c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

10 Februari 2025

18:03 WIB

BRIN Kembangkan Teknologi Digital Jaga Tradisi Lisan Tradisional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berupaya mempertahankan eksistensi tradisi lisan Indonesia, seperti pantun, melalui pemanfaatan teknologi digital.

Editor: Satrio Wicaksono

<p>BRIN Kembangkan Teknologi Digital Jaga Tradisi Lisan Tradisional</p>
<p>BRIN Kembangkan Teknologi Digital Jaga Tradisi Lisan Tradisional</p>

Ilustrasi Tulisan Aksara Jawa. Shutterstockk/dok

JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berupaya mempertahankan eksistensi tradisi lisan Indonesia, seperti pantun, melalui pemanfaatan teknologi digital. Upaya ini menjadi salah satu wujud dalam mendukung pelestarian warisan budaya dengan cara-cara inovatif. 

Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra BRIN, Herry Yogaswara menegaskan, dalam menjalankan tupoksi, pihaknya tidak hanya berperan dalam penelitian akademik, namun juga menjaga pelestarian budaya termasuk pantun yang merupakan bentuk sastra lisan yang tua, warisan budaya yang diakui UNESCO sebagai warisan budaya tak benda.

Herry menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam pendokumentasian dan digitalisasi pantun agar tetap relevan pada era modern.

"Ke depannya, sesuai dengan tema seminar ini, maka kerja kolaboratif dengan unit kerja lain di BRIN, seperti misalnya dengan organisasi riset elektronik dan informatika (dilakukan) untuk melakukan pendokumentasian, pembuatan data raya dan korpus dapat dilakukan," ucapnya dalam seminar internasional bertajuk "Pantun Nusantara: Strategi Kultural Merawat Warisan di Era Digital" di Jakarta, Senin.

Menteri Kebudayaan (Menbud), Fadli Zon mengemukakan bahwa platform digital bisa dimanfaatkan untuk mempromosikan pantun, memperkenalkan jenis puisi lama itu kepada kaum muda.

"Era digital ini menawarkan berbagai platform untuk memperkenalkan pantun pada generasi muda, termasuk media sosial yang tidak terbatas," katanya.

Menurut dia, platform media sosial dan aplikasi digital bisa menjadi sarana promosi pantun yang efektif menjangkau kalangan muda, yang umumnya sering menggunakan perangkat elektronik dalam kegiatan sehari-hari. Ia mengatakan bahwa teknologi digital juga dapat dimanfaatkan untuk mendukung upaya pendokumentasian dan pelestarian pantun.

"Saya kira sudah berlangsung sampai sekarang, digitalisasi warisan budaya, mengonversi bentuk budaya tradisional dalam bentuk e-book, podcast, augmented reality, membuat arsip digital untuk mendokumentasikan pantun," ia menjelaskan.

Dikatakan bahwa masih ada sekitar 10.000 pantun khas Minangkabau yang belum dibukukan atau didokumentasikan. Menurut dia, masih ada tantangan dalam upaya untuk merekam tradisi lisan, menghadirkannya dalam bentuk video naskah atau video lirik, dan menyimpannya menjadi arsip digital.

Oleh karena itu, dirinya menyeru komunitas-komunitas budaya untuk aktif membantu mendokumentasikan pantun. Selain itu, dia mengimbau komunitas-komunitas budaya mendukung upaya pelestarian pantun dengan mengadakan acara seperti festival berbalas pantun.

Sementara itu, Ketua Dewan Pembina Asosiasi Tradisi Lisan (ATL), Mukhlis Paeni juga menyoroti pentingnya mempertahankan relevansi pantun pada era digital. Ia menekankan pantun bukan hanya bagian dari tradisi, tetapi juga alat untuk memperkokoh karakter bangsa.

"Kita berkumpul di sini tidak sekadar hanya mengelu-elukan penetapan pantun sebagai warisan budaya dunia. Tetapi lebih dari itu, kehadiran kita semua di sini adalah dengan penuh kesadaran untuk mencari dan menemukan jalan bagaimana pantun dapat senantiasa aktual dalam menjalankan peran dan fungsi utamanya sebagai penjaga marwah dan jati diri bangsa," ujar Mukhlis.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar