c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

03 Juli 2023

18:44 WIB

Alasan Di Balik Penggunaan Tikus Sebagai Objek Uji Coba Ilmiah

Sejarah mengatakan awal tikus dijadikan objek uji coba ini sudah ada dari 2.400 tahun yang lalu ketika orang Yunani Kuno yang mendokumentasikan pembedahan dan pengobatan menggunakan tikus.

Penulis: Annisa Nur Jannah

Editor: Rendi Widodo

Alasan Di Balik Penggunaan Tikus Sebagai Objek Uji Coba Ilmiah
Alasan Di Balik Penggunaan Tikus Sebagai Objek Uji Coba Ilmiah
Ilustrasi tikus. Unsplash

JAKARTA - Di dalam dunia penelitian mungkin kita semua familiar dengan istilah "kelinci percobaan". Namun, dalam penelitian hewan yang sering digunakan sebagai subjek percobaan adalah tikus, bukan kelinci.

Nah, dalam penyebutan umum untuk tikus percobaan disebut dengan "tikus laboratorium". Tikus ini sering digunakan dalam penelitian genetika, menguji efek keamanan obat-obatan baru, hingga psikologi.

Sejarah mengatakan awal eksperimen terhadap tikus ini sudah ada dari 2.400 tahun yang lalu ketika orang Yunani Kuno yang mendokumentasikan pembedahan dan pengobatan menggunakan tikus. Salah satu tokoh terkenal yang menggunakan tikus dalam eksperimennya adalah Herophilos, seorang ahli anatomi dan dokter Yunani.

Ia dikenal melakukan pembedahan pada tikus untuk mempelajari struktur anatomi tubuh manusia dan untuk memahami penyakit serta pengobatannya. Selain itu, dalam catatan sejarah, juga disebutkan bahwa tikus digunakan dalam praktik pengobatan tradisional di Cina kuno. Mereka digunakan dalam berbagai jenis pengobatan, termasuk akupunktur dan herbal.

Dilansir dari laman Medical News Today, National Association for Biomedical Research (NABR) mencatat bahwa 95% hewan laboratorium adalah model tikus. Kemudian, studi murine menggambarkan studi ilmiah di mana orang menggunakan model tikus.

Sementara itu, menurut para peneliti, tikus memiliki banyak kesamaan biologis dan genetik dengan manusia. Dengan demikian, peneliti dapat mempelajari tikus untuk mendapatkan wawasan tentang berbagai kondisi medis, termasuk kanker dan penyakit langka.

Para ilmuwan mengembangkan model tikus dengan memilih dan membiakkan tikus untuk menghasilkan keturunan dengan karakteristik tertentu yang diinginkan. Menurut sebuah studi pada tahun 2016, tikus rumah mus musculus adalah spesies tikus yang paling sering digunakan peneliti dalam penelitian saat ini.

Tikus sangat berguna dalam studi genetik karena peneliti dapat dengan mudah memanipulasi genom tikus atau DNA untuk mempelajari efek variasi gen tertentu. Studi murine dapat membantu para ilmuwan memahami mekanisme yang mendasari penyakit, bagaimana penyakit itu menular ke keturunannya, kemanjuran perawatan potensial, dan efektivitas intervensi terapeutik baru.

Namun, penting untuk dicatat bahwa para ilmuwan menekankan bahwa studi murine memiliki keterbatasan dan mungkin tidak selalu mencerminkan kompleksitas penyakit manusia secara akurat. Oleh karena itu, peneliti harus memvalidasi temuan dari studi murine dalam uji klinis dan menguji kemanjurannya sebelum menerapkannya pada manusia.

Lantas, mengapa para ilmuan menggunakan tikus untuk dijadikan percobaan?

Dijelaskan bahwa tikus adalah model hewan yang paling umum dalam penelitian medis dan ilmiah. Mereka dapat membantu peneliti mendapatkan wawasan klinis karena tikus berbagi fitur genetik yang sama dengan manusia. Dengan demikian, para ilmuwan dapat memanipulasi genom tikus, memodelkan penyakit tertentu, menguji obat baru, dan menyelidiki genetika penyakit sebelum mencobanya pada model manusia.

Penelitian dari 2016 menunjukkan bahwa sistem organ pada tikus mirip dengan manusia dalam bentuk, struktur, dan fisiologi. Tikus berkembang dengan cara yang sama seperti manusia, memiliki organ yang serupa, seperti jantung, paru-paru, otak, dan ginjal serta sistem pencernaan, peredaran darah, reproduksi, dan saraf yang serupa.

Selain itu, tikus dapat berkembang biak dengan cepat di area kecil dibandingkan dengan model hewan lainnya. Ukurannya yang kecil, efektivitas biaya, dan pola makan yang fleksibel sangat penting untuk kesuksesan mereka sebagai sistem model. Dan para ilmuwan sangat bergantung pada model tikus untuk memahami mekanisme yang mendasari beberapa penyakit.

Dengan demikian, lebih mudah bagi para ilmuwan untuk mengeksplorasi kemanjuran obat kandidat dan memprediksi respons manusia menggunakan model tikus. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar