30 Juni 2025
18:49 WIB
BRIN Tegaskan Fasilitas Arkeologi Nasional Sesuai Standar Repatriasi
BRIN telah menyiapkan peralatan canggih untuk karakterisasi dan analisis lanjutan, seperti teknologi arkeometri yang dapat mengungkap pola makan manusia purba dari sisa lambungnya.
Editor: Andesta Herli Wijaya
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko (dua kiri) saat mendampingi Menteri Kebudayaan Fadli Zon (kanan) meninjau kawasan Sains dan Teknologi (KST) Soekarno di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada Senin (30/6/2025). ANTARA/Adimas Raditya.
JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memastikan bahwa Indonesia memiliki akpasitas dalam hal pelestarian dan penyimpanan tinggalan-tinggalan arkeologi penting. Fasilitas-fasilitas penyimpanan koleksi ilmiah dan arkeologi yang dimiliki Indonesia dipastikan telah memenuhi standar internasional.
"Seluruh koleksi ilmiah arkeologi, artefak, epofak, manuskrip, termasuk data tradisi lisan dan bahasa lokal saat ini disimpan dengan sistem terstandar di fasilitas kami," ungkap Kepala BRIN Laksana Tri Handoko, dilansir dari Antara, Senin (30/6).
Handoko menjelaskan, fasilitas penyimpanan tersebut merupakan gedung koleksi hayati BRIN, yang sejatinya diperuntukkan bagi spesimen flora dan fauna. Namun, demi menjamin perlindungan koleksi arkeologi, gedung ini juga dimanfaatkan karena sistem penyimpanan dan peralatannya telah memenuhi syarat riset lanjutan yang akurat dan aman.
Menurut Handoko, koleksi ilmiah arkeologi menjadi dasar penting dalam riset lanjutan untuk pembuktian makna dan narasi sejarah secara ilmiah. BRIN telah menyiapkan peralatan canggih untuk karakterisasi dan analisis lanjutan, seperti teknologi arkeometri yang dapat mengungkap pola makan manusia purba dari sisa lambungnya.
Ia menjelaskan, semua informasi digital dari koleksi akan diekstraksi dan disimpan dalam sistem penyimpanan data berkapasitas tinggi agar dapat diakses tanpa harus mengganggu objek asli. Dengan demikian, koleksi arkeologi dapat dimanfaatkan lebih luas untuk penelitian dan edukasi tanpa risiko kerusakan.
Menurut dia, hal ini menjadi langkah strategis dalam mendukung program repatriasi benda-benda arkeologi ke Tanah Air yang sedang digiatkan pemerintah.
"Kami bertugas membuktikan secara saintifik agar koleksi ini diakui global, kemudian diserahkan ke Kementerian Kebudayaan sebagai warisan budaya," kata Handoko.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon menegaskan pentingnya sinergi antara penelitian dan pelestarian warisan budaya dalam mendukung program repatriasi arkeologi nasional. Katanya, fasilitas BRIN telah memenuhi standar penyimpanan koleksi ilmiah, baik dari sisi teknis maupun riset lanjutan.
Ia menyampaikan apresiasi atas kesiapan BRIN dalam memastikan koleksi arkeologi seperti artefak, ekofak, dan naskah kuno tetap terjaga serta dapat dikaji secara saintifik.
"Pelestarian warisan budaya bukan sekadar kerja sektoral, tapi kerja peradaban. Kolaborasi dengan BRIN penting agar artefak tidak hanya disimpan, tetapi diteliti dan dihidupkan kembali sebagai bagian dari narasi sejarah bangsa," ujar Menbud Fadli Zon.