09 Juni 2025
21:00 WIB
Agak Laen 2 Masuk Proses Syuting
Film Agak Laen 2 masuk proses syuting. Ada sejumlah aktor dan aktris baru yang akan mewarnai sekuel film komedi terlaris di Indonesia tahun 2024, Agak Laen.
Poster film Agak Laen. Sumber foto: Instagram/Pilem Agak Laen.
JAKARTA - Setelah sukses mendatangkan 9.125.188 penonton ke bioskop dan menjadi film komedi terlaris di Indonesia pada 2024, sekuel Agak Laen mulai diproduksi. Imajinari Pictures selaku rumah produksi yang menangunginya, memasuki proses produksi.
Bene Dion Rajagukguk, Boris Bokir, Oki Rengga, dan Indra Jegel, kembali tampil di Agak Laen 2. Selain pemain lama, seperti dikutip dari Antara, sejumlah aktor dan aktris baru juga terlihat dalam video yang dibagikan di akun Instagram Imajinari, di antaranya Boah Sartika, Tissa Biani, Priska Baru Segu, dan Gita Bhebhita.
Film Agak Laen pertama mengambil latar lokasi di pasar malam, dan cerita yang mengangkat persoalan ekonomi dan sosial masyarakat yang kurang berada.
Sebelumnya, Produser dan pendiri Imajinari Pictures, Ernest Prakasa mengonfirmasi potensi sekuel film Agak Laen akan digarap lagi oleh sutradara Muhadkly Acho.
Ernest juga mengatakan, sekuel film komedi laris asal Indonesia Agak Laen belum dibuat perusahaan sinema di luar negeri. Ernest menjelaskan, jalinan kerja sama exclusive rights dengan perusahaan film asal Korea Selatan, Barunson E&A menandakan bahwa perusahaan itu yang mengelola seluruh proses kalau nanti memang ada ketertarikan untuk mengadaptasi film tersebut.
"Apakah nanti akan ada yang datang dan bilang, 'Saya mau dong adaptasi?' Belum tentu ada. Tetapi, kalaupun sampai ada, mereka (Barunson E&A) yang akan handle," kata Ernest.
Nantinya, jelas dia, Barunson akan bertindak sebagai penghubung utama bagi studio global manapun yang tertarik untuk mengadaptasi. Hal ini pun juga berlaku pada film yang diproduseri Ernest Prakasa dan Dipa Andika, Tinggal Meninggal yang akan tayang serentak di bioskop se-Indonesia mulai 14 Agustus mendatang.
Terkait aspek kreatif dalam adaptasi film tersebut, seperti keputusan bagaimana pakem pengambilan gambarnya, dan semacamnya, Ernest menyebut bahwa otonomi biasanya berada di tangan pihak yang mengadaptasi.
Namun, ia tidak menampik kemungkinan keterlibatan Imajinari untuk elemen-elemen cerita yang sifatnya sangat fundamental.
Penjelasan itu diharapkan mampu memberikan pemahaman yang lebih komprehensif kepada publik, mengenai mekanisme adaptasi film Indonesia di kancah global.