17 April 2025
19:48 WIB
Awas, Parkinson Bisa Jangkiti Anak Muda!
Biasanya parkinson pada anak muda muncul karena penggunaan obat-obat anti depresi dari pengaruh lingkungan pergaulan, narkotika, juga cidera kepala.
Editor: Rikando Somba
Ilustrasi gejala penyakit Parkinson atau tangan mati rasa, jari terkunci, hingga nyeri tangan. Shutterstock/R Photography
JAKARTA- Dokter spesialis neurologi dari RS Pusat Otak Nasional dr. Rizka Ibonita Sp.N mengungkapkan, anak muda bisa terkena parkinso. Dia menyatakan, gejala parkinson sudah banyak ditemukan pada usia muda karena faktor gaya hidup yang kurang baik. Gejala parkinson pada usia muda biasanya muncul pada usia 20 tahun dengan gejala anggota tubuh gemetar meski sedang istirahat, gejala kaku, gejala lambat atau gangguan keseimbangan.
“Banyak begadang, atau konsumsi alkohol, minum-minuman keras terutama dan narkoba, itu langsung otak akan turun fungsinya, hormon berantakan terutama dopamin, sama kalau ada cedera kepala,” kata Rizka dalam diskusi memperingati Hari Parkinson yang diikuti secara daring, Kamis (17/4).
Parkinson yang umumnya diidentikkan dengan penyakit di usia 60 tahun karena penyakit degeneratif seperti penuaan alami, penurunan fungsi organ, otak dan sel, kini sudah bergeser pada usia muda. Ini disebut dengan Young-onset Parkinson's disease (YOPD) atau penyakit Parkinson usia muda.
Penyakit Parkinson sendiri adalah gangguan neurodegeneratif yang menyerang sistem saraf, khususnya bagian otak yang mengendalikan gerakan. Penyakit ini menyebabkan penderitanya mengalami kesulitan mengontrol gerakan dan keseimbangan tubuh.
Biasanya parkinson pada anak muda muncul karena penggunaan obat-obat anti depresi dari pengaruh lingkungan pergaulan, narkotika, dan obat-obatan yang seharusnya tidak boleh dikonsumsi. Obat-obatan itu bisa berpengaruh pada kesehatan jangka panjang semakin bertambahnya usia.

Risiko Pada Individu
Mereka yang punya trauma atau cedera di kepala, riwayat keluarga yang pernah terkena parkinson dan paparan zat kimia industri, meningkatkan risiko gejala parkinson di beberapa tahun mendatang.
“Jadi kalau kepalanya pernah kebentur, atau apalagi kecelakaan kena kepala, biasanya mungkin gejalanya tidak langsung muncul, tapi beberapa tahun kemudian, itu bisa jadi salah satu faktor yang membuat muncul parkinson,” katanya.
Rizka mengatakan jika sudah ada gejala awal seperti mudah lupa, suka berhalusinasi, bahkan jauh sebelum gejala motorik seperti tremor, bisa segera dikonsultasikan sebelum terjadi perburukan.
Di kesempatan berbeda, Apoteker klinis RS Pusat Otak Nasional apt. Nurul Ulya M.Farm menyarankan penderita parkinson sebaiknya tidak putus minum obat untuk mengurangi keparahan gejala.
“Kalau putus obat jadi kambuh lagi, kaku otot, persendian jadi terganggu sehingga gejala parkinsonnya tidak bisa tertangani dengan baik jadi kalau bisa tidak putus obat,” kata Nurul dalam diskusi memperingati Hari Parkinson yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.
Dikutip dari Antara, Nurul mengatakan, obat yang diberikan pada pasien parkinson harus diminum sesuai instruksi dokter dengan frekuensi 1 kali sehari, 2 kali sehari artinya 12 jam sekali, atau 3 kali sehari dengan jeda tiap 8 jam sekali.
Disarankannya, jika tidak sengaja lupa minum obat di jam yang telah ditentukan dokter, baiknya tetap diminum ketika ingat. Dan mengubah jam minum obatnya di waktu yang baru setelah 24 jam obat terakhir di konsumsi.
Nurul juga mengingatkan ada beberapa obat yang tidak boleh diminum bersamaan dengan makanan atau baiknya diminum saat perut kosong seperti levodopa karena bisa menyebabkan terganggunya efektivitas obat.Jika dikonsumsi bersamaan dengan makanan, absorpsinya jadi terganggu, efektivitasnya jadi terganggu. “Baiknya dalam keadaan perut kosong 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan,” katanya.
Ia menambahkan minum obat yang rutin dan teratur serta kontrol sesuai jadwal akan mencegah perburukan kondisi parkinson .