c

Selamat

Kamis, 28 Maret 2024

KULTURA

12 Mei 2021

20:31 WIB

Berkirim Parsel Saat Lebaran Wujud Kerukunan Masyarakat

Tradisi berbagi parsel di Indonesia dipengaruhi kebudayaan prakolonial dan kolonial.

Penulis: Wandha Nur Hidayat

Editor: Satrio Wicaksono

Berkirim Parsel Saat Lebaran Wujud Kerukunan Masyarakat
Berkirim Parsel Saat Lebaran Wujud Kerukunan Masyarakat
foto parsel/terkini/antarafoto/don/shanies/nasional/17052019

JAKARTA – Menjelang Hari Raya Idulfitri masyarakat Indonesia biasanya saling berkirim parsel atau hamper. Tujuan utamanya, menyambung silaturahmi dan saling berbagi. Tradisi ini merupakan wujud kerukunan masyarakat Indonesia.

Sejarawan kuliner dari Universitas Padjadjaran, Fadly Rahman, menuturkan memberi parsel atau bingkisan kepada kerabat atau tetangga pada Hari Raya Idulfitri atau Lebaran sudah menjadi tradisi di Indonesia.

"Tradisi ini memang khas menunjukkan kerukunan masyarakat agraris di Nusantara," ungkap Fadly dalam siaran pers Universitas Padjadjaran (Unpad), Rabu (12/5).

Ditilik dari sisi sejarahnya, tradisi berbagi parsel dipengaruhi budaya prakolonial dan kolonial. Di masa prakolonial, tradisi memberi bingkisan umumnya dilakukan pada hari khusus seperti saat panen raya dan hari raya keagamaan.

Bingkisan yang diberikan masyarakat kepada tetangganya kala itu merupakan wujud rasa syukur atas hasil pangan yang melimpah saat panen raya. Selain mengirim bahan pangan, bingkisan juga umumnya berupa makanan jadi seperti dodol, wajit, dan rengginang.

Kemudian tradisi tersebut pun berlanjut pada masa kebudayaan kolonial. Berbeda dengan masa sebelumnya, bingkisan yang diberikan pada masa ini dipengaruhi makanan-makanan dari Eropa seperti yang dikenal dengan kue putri salju, nastar, dan kastengel.

"Dulu kue-kue yang dibuat keluarga Eropa dijadikan hantaran antarkaum priyayi. Masyarakat muslim kalangan priyayi pada masa lalu itu menerima hantaran dari orang Eropa," urai Fadly.

Makanan bingkisan pada masa kolonial itulah yang terus berlanjut sampai hari ini. Kue-kue seperti nastar berisi selai nanas, kastengel, dan putri salju hampir selalu menjadi bagian dari parsel atau yang kini banyak disebut sebagai hampers dalam bahasa Inggris.

Representasi Geografis
Selain parsel, Hari Raya Idulfitri juga terkait dengan tradisi menyajikan masakan tertentu seperti ketupat dan opor. Fadly menyebut, makanan yang disajikan pada hari raya keagamaan ini merepresentasikan kondisi geografis masyarakat Indonesia yang agraris.

Ketupat, dia mencontohkan, berbahan dasar beras yang ditempatkan dalam janur kelapa sebagai wadahnya. Kedua bahan ini identik dengan sumber pangan masyarakat Indonesia. Jadi, tak heran jika momen hari raya berperan penting dalam menjaga warisan kuliner.

"Momen ini yang bisa membuat kuliner masa lalu bisa tetap bertahan dan disukai masyarakat kita,” ucap dia. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentar Login atau Daftar





TERPOPULER