c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

25 September 2024

18:11 WIB

Budidaya Salak Bali Ditetapkan Jadi Warisan Pertanian Dunia

Budidaya salak di Karangasem, Bali ditetapkan sebagai warisan pertanian dunia oleh Badan Pangan Dunia (FAO). Tak sebatas bagian dari upaya ketahanan pangan, ada nilai sejarah dan budaya di dalamnya. 

Penulis: Siti Nur Arifa

Editor: Satrio Wicaksono

<p id="isPasted">Budidaya Salak Bali Ditetapkan Jadi Warisan Pertanian Dunia</p>
<p id="isPasted">Budidaya Salak Bali Ditetapkan Jadi Warisan Pertanian Dunia</p>
Petani saat memanen salak di perkebunan Karangasem, Bali. Shutterstock/Rachmat Bali

JAKARTA - Selain menjadi destinasi wisata eksotis, Bali nyatanya juga memiliki keunggulan dalam ekowisata pertanian yang berperan dalam kelestarian dan keberlanjutan pangan, salah satunya budidaya salak. Berlokasi di Karangasem, menariknya budidaya salak ini mengadopsi sistem agroforestri.

Agroforestri yang juga dikenal dengan istilah wanatani, merupakan pengelolaan sumber daya yang memadukan kegiatan pengelolaan hutan dengan tanaman semusim dan beberapa jenis tanaman pertanian. Tujuannya, selain mengatasi alih fungsi lahan juga mendukung ketahanan pangan.

Kabar baiknya, sistem pertanian ini, membuat budidaya salak yang terdapat di dalamnya, ditetapkan sebagai warisan pertanian dunia oleh Badan Pangan Dunia PBB (Food and Agriculture Organization of the United Nations/FAO). Setelah sebelumnya disahkan lewat pertemuan Kelompok Penasehat Ilmiah dari organisasi Sistem Warisan Pertanian Penting Global atau Globally Important Agricultural Heritage Systems (GIAHS), pada 19 September kemarin.

Mengutip laman resmi FAO, dijelaskan bahwa lokasi budidaya salak di Bali dipilih lantaran memiliki signifikansi global yang menunjukkan ketahanan pangan dan mata pencaharian, agrobiodiversitas, sistem dan praktik pengetahuan yang berkelanjutan. Selain itu, mempertahankan nilai-nilai sosial dan warisan budaya, serta lanskap yang luar biasa.

Meski dinilai sebagai kawasan terkering di Bali, penggabungan sistem wanatani dengan pengelolaan air subak berhasil menjadikan Karangasem sebagai lokasi yang berhasil meningkatkan ketahanan pangan dari tantangan perubahan iklim. 

Mengenal Budidaya Salak di Karangasem
Cara tersebut terbukti berhasil meningkatkan agrobiodiversitas dengan mempertahankan topografi yang ada, membantu menghindari erosi, menghemat air, menyerap karbon, dan mendukung ketahanan pangan, sekaligus melestarikan warisan budaya dan menopang mata pencaharian lokal.

Dalam praktiknya, setiap bagian dari pohon salak dimanfaatkan, sehingga membuat komoditas ini menjadi tanaman tanpa limbah yang meningkatkan keberlanjutan dan efisiensi sumber daya. 

Membahas lebih detail mengenai sistem agroforestri atau wanatani yang diterapkan, pertanian ini memadukan budidaya salak dengan berbagai tanaman lain, seperti mangga, pisang, dan tanaman obat. Hal ini menjawab permasalahan alih guna lahan, sekaligus menciptakan lanskap pertanian yang kaya dan beragam hayati.

Berakar pada filosofi tradisional Bali seperti “Tri Hita Karana” dan “Tri Mandala,” sistem ini mencerminkan hubungan harmonis antara manusia, alam, dan spiritualitas yang telah terdaftar sebagai Lanskap Budaya UNESCO.

Setelah budidaya salak di Bali masuk sebagai bagian terbaru pada daftar sistem warisan pertanian global, dengan ini warisan pertanian FAO di seluruh dunia bertambah menjadi 89 sistem di 28 negara seluruh dunia.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar