c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

13 Maret 2025

12:21 WIB

Atasi Masalah Kesehatan Mental Dengan Pendekatan Holistik

Cara pertama untuk bisa mengatasi masalah kesehatan mental adalah mencari tahu apa penyebabnya. Setelah itu, lakukan pendekatan holstik sebagai jalan keluar. 

Penulis: Annisa Nur Jannah

<p>Atasi Masalah Kesehatan Mental Dengan Pendekatan Holistik</p>
<p>Atasi Masalah Kesehatan Mental Dengan Pendekatan Holistik</p>

Ilustrasi kesehatan mental. Shutterstock/CalypsoArt

JAKARTA - Dalam menghadapi masalah kesehatan mental, diperlukan pendekatan yang lebih holistik. Hal yang paling fundamental adalah mengenali pemicunya. Pasalnya, terkadang seseorang yang mengalami kondisi tersebut, justru tidak memahami apa pemicu sebenarnya.

"Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah mengenali trigger yang dapat menstimulasi reaksi emosional yang berlebihan, seperti kecemasan, stres, atau depresi. Misalnya, ada orang yang merasa cemas atau tertekan ketika melihat orang lain marah,” kata psikolog lulusan Universitas Indonesia (UI), Nurul Adiningtyas.

Setelah seseorang mengetahui pemicu, ia menyarankan agar individu yang mengalami masalah kesehatan mental berusaha untuk menghindari atau mengatasi pemicu tersebut dengan cara yang sesuai. Adapun salah satu langkah penting lainnya adalah menjaga rutinitas pengobatan, termasuk menyesuaikan waktu minum obat dengan jadwal yang telah disarankan oleh dokter atau psikiater.

"Selain itu, saling memberikan dukungan antar sesama juga sangat penting. Kita bisa saling terkoneksi dan membantu satu sama lain. Jangan ragu untuk terus berkonsultasi dengan dokter atau psikiater secara rutin," ujarnya.

Dalam konteks Ramadan, Nurul juga menegaskan bahwa puasa seharusnya tidak menjadi beban yang menambah tekanan bagi individu yang membutuhkan pengobatan rutin. "Jika obat tidak bisa digeser jadwalnya karena puasa, itu tidak masalah. Kesehatan mental harus tetap menjadi prioritas," jelas Nurul, dikutip dari Antara.

Dokter di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) itu mengungkapkan, salah satu cara untuk membantu mengelola emosi adalah melalui kegiatan menulis. Ia menjelaskan bahwa menulis dapat membantu seseorang untuk lebih memahami dan mengelola perasaan mereka.

Terlebih dalam budaya Indonesia yang cenderung menahan ekspresi emosi, seperti anggapan bagi laki-laki untuk tidak boleh menangis atau perempuan yang tidak boleh marah, maka menulis bisa menjadi cara efektif untuk menggali dan mengekspresikan perasaan secara lebih jujur.

Menurut dia, menulis bukan hanya untuk mengungkapkan perasaan, tapi juga untuk merayakan hal-hal positif yang telah dilakukan. Ia menilai, hal ini bisa membantu untuk lebih menghargai diri sendiri dan tidak selalu menunggu validasi dari orang lain.

Lebih lanjut, Nurul juga menyarankan agar setiap individu dapat memberi apresiasi pada dirinya sendiri dengan mengucapkan terima kasih atas tubuh dan pikiran yang telah bekerja sepanjang hari. Menurut dia refleksi ini dapat membuka ruang untuk pengembangan diri dan motivasi agar menjadi lebih baik.

Di bulan Ramadan yang penuh tantangan ini, masyarakat disarankan untuk membuat perencanaan dan daftar tugas (checklist) agar setiap waktu dapat dimanfaatkan, baik untuk beribadah, menjaga kesehatan mental, maupun menjalani rutinitas harian.

Dengan pendekatan secara holistik, ia berharap individu dengan masalah kesehatan mental bisa menjalani Ramadhan dengan lebih tenang, sehat, dan penuh kesadaran.

"Kita tuh belajar untuk menghargai diri sendiri, jangan menunggu penghargaan atau validasi dari orang lain. Ternyata ya, itu dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan psikologis," katanya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar