c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

02 Agustus 2022

17:22 WIB

BTS, Antara Peran Budaya Dan Perdebatan Wamil

Korea Selatan agaknya terus mengkontekstualisasi ulang aturan di negara itu, terlebih dengan melihat BTS yang telah menjadi kekuatan budaya penting Korea di mata dunia.

Penulis: Andesta Herli Wijaya

Editor: Rendi Widodo

BTS, Antara Peran Budaya Dan Perdebatan Wamil
BTS, Antara Peran Budaya Dan Perdebatan Wamil
Group idol Korea BTS. Dok. Istimewa

JAKARTA - Angin segar datang dari pemerintah Korea Selatan berkaitan dengan ikon K-pop negara itu, BTS. Grup ini disebut akan tetap bisa menggelar aksi panggung internasional meski nantinya berada dalam masa wajib militer (wamil).

Menteri pertahanan Lee Jong-sup mengatakan, bagaimanapun, wamil adalah sesuatu yang tak terelakkan di Korea Selatan, dan telah menjadi bagian dari budaya masyarakatnya. 

Namun, ia mengakui saat ini sedang mempertimbangkan berbagai opsi untuk layanan militer alternatif untuk BTS.

“(Anggota BTS) harus datang ke militer, dan saya percaya akan ada cara bagi kami untuk memberi mereka kesempatan berlatih serta memungkinkan mereka meninggalkan negara itu dan tampil kapan saja jika mereka memiliki jadwal konser di luar negeri,” ungkap Lee dalam sidang parlemen, Senin (1/7) sebagaimana dilansir dari Variety.

Sebagaimana diketahui, semua pria berbadan sehat di Korea diwajibkan untuk mendaftar untuk menjalani wamil sebelum usia 30 tahun, kecuali mereka diberikan pengecualian. Anggota BTS yang paling tua usianya, Jin, tahun ini akan memasuki usia batas tersebut yang berarti sudah harus menjalani kewajibannya.

Korea sebelumnya telah memberikan pengecualian wamil bagi atlet dan artis di bidang lain yang telah menciptakan prestise nasional. 

Menurut aturan saat ini di Korea, hanya peraih medali Olimpiade dan Asian Games dan musisi klasik pemenang penghargaan yang diakui secara global yang dikecualikan atau diizinkan untuk melakukan layanan publik alternatif.

Pengecualian untuk tidak mengikuti wamil hingga saat ini belum diberikan bagi kalangan artis pop.

Namun, pemerintah Korea Selatan agaknya terus mengkontekstualisasi ulang aturan di negara itu, terlebih dengan melihat BTS yang telah menjadi kekuatan budaya penting Korea di mata dunia.

Keputusan pelonggaran ini tentu sekaligus menjawab keresahan publik di Korea Selatan, termasuk perdebatan publik tentang beban wamil bagi grup yang telah menyumbang peran besar bagi ekonomi industri kreatif negara, yang telah menyeruak sejak setahun terakhir.

Meski di sisi lain, ada juga penggemar yang tak setuju dengan pelonggaran ini, menilai hal itu malah akan membuat RM dkk. kewalahan karena harus menjalani dua aktivitas secara bersamaan.

Pelonggaran wamil bagaimana pun adalah bentuk pengakuan negara atas kontribusi besar BTS selama ini. Di sisi lain, dengan adanya keputusan itu, maka bintang K-POP itu akan tidak akan kehilangan kesempatan untuk terus mengibarkan sayapnya di kancah musik dunia.

BTS telah menjadi lambang soft power bagi Korea Selatan, ikon musik terbesar yang telah menjual musik bernilai jutaan dolar, dan telah membawa perhatian yang belum pernah terjadi sebelumnya ke industri budaya negara tersebut. 

Karena pengakuan dan kesuksesan internasionalnya, band ini juga telah terlibat secara luas dalam berbagai agenda pemerintah, termasuk yang teranyar keterlibatan BTS dalam upaya promosi Expo Dunia 2030 di Busan.

Pengakuan atas peran besar BTS bagi Korea Selatan juga bisa dilihat dari sumbangan mereka di sektor ekonomi. The Guardian melaporkan  beberapa waktu sebelumnya bahwa BTS telah memberi nilai lebih US$3,5 miliar setiap tahunnya bagi ekonomi negara mereka.

Laporan tahun 2018 oleh Hyundai Research Institute, nilai yang diberikan BTS setara dengan kontribusi yang bisa dihasilkan oleh 26 perusahaan skala menengah. Lembaga itu mengatakan band itu adalah alasan 800 ribu turis asing mengunjungi negara itu di tahun sebelumnya.

Hal-hal seperti itulah agaknya yang menjadi pertimbangan dalam penerapan wamil bagi BTS, selain juga fakta besarnya tuntutan dari publik Korea Selatan agar idolanya itu diberikan pengecualian. 

Namun, berbagai upaya pengecualian itu pada akhirnya tak membatalkan kewajiban RM, Suga, J-hope dan yang lainnya untuk menjalani tradisi nasional di negara mereka.

Tradisi wajib militer di Korea Selatan tak bisa dilepaskan dari fakta politik negara itu. Bagaimanapun, secara teknis hingga hari ini negara itu masih berperang dengan Korea Utara.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar