c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

24 Juli 2025

18:16 WIB

Antisipasi Kejahatan Siber Dengan Pendekatan Helicopter View

Upaya menghindari diri menjadi korban kejahatan siber perlu dilakukan sedari awal. Jangan hanya sebagai pengguna tanpa memahami system itu bekerja.

<p>Antisipasi Kejahatan Siber Dengan Pendekatan <em id="isPasted">Helicopter View</em></p>
<p>Antisipasi Kejahatan Siber Dengan Pendekatan <em id="isPasted">Helicopter View</em></p>

Ilustrasi penipuan daring atau scaming. Shutterstock/re leon8211

JAKARTA - Perkembangan teknologi digital terjadi dengan sangat cepat. Seiring dengan hal itu, kejahatan siber pun kian marak dengan berbagai modus yang semakin canggih pula. Karenanya, perlu kesadaran kolektif, termasuk kemampuan setiap individu sebagai sikap antisipatif.

Ketua Indonesia Cyber Security Forum (ICSF), Ardi Sutedja mengingatkan, perlunya pendekatan centris awareness dalam membangun budaya keamanan digital. Konsep ini menekankan pada kepekaan individu dan institusi untuk mengenali ancaman siber serta kemampuan untuk merespons sebelum serangan terjadi. 

"Tidak ada teknologi yang benar-benar aman karena mayoritas pengguna hanya berperan sebagai konsumen dan tidak memahami isi maupun risiko dari sistem yang digunakan," kata Ardi di Jakarta, Kamis (24/7).

Parahnya lagi, lanjut dia, kecerdasan buatan telah dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan siber untuk membuat penipuan yang sulit dideteksi, seperti menggunakan wajah palsu atau suara tiruan. Bahkan aplikasi berbasis deepfake kini tersedia secara luas di toko aplikasi, membuat publik semakin rentan.

Tidak hanya itu, Ia juga menyoroti pentingnya simulasi dan latihan penanganan insiden siber. "Banyak rencana hanya di atas kertas. Ketika insiden terjadi, malah bingung sendiri karena tidak pernah dilatih," ujarnya.

Lebih lanjut Ardi menekankan, ruang digital yang disebutnya sebagai mayantara, ibarat hutan belantara yang penuh predator tak dikenal. Oleh sebab itu, pengguna perlu memiliki helicopter view atau pemahaman menyeluruh terhadap ekosistem digital yang mereka masuki.

Ia menyebut, semua teknologi punya kerentanan, dari IoT sampai mobil listrik. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya untuk sadar dan terus belajar membangun sistem pertahanan siber berbasis edukasi dan kesiapsiagaan.

Ardi juga mengajak masyarakat dan institusi untuk tidak hanya memanfaatkan teknologi tanpa memahami bagaimana sistem tersebut bekerja. Ia menilai, banyak kejahatan siber terjadi karena kelengahan pengguna yang tidak menyadari bahwa teknologi yang mereka gunakan membawa risiko tinggi.

"Teknologi berubah dalam hitungan detik. Kejahatan juga ikut bertransformasi. Yang tidak berubah hanyalah niat jahat manusia. Maka kita harus lebih siap dari sekarang," pungkasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar