c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

26 Maret 2025

21:00 WIB

Al-Asma'i, Cendekiawan Besar Di Balik Lagu Tob Tobi Tob

Pada Ramadan ini, lagu Tob Tobi Tob jamak didengar sebagai latar suara berbagai konten media sosial. Namun, siapa di balik itu? Adalah Abd al-Malik ibn Qurayb Al-Aṣma'i, seorang cendekiawan muslim. 

Penulis: Arief Tirtana

Editor: Rikando Somba

<p>Al-Asma&#39;i, Cendekiawan Besar Di Balik Lagu <em>Tob Tobi Tob</em></p>
<p>Al-Asma&#39;i, Cendekiawan Besar Di Balik Lagu <em>Tob Tobi Tob</em></p>

Ilustrasi Abd al-Malik ibn Qurayb al-Aṣma'i. Shutterstock/Nebahat Yigit

JAKARTA - Selama Ramadan ini, lantunan lagu Tob Tobi Tob menjadi salah satu lagu yang kondang di media sosial. Lagu asal luar negeri ini cukup banyak ditemukan, digunakan sebagai latar suara berbagai konten di media sosial, seperti TikTok atau Instagram.

Dengan musik khas Timur Tengah, serta lirik berbahasa Arab, rapalan lirik Tob Tobi Tob dinilai cocok untuk konten berbau Ramadan atau Islami. Dengan irama easy listening, lagu ini menarik perhatian banyak orang, meski banyak dari mereka yang tidak tahu arti dan asal dari lagu tersebut.

Dalam versi populer, lirik Tob Tobi Tob sendiri berasal dari lagu berjudul Sawt Safiri Al-Bulbuli yang dilantunkan oleh penyanyi Timur Tengah, Ahmed El Qatani. Jauh sebelum viral, lagu yang secara harfiah berarti "Suara Siulan Burung Bulbul" ini diciptakan pada dekade lalu, tepatnya tahun 2012. Namun, jika merujuk ke sejarah yang lebih jauh, lagu Sawt Safiri Al-Bulbuli  diyakini berasal dari syair klasik Timur Tengah dengan judul sama. 

Diyakini banyak pihak, lagu itu diciptakan oleh penyair terkenal Abd al-Malik ibn Qurayb Al-Aṣma'i. Bukan sekadar penyair, Al-Aṣma'i juga seorang ahli bahasa, filolog, juga ilmuwan zoologi yang memiliki kontribusi besar pada sejarah perkembangan ilmu pengetahuan di Timur Tengah, bahkan dunia.

Cerita Di Balik Syair Sawt Safiri Al-Bulbuli
Dalam banyak sumber, dikisahkan bahwa Sawt Safiri Al-Bulbuli merupakan syair sembilan ayat yang dibuat Abd al-Malik ibn Qurayb Al-Aṣma'i, untuk memenuhi tantangan seorang Khalifah Abbasiyah, bernama Abu Jaafar Al-Mansur.

Konon, Abu Jaafar Al-Mansur merupakan salah satu khalifah yang paling cerdas, dengan daya ingat yang tinggi. Karena kemampuannya itu, Abu Jaafar Al-Mansur yang gemar akan syair dan puisi, menantang para penyair untuk membuat syair baru yang belum pernah didengar. Kepada mereka, dijanjikan imbalan hadiah berupa emas dengan berat berdasarkan berat di mana syair itu ditulis, semisalnya di atas kulit hewan.

Sayang, janji itu tak pernah benar-benar dipenuhi Abu Jaafar Al-Mansur. Sudah banyak penyair yang datang kepadanya menunjukkan syair baru, namun Khalifah di era tahun 754-775 Masehi itu selalu mengakali. Dia menyebut bahwa syair-syair itu bukan sebuah karya baru.

Dengan kemampuan menghafalnya yang luar biasa, Abu Jaafar Al-Mansur langsung bisa merapalkan ulang syair yang baru didengarnya. Dengan cara itu, ia memaksa para penyair yang datang kepadanya untuk mengakui bahwa karyanya bukanlah syair baru. Bahkan, untuk semakin meyakinkan, ia juga menghadirkan dua orang pembantunya yang pandai menghafal, untuk melantunkan kembali.

