c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

23 September 2021

18:42 WIB

BPOM: SKM Tak Dianjurkan Diseduh Sebagai Minuman Susu

SKM tak dianjurkan diberikan ke bayi di bawah 12 bulan. SKM juga hanya dapat digunakan sebagai topping, pelengkap, atau campuran makanan dan minuman  

BPOM: SKM Tak Dianjurkan Diseduh Sebagai Minuman Susu
BPOM: SKM Tak Dianjurkan Diseduh Sebagai Minuman Susu
Ilustrasi susu kental manis (SKM) dok. ist

JAKARTA – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melalui situs resminya mengumumkan, susu kental manis (SKM) tak dianjurkan diseduh sebagai minuman susu. Menurut BPOM, susu kental manis adalah produk susu yang memiliki karakteristik kadar lemak susu tidak kurang dari 8% dan kadar protein tidak kurang dari 6,5%.

Hal itu sesuai dengan Peraturan Badan POM Nomor 34 Tahun 2019 tentang Kategori Pangan dan Codex Standard for Sweetened Condensed Milk (CXS 282-1971 Rev. 2018).

"SKM tidak dianjurkan untuk dikonsumsi sebagai hidangan tunggal berupa minuman susu. Susu kental dapat digunakan sebagai topping, pelengkap, atau campuran pada makanan atau minuman," demikian keterangan Badan POM dikutip pada Kamis (23/9).

Sekalipun termasuk sebagai produk susu, SKM tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya sumber gizi. SKM juga tidak untuk menggantikan Air Susu Ibu (ASI) dan tidak cocok untuk dikonsumsi oleh bayi sampai usia 12 bulan.
 
BPOM pun meminta masyarakat diminta bijak dalam mengonsumsi SKM dengan memperhatikan kandungan gizi. Termasuk kandungan gula pada label informasi nilai gizi.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 tahun 2013 tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam, dan Lemak Serta Pesan Kesehatan Untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji menyatakan, total asupan gula harian per orang dari berbagai sumber makanan paling banyak adalah sebanyak 50 gram. Jumlah tersebut dapat disetarakan dengan empat sendok makan.
 
BPOM juga mengajak masyarakat untuk menjadi konsumen cerdas dalam membeli produk pangan. Selalu ingat Cek “KLIK” (Kemasan, Label, izin Edar dan Kedaluwarsa) sebelum membeli atau mengonsumsi produk pangan.

Pastikan kemasannya dalam kondisi utuh, baca informasi pada label, pastikan memiliki izin edar dari Badan POM RI, dan tidak melewati masa kedaluwarsa.

Dianggap Susu
Penelitian menunjukkan sebagian ibu atau sekitar 28,9% masih menganggap susu kental manis (SKM) sebagai susu pertumbuhan. Hal ini dianggap salah kaprah dan mesti diluruskan.
 
“Diketahui 48% ibu mengakui bahwa SKM sebagai minuman untuk anak dari media TV, koran dan sosial media. Ada 16,5% mengatakan informasi tersebut didapat dari tenaga kesehatan,” ucap Ketua Majelis Kesehatan PP Aisyiyah Chairunnisa, beberapa waktu lalu.
 
Penelitian dilakukan YAICI, PP Muslimat NU dan PP Aisyiyah tentang Persepsi Masyarakat Tentang Kental Manis pada 2020 dengan total responden 2.068 ibu yang memiliki anak usia 0–59 bulan atau 5 tahun. Selain 28,96% dari total responden mengatakan, kental manis adalah susu pertumbuhan, dan 16,97% ibu lainnya memberikan kental manis untuk anak setiap hari.

 


Temuan menarik lainnya adalah kategori usia yang paling banyak mengonsumsi kental manis adalah usia tiga hingga empat tahun ada 26,1%, menyusul anak usia dua hingga tiga tahun ada 23,9%.

Penelitian tersebut juga menyebutkan, konsumsi kental manis oleh anak usia satu hingga dua tahun tercatat sebanyak 9,5%. Disusul dengan usia empat hingga lima tahun sebanyak 15,8% dan 6,9% anak usia lima tahun mengkonsumsi kental manis sebagai minuman sehari-hari.

Chairunnisa mengatakan, media sangat memiliki peran penting di dalam memberikan persepsi kepada masyarakat. “Betul, bahwa memang media ini memiliki peran penting di dalam memberikan persepsi kepada masyarakat tentang kental manis adalah susu,” kata Chairunnisa.

Ubah Persepsi
Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU, Erna Yulia Soefihara mengatakan, ia dan kadernya di seluruh Indonesia mencoba untuk mengubah persepsi yang menganggap kental manis itu bukanlah susu yang bisa diminum untuk balita.

“Tapi memang sangat sulit ya, saat kita melakukan sosialisasi itu karena sudah begitu lama di mereka itu, susu kental manis itu sehat. Sudah menjadi kebiasaan, setelah lepas ASI mereka mengganti tidak dengan susu untuk anak, tapi memberikan kental manis,” kata Erna.
 
Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat, mengatakan, pentingnya persoalan kental manis tidak hanya sebatas mencukupi gizi anak. Namun juga potensi kerugian yang dialami negara akibat stunting bisa mencapai 2% sampai 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya.
 
“Ini angka yang besar sekali. Kita lihat PDB 2019 sebesar Rp 15.833,9 triliun, maka kerugian stunting bisa mencapai Rp474,9 triliun. Jumlah itu mencakup biaya mengatasi stunting dan hilangnya potensi pendapatan akibat rendahnya produktivitas anak yang tumbuh dengan kondisi stunting,” jelas Arif.

Dosen Prodi Gizi, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta dr Tria Astika Endah Permatasari SKM MKM, mengingatkan, pemberian susu untuk anak harus disesuaikan dengan kategori usia. Salah satu jenis produk susu yang sebaiknya tidak diberikan kepada anak terutama bayi dan balita adalah SKM.

“Kental manis sebetulnya bukan susu, dilihat dari tabel kandungan gizi, kental manis memiliki kandungan karbohidrat paling tinggi yaitu 55 % per 100 gram, sehingga tidak dianjurkan untuk balita,” jelas Tria.
 
Langgar Hal Anak
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) menyampaikan bahwa pemberian makanan tidak bergizi kepada anak seperti susu kental manis berpotensi melanggar hak anak.
 
"Kita harus jaga betul agar susu kental manis tidak diberikan kepada bayi. Pemenuhan hak anak terlanggar bila susu kental manis terus diberikan sebagai minuman pengganti susu untuk anak," kata Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Kesehatan dan Pendidikan, Kementerian PPPA Entos Zainal.

Ia mengatakan, memenuhi hak anak atas makanan bergizi menjadi upaya bersama agar tidak menjadi korban stunting. Demi mempercepat target penurunan prevalensi stunting, ia menyampaikan, Kementerian PPPA mengajak seluruh elemen masyarakat ikut berperan mengkampanyekan ASI eksklusif, sebagai bekal anak tumbuh dengan status gizi yang baik.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar