c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

28 Januari 2022

14:28 WIB

Alasan Milenial Dan Generasi Z Boros Dan Sulit Menabung

Tren seperti FOMO (Fear of Missing Out), YOLO (You Only Live Once) di media sosial, serta tantangan menjadi generasi sandwich membelenggu banyak anak muda

Alasan Milenial Dan Generasi Z Boros Dan Sulit Menabung
Alasan Milenial Dan Generasi Z Boros Dan Sulit Menabung
Ilustrasi generasi milenial dan generasi z. dok. freepik

JAKARTA – Kendati tak bisa digeneralisir begitu saja, ada stigma yang sulit dihapuskan kepada generasi milenial dan generasi Z. Dua generasi ini kerap dianggap memiliki kemampuan manajemen keuangan yang payah.

Hal ini dinilai akibat gaya hidup yang cenderung lebih boros, sulit menabung, serta tidak terlalu mempedulikan investasi untuk kebutuhan mendatang.
 
"Ada beberapa faktor yang membuat kaum milenial dan gen Z ini boros dan sulit menabung,” kata Pemengaruh (influencer) sekaligus investment storyteller Felicia Putri Tjiasaka dalam keterangannya, Jumat (28/1).

Di antaranya adalah, akses internet yang memperbolehkan kita melihat dunia yang lebih luas dan juga e-commerce yang mendemokratisasi pembelian barang antar kota, provinsi dan bahkan negara.

"Dengan dua kemudahan ini, milenial dan gen Z cenderung lebih banyak mau dan kemudian boros," imbuhnya.

Menurutnya, tren seperti FOMO (fear of missing out), YOLO (you only live once) yang marak di media sosial, serta tantangan menjadi generasi sandwich pun, membelenggu banyak generasi muda.

Menurutnya, di satu sisi, para generasi muda ini cenderung lebih paham dan teredukasi dengan investasi terkini. Namun, mereka lebih sulit mengatur pemikiran dan psikologis, terkait tren seperti FOMO dan YOLO, jika dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya.
 
"Mungkin karena faktor usia yang masih muda dan belum melewati banyak krisis ekonomi. Oleh karena itu, Gen Z dan milenial perlu belajar menahan diri terhadap godaan sesaat, memperbaiki mindset investasi dengan menghargai proses dan juga belajar untuk konsisten," kata Felicia.

“Salah satu cara untuk memastikan keuangan yang sehat serta masa depan finansial aman adalah dengan hidup secukupnya, membuat anggaran harian, bulanan, dan tentunya memiliki tabungan plus dana darurat," tambahnya.

Mindful Living
Sementara itu pelaku gaya hidup minimalis Olga Agata menyampaikan manfaat dari yang ia sebut sebagai mindful living. Menurutnya, gaya hidup minimalis bukan sekadar memakai baju warna monokrom dan memiliki sedikit barang.
 
"Lebih dari itu, perlu kesadaran untuk mengenal kebutuhan diri sendiri, melepas keterikatan yang tidak diperlukan dan 'hadir' dalam setiap pengambilan keputusan,” ucapnya.

Dengan kesadaran seperti itu, lanjutnya, setiap pengeluaran menjadi lebih bijaksana dan setiap pemasukan senantiasa memberikan rasa cukup.

“Dengan rasa cukup, kita jadi tidak mudah merasa iri dengan kehidupan orang lain yang kita lihat dari media sosial," jelasnya.

Sementara itu, Finance & Business Planning Director Bank Sampoerna Henky Saputra menambahkan, belajar dari krisis ekonomi yang mendadak terjadi, seperti pandemi covid-19, penting adanya untuk hidup terencana, memiliki tabungan dan hidup hemat.

"Pola pikir ini diharapkan dapat meminimalkan risiko finansial mereka, akibat situasi ekonomi yang dapat memburuk kapan saja dan secara mendadak pada masa mendatang," katanya.
 
Bank Sahabat Sampoerna (Bank Sampoerna) sendiri, lanjutnya, melakukan peningkatan layanan mobile banking sekaligus mempertegas identitas layanannya dengan memperkenalkan Sampoerna Mobile Banking (SMB). Sebelumnya layanan ini bernama BSS Mobile.

Peningkatan layanan ini dilakukan untuk mempermudah nasabah milenial dalam menabung, serta melakukan berbagai transaksi perbankan. Undian setiap tiap triwulan buat penabung tabungan Sampoerna Mobile Saving yang digelar, diharapkan juga menumbuhkan kebiasaan menabung anak muda.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar