Antara, Rabu (4/6).

Dijelaskan, kehadiran bakteri asam laktat dengan spesies Lactobacillus itu ditujukan untuk meningkatkan cita rasa dari proses pembuatan keju. Apabila keju tidak dipanaskan sebelum dikonsumsi dan langsung disantap sebagai camilan, maka bakteri itu akan langsung diterima dengan baik oleh saluran pencernaan.

Ia menyebut, organ pencernaan adalah otak kedua manusia. Kehadiran bakteri itu akan membuka komunikasi homeostatik dua arah yang melibatkan jalur persyarafan otak. Komunikasi itu akan memodulasi perasaan, kognitif dan emosi.

Bakteri akan menstimulasi otak untuk mengeluarkan hormon yang membuat seseorang merasa bahagia. Selain itu, keju juga mengandung protein tinggi yang kebanyakan berjenis tirosin dan peptida bioaktif yang dapat meningkatkan produksi hormon dopamin.

Secara singkat ia menggambarkan kalau kebanyakan orang memancing hormon dopamin melalui makanan dan minuman manis. Sejak usia 10 tahun orang Indonesia sudah mengonsumsi makanan dan minuman manis lebih dari dua kali per hari.

Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, anak usia 10-14 tahun yang mengonsumsi gula, sirup, konfeksioneri dan olahannya mencapai 42,90%.

Kondisi tersebut sangat disayangkan karena dapat menyebabkan orang-orang terkena penyakit seperti diabetes maupun obesitas. Orang Indonesia, katanya, juga gemar menggoreng bahan makanan yang mengandung lemak seperti keju.

"Tidak semua lemak itu jahat, lemak itu banyak yang baik, cuma kita dapatnya jahat karena kita hobi makan gorengan. Lemak sebaik apapun kalau sudah digoreng pasti jadi jahat," kata Dr. Rita.

Padahal keju mengandung lemak linoleat yang berperan penting pada kemampuan kognitif, persyarafan otak untuk mengontrol emosi dan bekerja dengan baik.

"Kalau ada camilan praktis yang bisa menggantikan itu, maka tentu kita dukung, kita apresiasi untuk bisa meminimalkan efek penyakit yang akan muncul," ujarnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar