c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

30 Mei 2024

19:37 WIB

BKKBN: Tidak Benar Pil KB Sebabkan Rahim Kering

Faktanya, pil KB merupakan kontrasepsi yang jenisnya mampu menunda kehamilan untuk sementara dan kesuburan bisa kembali dengan cepat setelah berhenti mengkonsumsinya

<p>BKKBN: Tidak Benar Pil KB Sebabkan Rahim Kering</p>
<p>BKKBN: Tidak Benar Pil KB Sebabkan Rahim Kering</p>

Ilustrasi. Seorang akseptor KB memegang pil KB atau obat pengontrol kehamilan. dok.Shutterstock/Rado Gufran21

JAKARTA - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menegaskan, salah satu mitos yang sering beredar di masyarakat tentang pil KB menyebabkan rahim kering, adalah tidak benar.

"Faktanya, pil KB merupakan kontrasepsi yang jenisnya mampu menunda kehamilan untuk sementara dan kesuburan bisa kembali dengan cepat setelah berhenti mengkonsumsinya," ujar Hasto dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis (30/5).

Ia pun menyampaikan hal tersebut saat memberikan pelayanan KB di sela acara Penguatan Kapasitas untuk Tim Pendamping Keluarga (TPK) di Kota Ambon, Maluku, Rabu (29/5). Namun, terkait dengan mitos bahwa pil KB bisa menurunkan berat badan sampai menghilangkan jerawat, ia tak menampiknya.

"Pil KB ada yang mengandung hormon estrogen dan progesterone. Tapi Tuhan menciptakan tubuh manusia sejak dalam rahim, ada yang berkembang saraf dan kulitnya, ada yang ototnya. Jadi kalau ingin gemuk atau kurus tentu melihat kondisi internalnya," kata Hasto beberapa waktu lalu.

Dia juga mengatakan, beberapa pil KB bisa menghilangkan jerawat karena kandungan hormon di dalamnya. "Saran saya kalau cuma untuk obati jerawat untuk apa minum pil KB, buat orang curiga saja," kata Hasto yang juga merupakan dokter spesialis kebidanan dan kandungan tersebut.

Hanya saja, brosur BKKBN yang menjawab rumor seputar kontrasepsi menyebutkan, pil KB kombinasi tak berhubungan langsung dengan pertambahan atau penurunan berat badan. Brosur tersebut mengatakan, berat badan berubah secara alami sejalan dengan kondisi kehidupan dan seiring bertambahnya usia.

Pendewasaan Perkawinan
Hasto juga menegaskan, pentingnya pendewasaan usia perkawinan untuk mencegah angka kematian ibu atau bayi saat melahirkan.

"Kawin jangan terlalu muda, kalau baru 15, 16, atau 17 tahun sudah hamil, maka ketika melahirkan itu tidak sukses, karena diameter panggul belum mencapai 10 sentimeter, sehingga bayinya bisa terjepit, lahirnya susah. Sering bayinya meninggal dalam proses, karena Tuhan menciptakan diameter kepala bayi itu 9,9 sentimeter," tuturnya.

Selain pendewasaan usia perkawinan, Hasto juga mengingatkan agar tidak menikah terlalu tua atau di atas 35 tahun.

"Di umur 35 tahun ternyata Tuhan sudah menciptakan manusia itu dari lemah dikuatkan, dari kuat dilemahkan, puncaknya di umur 32 tahun, di bawah itu masih sehat-sehatnya, kuat-kuatnya," ucap Hasto.

Dokter spesialis kandungan itu juga menyampaikan pentingnya ASI eksklusif pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), karena pada periode tersebut menyusui merupakan salah satu cara efektif mencegah stunting. 

"Kalau orang bilang air susu enggak keluar, sebetulnya keluar, cuma tidak rajin menyusui," tuturnya.

Ia juga menjelaskan, otak manusia berkembang maksimal pada usia 24 bulan. 

