01 Juni 2024
11:36 WIB
Bagaimana Mengisi TTS Bisa Bantu Cegah Pikun Pada Lansia?
Mendorong otak terus bekerja lewat mengisi teka-teki silang bisa menjadi satu aktivitas ringan yang memperlambat datangnya pikun pada lansia.
Penulis: Gemma Fitri Purbaya
Pikun menjadi kondisi yang rentan dialami lansia. Unsplash
JAKARTA- Membaca dan mengisi teka-teki silang (TTS) merupakan dua kegiatan yang banyak digemari oleh masyarakat dari berbagai kalangan usia. Namun, tidak sedikit yang mengatakan kalau membaca dan mengisi TTS adalah aktivitas yang dapat membantu mencegah terjadinya pikun, khususnya pada lansia. Benarkah demikian?
Dokter penyakit dalam subspesialis geriatri RS Pondok Indah dr. Purwita Wijaya Laksmi mengatakan hal tersebut merupakan sesuatu yang tepat. Pasalnya, apapun yang dapat menstimulasi otak, seperti membaca ataupun mengisi TTS memang dapat memperlambat terjadinya kepikunan.
"Jadi sesuatu yang menstimulasi otak itu tentu akan mencegah terjadinya kepikunan. Membaca dan mengisi TTS bisa menjadi salah dua sarananya, semisal orang mengisi TTS itu kan mikir juga, baik dari ilmu lama yang telah dipelajari atau ilmu baru, sama halnya dengan membaca," kata dr. Purwita dalam interview media eksklusif RS Pondok Indah secara daring, Jumat (31/5).
Selain membaca dan mengisi TTS, aktivitas lainnya yang bisa dilakukan untuk mencegah dan memperlambat kepikunan pada lansia adalah bernyanyi, bermain alat musik, ataupun memasak.
Aktivitas-aktivitas tersebut dapat disesuaikan dengan hobi atau kesenangan pasien, sebab setiap kegiatan itu dapat melatih kerja otak untuk berpikir sehingga mampu memperlambat kepikunan.
Kendati begitu, dr. Purwita menimpali bahwa ada banyak penyebab terjadinya kepikunan pada lansia sehingga pencegahan dan cara memperlambatnya mungkin sedikit berbeda.
Semisal kepikunan yang terjadi pasca stroke, maka pasien stroke perlu menyadari faktor risikonya, seperti menjaga tekanan darah agar tetap normal, menjaga kadar kolesterol supaya tidak tinggi, hingga mengontrol kadar gula darah. Begitupun pada pikun yang disebabkan oleh alzheimer.
"Jadi tidak hanya melatih stimulasi otak, tetapi juga harus dilakukan tatalaksana penyebab kepikunan tersebut atau kalau sudah pikun, memperlambat penurunannya gitu karena untuk pikun akibat alzheimer bisa bersifat genetik, gitu," timpal dr. Purwita.
Pikun sendiri merupakan kondisi saat seseorang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengingat sesuatu atau lupa dengan hal tersebut.
Kondisi ini banyak terjadi pada lansia dan kerap dianggap sebagai salah satu yang wajar. Padahal sebenarnya pikun adalah kondisi yang tidak baik karena mengacu pada penurunan daya ingat dan kecepatan berpikir seseorang.
Selain itu, pikun juga menjadi salah satu tanda demensia. Maka dari itu, pikun tidak boleh dianggap sepele karena dapat mengganggu fungsi sosial seseorang, khususnya pada lansia.