31 Oktober 2023
16:41 WIB
Penulis: Annisa Nur Jannah
Editor: Rendi Widodo
JAKARTA - Halloween adalah salah satu perayaan yang sangat dinantikan di berbagai negara terutama di Amerika Serikat dan Kanada. Biasanya orang-orang akan melakukan sejumlah kegiatan seperti mengukir labu, menghias rumah dengan ornamen seram, hingga berpesta menggunakan kostum hantu.
Puncak perayaan Halloween selalu jatuh pada akhir bulan, tepatnya pada tanggal 31 Oktober. Namun, pernahkah Anda penasaran bagaimana awal mula Halloween ini menjadi perayaan?
Melansir laman History, tradisi ini justru berakar dari Irlandia yang merayakan festival Celtic kuno atau dikenal sebagai Samhain. Bangsa Celtic pada 2.000 tahun lalu, terutama di wilayah yang kini menjadi Irlandia, Inggris, dan bagian utara Prancis merayakan tahun baru mereka pada tanggal 1 November.
Tahun baru versi mereka ini sebagai penanda akhir musim panas dan masa panen, serta awal musim dingin yang gelap dan sunyi. Menurut kepercayaan Bangsa Celtic, pada malam sebelum tahun baru, batas antara dunia orang hidup dan dunia mati menjadi tidak jelas.
Pada malam tanggal 31 Oktober mereka merayakan Samhain, dipercaya bahwa roh-roh orang yang sudah meninggal kembali ke dunia ini. Orang-orang Celtic pun meyakini bahwa kehadiran roh-roh dari dunia lain membantu para druid, yaitu para pendeta Celtic untuk meramalkan masa depan.
Ini menjadi penting bagi masyarakat mereka yang sangat bergantung pada alam yang rentan berubah, karena prediksi dari para druid memberikan mereka rasa nyaman menghadapi musim dingin panjang.
Selanjutnya, untuk memperingati peristiwa tersebut, druid membangun api unggun suci yang besar, tempat orang-orang berkumpul untuk membakar tanaman dan hewan sebagai bentuk pengorbanan kepada dewa.
Selama perayaan itu, bangsa Celtic mengenakan kostum, sering kali terbuat dari kepala dan kulit binatang. Mereka juga mencoba untuk meramalkan nasib satu sama lain.
Setelah perayaan selesai, mereka akan menyalakan kembali api perapian yang telah dipadamkan malam sebelumnya dari api unggun suci untuk membantu melindungi selama musim dingin yang akan datang.
Kemudian, pada tahun 43 M, Kekaisaran Romawi menaklukkan sebagian besar wilayah Celtic. Selama 400 tahun pemerintahan Romawi, dua festival Romawi digabungkan dengan perayaan tradisional Samhain tersebut.
Menjadi Hari Semua Orang Kudus
Perjalanan terbentuknya Halloween bisa dibilang mulai terjadi pada tanggal 13 Mei tahun 609 M, di mana Paus Boniface IV mengubah Pantheon di Roma menjadi tempat untuk menghormati semua martir Kristen. Inilah awal dari perayaan All Saints Day (Hari Semua Orang Kudus) dalam tradisi Katolik di gereja Barat.
Paus Gregorius III kemudian memperluas perayaan tersebut dengan menyatukan semua orang kudus dan martir, serta memindahkan tanggal perayaannya dari 13 Mei ke 1 November.
Pada abad ke-9, pengaruh agama Kristen yang menyebar ke wilayah Celtic pun mulai menggantikan dan bergabung dengan ritus-ritus Celtic kuno.
Pada tahun 1000 M, gereja menjadikan tanggal 2 November sebagai Hari Semua Jiwa, yaitu hari untuk menghormati orang yang sudah meninggal. Banyak yang percaya bahwa gereja saat itu berusaha menggantikan festival orang mati Celtic dengan hari libur terkait yang disetujui gereja.
All Souls Day dirayakan mirip dengan Samhain dengan adanya api unggun besar, parade, dan orang-orang berdandan seperti orang suci, malaikat, dan setan. Perayaan All Souls Day juga disebut All-hallows atau All-hallowmas (dari bahasa Inggris Tengah "Alholowmesse" yang berarti All Saints Day).
Malam sebelumnya yang adalah malam tradisional Samhain dalam agama Celtic mulai disebut All-Hallows Hawa. Hingga akhirnya, berkembang menjadi Halloween.
Dari Irlandia, tradisi Halloween menyebar ke Amerika dan negara-negara sekitarnya lewat para imigran. Kemudian, hal ini mengalami perkembangan dan perubahan yang menghasilkan perayaan modern seperti saat ini dengan fokus pada kostum seram, trick or treating (anak-anak berjalan mengetuk rumah mengambil permen dan hadiah), serta menghias rumah, pesta, hingga perayaan amal.