"Untuk itu kita sosialisasi pencegahan stunting di 1.000 HPK. Ini kampanye kita selalu, ayo cegah stunting dari sejak konsepsi (pembuahan) sampai 24 bulan, program-programnya banyak sekali," kata dia.

Pilihan Terbaik
Sebelumnya, Guru Besar Bidang Ilmu Obstetri-Ginekologi dan Ilmu Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI), Prof. Dr Eka Rusdianto Gunardi menilai, susuk (implan) keluarga berencana (KB) sebagai pilihan terbaik. Menurutnya, KB merupakan komponen penting dalam pilar safe motherhood, sebuah inisiatif yang dimulai oleh World Health Organization (WHO) pada 1987.

Di Indonesia, Program KB ada sejak 1957. KB dibutuhkan untuk merencanakan waktu kehamilan, jumlah anak yang diinginkan, jarak antar-kehamilan, serta upaya untuk menunda kehamilan. Layanan KB yang baik diharapkan dapat meningkatkan capaian angka cakupan akseptor KB, menurunkan angka kematian ibu, dan menurunkan angka kematian bayi, untuk menumbuhkan generasi unggul di masa depan.

Ia berpendapat, metode kontrasepsi mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dahulu, metode kontrasepsi pertama yang digunakan untuk mencegah kehamilan adalah Cl (coitus interuptus) atau pantang berkala.

Saat ini, telah tersedia berbagai metode kontrasepsi mutakhir yang lazim, seperti pil, kondom, suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), cincin vagina, koyok, implan atau susuk KB, sterilisasi atau kontrasepsi mantap, dan yang paling modern adalah kontrasepsi yang berbentuk microchip.

“Metode kontrasepsi jangka panjang dengan efektivitas tinggi dan mengalami perkembangan teknologi yang baik adalah implan. Di Indonesia, kontrasepsi implan dipasarkan dan ditawarkan dengan sebutan susuk KB. Susuk KB tidak asing di telinga masyarakat Indonesia, karena berkaitan dengan istilah dan budaya yang beredar di tengah masyarakat, seperti susuk kecantikan dan pesugihan,” ujar Prof Eka.

Susuk KB merupakan alat kontrasepsi yang mengandung hormonal dan ditempatkan di bawah kulit pada lengan atas. Metode kontrasepsi ini sangat diminati, karena dapat dipasang tanpa harus memeriksa organ intim wanita kecuali ada alasan tertentu.

Pada awalnya, susuk KB terdiri atas enam kapsul yang berisi hormon levonorgestrel (LNG). Seiring berkembangnya teknologi, susuk KB saat ini menjadi dua batang LNG, bahkan satu batang etonogestrel (ENG) dengan efektivitas yang sama, bahkan lebih baik.

Mekanisme kerja susuk KB adalah mencegah ovulasi (lepasnya sel telur), menipiskan endometrium (lapisan haid), dan mengentalkan lendir serviks (mulut rahim). Mekanisme kerja susuk KB yang utama adalah mengentalkan lendir serviks, sehingga akseptor KB sangat mungkin sudah mengalami ovulasi dan haid meskipun setelah satu tahun pemakaian susuk KB.

Susuk KB masih tetap efektif sebagai metode kontrasepsi mencegah kehamilan hingga setidaknya sampai tiga tahun. Menurut penelitian Prof Eka, susuk KB juga sangat efektif, karena dapat dipasang segera setelah melahirkan dan tidak mengganggu produksi air susu ibu (ASI).

Susuk KB juga dapat digunakan untuk menunda kehamilan, menjarangkan antar-kehamilan atau mengakhiri fertilitas hingga menjelang menopause. Selain digunakan sebagai alat kontrasepsi, susuk KB dikatakan mempunyai peran dalam regresi neoplasia intraepithelial pada endometrium. Susuk KB dengan kandungan ENG dilaporkan dapat mengurangi nyeri akibat endometriosis.



KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar