c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

16 April 2025

10:36 WIB

Bagaimana Genetik Menjadi Bagian Penting Dari Perkembangan Autisme

Meski genetik memegang peran penting dalam autisme pada anak, namun tidak ada penelitian yang mengukur risiko autisme pada anak dengan faktor lingkungan.

Editor: Rendi Widodo

<p>Bagaimana Genetik Menjadi Bagian Penting Dari Perkembangan Autisme</p>
<p>Bagaimana Genetik Menjadi Bagian Penting Dari Perkembangan Autisme</p>

Ilustrasi anak down syndrome berkebutuhan khusus. Shutterstock/Prapon Srinakara 

JAKARTA - Faktor genetik memegang peran penting sebagai penyebab anak mengalami autisme. Hal ini dikatakan Dokter Spesialis Anak, Amanda Soebadi.

“Faktor genetik ini memang ternyata memegang peranan penting pada risiko relative autism (autisme level tiga atau berat),” ujar Amanda dikutip dari Antara, Selasa (15/4).

Ia menjelaskan, saudara kandung sama ayah sama ibu dari seorang anak dengan kondisi gangguan spektrum autism (GSA) memiliki risiko 9 kali lebih besar dari anak dengan kondisi umum untuk mengalami autisme.

Sementara itu, bila saudara kandung mengalami autisme klasik atau yang disebut dengan level tiga (berat), maka memiliki risiko yang lebih berat.

“Kalau dia hanya half sibling artinya sama ayah beda ibu atau sama ibu beda ayah tetap saja risiko dia meningkat 5 hingga 11 kali lipat,” katanya.

Kemudian bila seseorang memiliki sepupu dengan gangguan autisme maka seorang anak memiliki risiko mengalami autisme sebesar dua kali lipat dari populasi umum.

Meski genetik memegang peran penting dalam autisme pada anak, namun tidak ada penelitian yang mengukur risiko autisme pada anak dengan faktor lingkungan yakni berbagai pola asuh atau parenting style yang berbeda.

Dia mengatakan pada anak autisme, orang tua kerap menjadi sosok yang disalahkan berbagai pihak terutama soal pola asuh.

“Memberi nilai parenting satu ke itu sangat sulit dan parenting style pada anak dengan karakteristik berbeda itu tidak sama,” ujarnya pula.

Anak dengan risiko tinggi autisme cenderung memiliki ibu dengan pola asuh yang mengatur atau memberi instruksi dibanding merespons inisiatif dari anak, misalnya menyuruh anak mandi usai pulang sekolah kemudian melakukan beberapa hal setelahnya.

Sementara pola asuh anak secara responsif yakni menegosiasikan beberapa hal yang akan dilakukan anak dengan berdiskusi.

Meski demikian, menurutnya pola asuh baik direktif dan responsif memang belum dapat disimpulkan secara pasti soal apakah autisme pada anak membuat orang tua cenderung mengambil sikap direktif atau sikap direktif orang tua merupakan faktor risiko autisme.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar