11 Juli 2023
13:08 WIB
Editor: Satrio Wicaksono
JAKARTA - Bali Kite International Festival kembali digelar tahun ini. Festival layangan terbesar di Indonesia ini menjadi ajang bertemunya pelayang lintas negara dengan pelayang lokal di Bali untuk berkolaborasi.
Bali Kite International Festival yang akan diselenggarakan pada 14-16 Juli merupakan gelaran yang ke-45. Sampai dengan saat ini, tercatat ada 17 seniman layangan dari beberapa negara yang sudah hadir di Bali, berasal dari Swedia, Jepang, Filipina, Polandia, Australia, Thailand, Singapura, Malaysia.
Di samping itu, masih banyak lagi yang telah mengonfirmasi kehadirannya. Sementara dari dalam negeri, ada 13 kelompok layangan yang berasal berbagai dari daerah, ditambah seniman Bali dipastikan ikut dalam festival tersebut.
"Bali International Kite Festival ini sengaja dipadukan antara yang lokal dan mancanegara agar terjadi akulturasi. Namun demikian, pementasan layangan itu sendiri tidak menghilangkan nilai tradisi, karena itu budaya yang mesti dipertahankan unsur tradisionalnya," kata Ketua Harian Pelangi Bali, Ida Bagus Sedhawa, seperti dikutip dari Antara, Selasa (11/7).
Pada tahun sebelumnya, 780 pelayang ikut ambil bagian dalam festival tersebut, dengan jumlah layang-layang mencapai 800.
Dari ajang ini nantinya diharapkan pada seniman lokal dapat bertukar informasi dan perspektif dengan para seniman layang-layang dari berbagai negara dan daerah.
"Dari sisi penggunaan teknologi, mereka (orang muda) perlu belajar gunakan teknologi. Tetapi kembali, kekhasan Bali itu pada daya tarik bermain, unsur komunalnya sangat kuat partisipasi masyarakat yang ikut menonton merupakan sebuah dinamika yang menarik untuk disaksikan," katanya.
Selain ajang untuk berkolaborasi dan saling belajar, kata dia, festival tahun ini juga mengusung tema pemulihan ekonomi. Karena itu, Bali International Kite Festival diharap dapat membangkitkan ekonomi terutama UMKM yang ada di sekitar Pantai Padang Galak, Denpasar.
Sementara itu, Ketua II Pelangi Bali, Kadek Dwi Armika mengatakan, Bali International Kite Festival akan menjembatani para pelayang antara yang tradisional dan modern.
"Di Bali satu layang-layang besar diarak oleh puluhan orang. Sementara pelayang modern, satu orang pelayang bisa membawa lebih dari satu layangan," katanya.
Lewat festival ini, diharap dapat menjadi momentum untuk mengembalikan marwah layangan yang sesungguhnya.
"Layangan itu tidak hanya dimainkan oleh anak kecil di ujung seutas tali. Layang memiliki taksu, jiwa dari layang-layang," kata Kadek Dwi Armika.