08 Desember 2022
19:11 WIB
Penulis: Tristania Dyah Astuti
Editor: Satrio Wicaksono
JAKARTA - Anak yang memasuki usia sekolah, umumnya menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua. Pasalnya pada momen itu, konsentrasi orang tua biasanya terpaku pada pemilihan sekolah yang ideal untuk buah hatinya.
Tapi di waktu bersamaan, ada hal yang kerap terlupakan oleh orang tua. Yakni, bagaimana kesiapan anak secara fisik dan mental untuk masuk ke jenjang pendidikan formal.
Kesiapan fisik dan mental menjadi hal yang penting, sebab kesiapan ini berkaitan erat terhadap kemampuan anak beradaptasi dengan lingkungan dan situasi baru. Selain itu, mencegah anak kesulitan memproses pembelajaran dan kegiatan yang diberikan guru.
Ketika aspek kesiapan belum terpenuhi, kemudian anak masuk dalam lingkungan dan rutinitas yang baru, ini akan memberikannya tekanan, bahkan dapat memicu kecemasan dan stres. Alhasil, anak tidak dapat mengikuti dan mencapai target pembelajaran yang diharapkan.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pun merumuskan kesiapan anak untuk masuk jenjang pendidikan formal seperti Sekolah Dasar (SD). Ada beberapa aspek yang perlu dipersiapkan sesuai berdasarkan masa perkembangan anak.
Aspek kesiapan itu meliputi perkembangan motorik kasar dan halus, kognitif, sosial emosi, bahasa, serta kecakapan literasi. Secara rinci, IDAI merangkum beberapa capaian perkembangan anak perlu dipenuhi sebelum bersekolah.
Kemampuan Motorik Kasar dan Halus
Perkembangan motorik anak berkaitan dengan kematangan fisiknya. Kemampuan motorik kasar ditandai dengan anak bisa berjalan baik di garis lurus, berdiri dengan satu kaki, berlari, naik turun tangga sendiri, melompat jauh dan mendarat dengan dua kaki bersamaan. Selain itu, anak memiliki kemampuan untuk melempar, menendang dan menangkap bola, serta sudah dapat mengayuh sepeda roda tiga.
Sementara kemampuan motorik halus berupa kemampuan memegang pensil dengan baik pada tripod posisi, dapat menggambar bentuk dasar seperti lingkaran, kotak dan segitiga. Lalu, dapat mewarnai di dalam garis pembatas, dapat menggunting pola bentuk, bermain menyusun balok 3 dimensi, mandiri untuk mampu melepas dan memakai baju berkancing, resleting, memakai sepatu dan kaos kaki, serta makan serta minum sendiri
Kemampuan Kognitif
Kemampuan kognitif berkaitan dengan kemampuan anak menerima informasi. Untuk siap bersekolah anak sudah harus mampu menjelaskan persamaan dan perbedaan suatu benda, dapat mengelompokan benda sesuai dengan klasifikasi sederhana.
Lalu bisa menyelesaikan puzzle sederhana dalam 5 sampai 6 keping puzzle, dapat memahami pola berurutan dari deret bentuk misal dari besar ke kecil, mengenal bentuk dan warna, mengetahui konsep waktu seperti hari, bulan dan tahun.
Kemampuan Sosial Emosi
Aspek yang satu ini tidak kalah penting dari aspek perkembangan lainnya. Sebelum masuk ke lingkungan sekolah, anak sudah harus paham makna kata menunggu dan bisa mengantri. Ia sudah bisa bermain bersama serta berbagi, memulai pembicaraan dan permainan.
Anak juga sudah mampu berpisah dari orang tua saat sekolah, mampu bertahan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan, dapat mengungkapkan dan mengontrol emosi, sudah dapat mandiri saat buang air kecil dan air besar, dapat memusatkan perhatian dan meminta pertolongan kepada orang dewasa saat membutuhkan.
Kemampuan Bahasa
Kemampuan bahasa pada anak usia sekolah mencakup kemampuan reseptif (pemahaman) dan bahasa ekspresif (kata-kata yang dikeluarkan).
Reseptif artinya anak mampu memahami dan mengikuti dua instruksi bersamaan, memahami konsep dasar seperti arah, preposisi, ukuran dan perbandingan.
Sementara kemampuan berbahasa ekspresif meliputi, kemampuan membuat kalimat lengkap, artikulasinya jelas, dan dapat menceritakan kembali dengan urutan yang logis.
Kemampuan Literasi
Kemampuan ini meliputi kecakapan dalam mengenal dan mengingat angka dan huruf, serta kemampuan untuk menulisnya. Kemampuan literasi menjadi aspek terakhir yang dilihat dalam kesiapan sekolah.
Sebab jika seluruh aspek perkembangan seperti motorik, kognitif, sosial emosi, dan bahasa telah terpenuhi, kemampuan literasi akan lebih mudah mengikuti dan dipelajari. Anak juga menjadi lebih siap dalam menghadapi situasi, rutinitas dan lingkungan baru secara fisik dan mental.
Maka, dapat dikatakan bahwa kemampuan perkembangan anak lebih penting daripada umur biologis untuk menilai kapan anak siap untuk masuk ke sekolah.