Paham akan akal-akalan Abu Jaafar Al-Mansur, Al-Asma’i yang saat itu sudah menjadi penyair terkenal, mencoba membuktikan tipu daya yang dilakukan sang Khalifah. Dengan menyamar mengenakan pakaian suku Badui (suku pengembara di Jazirah Arab.red), lengkap dengan cadar yang menutupi sebagian wajahnya, ia datangi Abu Jaafar al-Mansur dan mencoba menjawab tantangan yang diberikan.

Al-Asma’i lalu membacakan syair Sawt Safiri Al-Bulbuli. Sontak, Abu Jaafar Al-Mansur merasa takjub ketika mendengarnya. Dengan kata-kata dan kalimat yang tak lazim, serta perapalannya yang cepat, membuat Abu Jaafar al-Mansur dan kedua pembantunya kesulitan menghapal dan mengulanginya. 

Sang Khalifah pun menyerah, dan bersedia untuk memberikan hadiah emas dengan berat sesuai bobot benda tempat syair itu ditulis.  

Al-Asma’i yang sejak awal datang memang ingin mengungkap tipu daya sang Khalifah, kembali mengejutkan. Dia mengatakan bahwa syair itu ditulis di sebuah tiang marmer yang hanya dapat dibawa oleh sepuluh prajurit. Mau tak mau, sang Khalifah harus mengeluarkan hadiah besar yang setimpal. 

Sang Khalifah curiga, dia meminta Al-Asma’i membuka cadar. Dan benar saja, kecurigaannya terbukti bahwa sosok itu adalah Al-Asma’i. Ia pun berkata kepada Al-Asma’i, "Apakah kamu berani melakukan hal ini kepada Khalifah kaum Muslimin?"

Al-Asma'i yang datang dengan niat baik pun melakukan pembelaan. Dia berujar, apa yang dilakukan sang Khalifah selama ini telah memutus penghidupan para penyair. Karena itu, alih-alih mengembalikan hadiah yang telah diberikan, Al-Asma'i meminta agar hadiah tersebut disalurkan kepada para penyair, sebagai imbalan atas apa yang telah mereka tulis. Abu Ja'far al-Mansur pun setuju dan menjalankan permintaan Al-Asma'i itu.

Kisah mengenai asal lagu Sawt Safiri Al-Bulbuli ini cukup menyebar luas di Timur Tengah, meski ada pula yang meragukan kisah ini. Termasuk, bahwa benar Abd al-Malik ibn Qurayb al-Aṣma'i lah yang menciptakan syair ini.

Nama Besar Abd al-Malik ibn Qurayb al-Aṣma'i.
Di luar perdebatan asal muasal kisah syair Sawt Safiri Al-Bulbuli dengan lirik Tob Tobi Tob yang kini populer di Indonesia, nama Abd al-Malik ibn Qurayb al-Aṣma'i di dunia kesusastraan Timur Tengah dan dunia, sangat layak untuk diketahui banyak orang.

Lahir dan besar pada masa kejayaan Kekhalifahan Abbasiyah, yang dikenal dengan masa kemajuan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam, al-Aṣma'i tumbuh dalam kondisi yang membentuknya sebagai seorang yang memiliki pengetahuan luas.

Al-Aṣma'i merupakan keturunan dari keluarga penyair Uyaynah al-Muhallabi. Maka wajar jika sejak kecil sudah mendapatkan pendidikan terbaik sejak kecil, termasuk bersekolah di Madrasah al-Basrah, sekolah terbaik di Timur Tengah kala itu.

Tak hanya itu, dia juga mendapatkan pendidikan dari para ulama terkemuka pada masanya, di kota Basra (wilayah yang kini menjadi bagian Irak) pada sekitar tahun 740 Masehi. Ayahnya, Qurayb Abū Bakr, memperkenalkan al-Aṣma'i ke salah satu ulama bahasa terbaik pada masanya, Abu Amr ibn al-Ala. Kemudian juga dengan salah seorang ulama bahasa dan tata bahasa, Abu Mahraz.

Selain belajar dari para ulama besar, dari kitab-kitab ilmu yang ada di perpustakaan, al-Aṣma'i juga mencari ilmu di tempat-tempat tak terduga, dari pasar Al-Murbad hingga menjelajah ke pedalaman gurun, hingga bertemu dengan masyarakat Badui Arab.

Bukan hanya ilmu yang didapatnya, al-Aṣma'i menjadi sosok yang hafal betul silsilah dan sejarah orang-orang Arab. Bahkan, Imam Shafi'i pernah memberikan kesaksiannya, bahwa "tidak ada seorang pun yang pernah mengungkapkan keadaan orang Arab, lebih baik daripada Al-Asma'i".

