c

Selamat

Senin, 17 November 2025

KULTURA

05 Juni 2023

09:29 WIB

Borobudur Didorong Jadi Pusat Spiritual Tourism

PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (TWC) menyebut perayaan Waisak beri dampak ekonomi besar. Karena itu, event-event sejenis akan digelorakan ke depannya

Borobudur Didorong Jadi Pusat <i>Spiritual Tourism</i>
Borobudur Didorong Jadi Pusat <i>Spiritual Tourism</i>
Sejumlah Bhiksu memercikkan air suci ke arah umat saat detik-detik Waisak 2567 BE/2023 di kawasan candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Minggu (4/6/2023). Antara Foto/Anis Efizudin

MAGELANG – Perayaan Waisak pada 2023 di Candi Borobudur, Magelang, Jateng, dinilai memberikan dampak ekonomi yang positif, mulai dari peningkatan okupansi penginapan hingga menggerakkan UMKM. Ke depan, event-event sejenis akan terus digenjot, hingga Borobudur bisa jadi pusat spiritual tourism.

"Waisak adalah event yang dinanti-nantikan masyarakat sekitar Borobudur. Saat Waisak ekonomi impact-nya (dampaknya) sangat positif. Misalnya, homestay, ada pemberdayaan homestay untuk masyarakat di sekitar sini, itu sudah penuh. UMKM juga mereka mendapatkan impact-nya," kata Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (TWC) Febrina Intan di Magelang, Jawa Tengah, Minggu (4/6).
 
Sebagai pengelola kawasan Candi Borobudur, Febrina mengatakan inklusivitas menjadi hal utama yang harus diperhatikan. Oleh karena itu, setiap ada acara di kawasan yang dikelolanya, pelaku usaha di sekitarnya juga akan mendapatkan manfaat.

Baca juga: Berburu Kuliner Khas Yang Ada Di Sekitar Candi Borobudur
 
Namun, cia mengaku belum dapat mengungkapkan besaran angka dampak ekonomi atas perayaan Waisak. 

Dia hanya berharap acara perayaan Waisak yang khidmat sekaligus sakral bisa terus menerus digelar. Begitu pula acara-acara lainnya yang bisa menyedot perhatian pengunjung.
 
"Bagi kami di Borobudur, event seperti ini tidak boleh hanya sekali. Setiap bulan harus ada sesuatu. Masyarakat tetap datang ke sini tidak hanya mengeksplorasi Borobudur sebagai cagar budaya tapi juga experience lain yang bisa dirasakan," tuturnya.
 
Febrina mengungkapkan, sudah ada sejumlah program dan acara yang akan digelar di kawasan Candi Borobudur setelah suksesnya perayaan Waisak tahun ini. Program-program itu antara lain lomba maraton, eksplorasi desa hingga program terkait pariwisata spiritual.
 
"Orang datang ke Borobudur tidak hanya spend waktu 3 jam, kalau bisa 2 malam," serunya.
 
Sebagai anak usaha Holding Pariwisata dan Pendukungnya Injourney, TWC pun berharap bisa mendapatkan pasar dari Bangkok, Thailand, yang penduduknya mayoritas beragama Buddha. 

Dengan demikian, Candi Borobudur bisa menjadi pusat spiritual tourism tidak hanya di Indonesia, tapi juga dunia.
 
"Mudah-mudahan bisa dapat market dari Bangkok ke YIA karena captive market-nya besar sekali. Bisa mendatangkan turis yang akan beribadah ke sini," ucapnya.

Sejumlah Bhiksu mengikuti pradaksina (berjalan mengelilingi candi) pada rangkaian Indonesia Tipitaka Chanting (ITC) dan Asalha Puja 2566 tahun 2022 di Kompleks Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (9/7/2022). Kegiatan yang diselenggarakan oleh Sangha Theravada Indonesia (STI) bersama keluarga Buddhis Theravada Indonesia (Astinda, Magabudhi, Wandani, dan Patria) diikuti oleh sedikitnya 1.200 peserta yang bertujuan menghormati, menghargai, memuliakan ajaran Sang Buddha yang penuh dengan nilai-nilai kebajikan. Antara Foto/Anis Efizudin 

 

Direktur Pemasaran dan Program Pariwisata PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau Injourney Maya Watono menambahkan, saat ini pihaknya tidak hanya melihat kuantitas wisatawan melainkan juga kualitasnya.

Oleh karena itu, untuk area Borobudur dan Joglosemar, Injourney akan mengedepankan heritage, cultural, spiritual, dan economic impact dalam penataan dan pengelolaan Candi Borobudur.

"Kualitas tourism yang kita cari bukan sekadar kuantitas. Bisa increasing spent, durasi tinggal jangan cuma sebentar," kata Maya.

Tradisi thudong
Febrina juga menyebutkan per Minggu (4/6/2023), ada pergerakan sekitar 30 ribu orang di kawasan tersebut, yang mana 18 ribu di antaranya datang untuk merayakan Waisak.

"Antusias masyarakat mungkin karena thudong. The story of thudong yang berjalan 2.600 km itu membuat hype tentang Waisak itu semakin meningkat," katanya.

Menurut Febrina, tradisi thudong merupakan salah satu hal berbeda dalam perayaan Waisak kali ini. Dia pun berharap perjalanan para bhante atau biksu ini bisa terus dilakukan pada tahun-tahun ke depan.

"Saudara-saudara kita yang beragama Buddha dalam tiga tahun ke depan akan melakukan thudong yang lebih besar lagi dan lebih jauh lagi dengan tujuan di Borobudur. Insyaallah kebiasaan baru perayaan Waisak dengan keberadaan thudong itu tetap bisa kita jalankan di tahun ke depan. Antusias masyarakat luar biasa selama mereka dalam perjalanan," tuturnya.

Sambutan hangat masyarakat kepada para biksu thudong hingga dukungan masyarakat untuk kelancaran perayaan Waisak, lanjutnya, juga menunjukkan toleransi tinggi dalam keberagaman Indonesia.

"Jadi, ini adalah simbol diversity di Indonesia di mana kita saling menghargai dan merayakan bersama kebahagiaan Waisak," imbuh Febrina.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar