30 September 2025
14:18 WIB
Anak Lebih Rentan DBD, Berisiko Dehidrasi Hingga Pengentalan Darah
Gejala-gejala demam berdarah pada anak bisa lebih parah karena pertahanan tubuh mereka tidak sekuat orang dewasa. DBD bisa memicu dehidrasi parah hingga pengentalan darah pada anak.
Editor: Andesta Herli Wijaya
Ilustrasi nyamuk aedes aegypti penyebab DBD. Freepik.
JAKARTA - Penyakit demam berdarah dengue (DBD) bisa menyerang semua kalangan usia, dewasa maupun anak-anak. Namun pada anak, gejala yang ditimbulkan bisa lebih parah karena lemahnya kekebalan tubuh mereka.
Ketua Program Vaksinasi Nasional Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, Sp.A(K) mengatakan, DBD dapat menyebabkan dehidrasi parah yang dapat memicu masalah lainnya pada tubuh. Selain itu, ada pula risiko pengentalan darah karena cedera pembuluh darah.
Karena itu, Sri meminta masyarakat waspada karena DBD dapat mengenai siapa saja dalam keluarga. Anak perlu mendapat perhatian karena jika terserang, imun tubuh mereka tak sekuat orang dewasa untuk melawan paparan virus dengue.
Menurut dia, jika tidak tertangani dengan baik, DBD dapat menyebabkan kebocoran pembuluh darah, yang berujung pada kebocoran plasma sehingga darah menjadi kental. Darah yang kental akan memperlambat aliran darah dan menghambat proses penyaluran oksigen ke seluruh tubuh.
"Oksigen adalah salah satu kehidupan kita, kalau berkurang, darahnya akan kolaps. Jadi, syok, tidak sadar dan bisa kejang seperti itu," ungkap Sri dalam sesi peluncuran vaksis DBD di Jakarta, Senin (29/9), dilansir dari Antara.
Sri menambahkan, anak menjadi lebih rentan juga karena mereka sulit untuk mengungkapkan gejala-gejala yang dirasakan. Dia menyampaikan mungkin anak yang berusia lima tahun ke atas sudah lebih dapat diajak berdiskusi, namun, tak jarang pula mereka menyembunyikan perasaannya dan menyangkal keluhan yang dirasakan.
Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) di tahun 2024, mengatakan kasus kematian akibat DBD paling banyak ditemukan pada kelompok anak usia 5-14 tahun. Angka kematian akibat DBD pada kelompok usia itu mencapai 53% dari total kematian akibat DBD.
Baca juga: Parents, Ini Cara Mudah Lindungi Si Kecil Dari DBD
Terlepas itu, Sri menegaskan bahwa DBD adalah penyakit yang berbahaya bagi siapa saja, baik orang dewasa maupun anak-anak. Karena itu, dia meminta agar masyarakat mewaspadai penyebaran DBD. Masyarakat tak hanya harus waspada ketika musim hujan, tapi mengantisipasi kemungkinan terserang DBD setiap waktu.
"Dengue adalah penyakit yang dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia, di mana seseorang tinggal, maupun gaya hidup dan bukan hanya saat musim hujan, tetapi, juga mengancam sepanjang tahun," kata Sri.
Pemerintah bersama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI) bekerja sama menggenjot cakupan vaksinasi dengue dengan target sasaran utama anak-anak yang duduk di bangku sekolah dasar (SD) sebagai bentuk pemantauan aktif vaksinasi dengue di Jakarta.
Pemantauan yang akan berlangsung selama tiga tahun itu juga dijadikan waktu untuk memberikan sosialisasi, pendidikan dan edukasi terkait pentingnya vaksinasi dengue beserta dengan manfaatnya dan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) bagi anak pada kemudian hari.
Vaksin akan diberikan sebanyak dua dosis dengan rentang jarak pemberian tiga bulan.