Intelegensi al-Asma'i juga dipertegas dengan sebutan sebagai lautan bahasa oleh Al-Mubarrad. Sebab, tidak ada seorang pun yang mampu meriwayatkan banyak cerita mengenai kehidupan masyarakat Timur Tengah, sebanyak dia kala itu.

Dengan bekal pendidikan yang didapatnya sejak kecil, juga pengalamannya menjelajah dan bertemu banyak orang dari berbagai suku di Timur Tengah, al-Asma'i mampu menghafal ribuan bait puisi rajaz (salah satu jenis puisi Arab dengan irama dan rima tertentu). Ia juga merupakan salah satu cendekiawan Muslim awal yang menyunting dan membacakan syair-syair jahiliyah dan Islam dari suku-suku Arab hingga era Banu al-'Abbās.

Hasil suntingan al-Asma'i hingga kini menjadi salah satu sumber utama literasi puisi Arab awal. Satu yang paling terkenal adalah Asma'iyyat, sebuah kitab antologi puisi yang berisikan 92 qasidah karangan 71 penyair dari era pra-Islam hingga awal berdirinya Islam di Timur Tengah. Pada era modern ini, Asma'iyyat masih menjadi salah satu sumber literasi puisi Arab utama di dunia, hingga diterbitkan ulang pada oleh orientalis asal Jerman Wilhelm Ahlwardt.

Berkat ilmu dan pengetahuan luas yang dimilikinya, Al-Asma’i juga bisa menjalin hubungan dekat dengan salah satu tokoh penting dalam sejarah Islam, yakni khalifah Dinasti Abbasiyah, Khalifah Harun Ar Rasyid. Al Asma’i dipercaya menjadi guru bagi dua putra sang Khalifah, yakni Al-Amin dan Al-Ma'mun. Selain juga menjadi teman diskusi Harun Ar Rasyid hingga larut malam.

Ilmuwan Zoologi
Menariknya, pengalaman Al-Asma’i menjelajahi berbagai tempat di Timur Tengah, membuatnya bukan hanya dekat dan memiliki ketertarikan dengan kehidupan manusia. Dia juga tertarik dengan hewan seperti unta dan kuda. Ketertarikan itu membuat Al-Asma’i juga turut mempelajari mengenai kuda dan unta lebih jauh. Hingga membawanya menjadi salah satu ilmuwan zoologi muslim terpandang hingga saat ini.

Hal itu juga didukung oleh iklim perkembangan ilmu pendidikan di Dinasti Umayyah yang sedang berkembang pesat di sekitar abad ke-7. Selama kekhalifahan Umayyah, perilaku dan klasifikasi hewan dan tanaman dipelajari dan dicatat sungguh-sungguh, bukan hanya oleh Al-Asma’i namun juga oleh sejumlah cendekiawan lainnya.

Dalam satu kejadian yang diceritakan oleh banyak sejarawan, Khalifah al-Rashid pernah membawa seekor kuda dan meminta al-Asma'i dan Abu 'Ubaida (yang juga banyak menulis tentang zoologi) untuk mengidentifikasi istilah yang benar untuk setiap bagian anatomi kuda.

Saat itu, Abu 'Ubaida yang juga merupakan cendekiawan besar muslim, mengaku tak mampu memenuhi permintaan sang Khalifah. Namun Al-Asma'i dengan ilmu yang dimilikinya, langsung melompat ke atas kuda, mengidentifikasi setiap bagian tubuhnya, dan memberikan contoh dari puisi Arab Badui yang telah menetapkan istilah-istilah sebagai kosakata bahasa Arab yang tepat.

Bukan cuma terbatas pada hewan, pengetahuan Al-Asma'i juga melingkupi dunia tumbuhan. Terbukti dari sebuah karya botani, Plants and Trees, menamai 276 tanaman, khususnya tanaman yang tumbuh di Jazirah Arab.

Sayangnya memang seperti banyak sumber literasi Islam yang pernah ada, karya-karya Al-Asma'i  banyak yang telah hilang. 

Dari sekian banyak karyanya yang disebutkan dalam katalog dikenal sebagai Fihrist, hanya sekitar setengah lusin yang masih ada. Itu termasuk Book of Distinction, Book of the Wild Animals, Book of the Horse, dan Book of the Sheep.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar