03 Juni 2022
21:00 WIB
Penulis: Andesta Herli Wijaya
Editor: Rendi Widodo
JAKARTA - Anti Corruption Film Festival (ACFFest) kembali dihelat tahun ini. Agenda ini dimulai bersamaan dengan peluncuran secara resmi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jumat (03/6), dan akan berlanjut hingga penghujung tahun nanti.
ACFFest yang tahun ini memasuki penyelenggaraan ke-8, mengusung tema “Berawal dari Kita, Bangkit dan Bergerak Bersama Lawan Korupsi”. Tema ini memuat semangat kebangkitan geliat sineas di masa pandemi, untuk kembali berkarya dan menyampaikan gagasan-gagasan terbaiknya lewat film, khususnya dalam hal ini gagasan tentang pemberantasan korupsi.
Deputi Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat KPK, Wawan Wardiana mengatakan, ACFFest menjadi ajang apresiasi bagi bakat-bakat muda untuk berkreasi, menyampaikan berbagai ceritanya lewat film.
“KPK berharap hal ini bisa mengajak anak-anak muda untuk tetap tumbuh lebih kuat dan berkelanjutan dalam semangat berkreasi dan bersikap kritis melawan korupsi,” ungkap Wawan dalam peluncuran daring ACFFest 2022, Jumat (03/6).
Wawan membeberkan tentang pertumbuhan pengguna internet di Indonesia yang saat ini telah mencapai 70 persen lebih. Artinya, 200 juta lebih penduduk Indonesia terhubung dengan internet, dan menjadi bagian dari ekosistem dunia digital hari ini.
Karena itu, pesan pemberantasan korupsi pun dirasa harus terus meluas sampai ke banyak orang, lewat pesan-pesan berbasis media baru. Film dalam hal ini terkait erat dengan media baru, karena kini bisa disiarkan melalui berbagai platform digital.
Lebih lanjut, Spesialis Kampanye Anti Korupsi KPK, Epi Handayani menjelaskan bahwa ACFFest tahun ini juga fokus pada isu pemberantasan korupsi di sektor politik. ACFFest kali ini mengusung spesifik samping tema utama festival, yaitu politik uang.
Melalui kuratorialnya, ACFFEST akan menyaring ide-ide cerita terbaik tentang pemberantasan politik uang, untuk kemudian difasilitasi produksinya oleh KPK.
“Menjelang pemilu 2024 ini pastinya sudah banyak yang main belakang, main uang. Jadi kita kan masyarakat pemilih jangan mau dong menjadi korban. Karena rata-rata masyarakat itu nggak sadar kita korban korupsi. Nah kita ingin membangun kesadaran tersebut, baik masyarakat pemilih, peserta dan penyelenggara, untuk menghilangkan money politik ini,” papar Epi.
ACFFest 2022 memuat berbagai kegiatan menarik, selain yang utama yaitu Kompetisi Film Pendek (Fiksi dan Dokumenter) dan Kompetisi Ide Cerita. Program lainnya di antaranya yaitu International Film Screening yang akan dilaksanakan pada Juli nanti di Bali, Movie Camp, Movie Day. Webinar serta puncaknya yaitu Awarding.
Epi juga mengumumkan bahwa ACFFest tahun ini bekerja sama dengan sejumlah platform streaming film untuk distribusi film-film ACFFest nantinya. salah satunya, film-film pemenang ACFFest akan ditayangkan di MAXStream.
Nah, bagi para sineas yang berminat mengikuti kompetisi ACFFest, masih ada waktu yang panjang untuk mendaftarkan karya. Masa pendaftaran untuk Kompetisi Ide Cerita akan berlangsung dari saat ini hingga 10 Juli mendatang. Sementara pendaftaran untuk Kompetisi Film Pendek akan berlangsung hingga 10 Agustus 2022. Informasi lebih lengkap bisa disimak melalui media sosial resmi ACFFest.
Menyampaikan Kritik dengan Berbudaya
Berkaca dari penyelenggaraan tahun-tahun sebelumnya, ACFFest selalu hadir dengan rangkaian program menarik yang tidak hanya berkaitan dengan kompetisi, tapi juga edukasi hingga ajang untuk berjejaring bagi para sineas.
Begitu pula tahun ini, akan ada berbagai sesi pelatihan yang bagi para peserta ACFFest bersama para sineas terkemuka Indonesia, baik sutradara, produser maupun penulis skenario. Maka itu, ajang ini menjadi kesempatan bagi para sineas muda untuk menimba ilmu seputar film dari para ahlinya.
Di samping itu, yang tak kalah pentingnya bahwa melalui ACFFest, para sineas bisa menyampaikan kritik ataupun keresahannya terhadap situasi terkini lewat film. Hal ini sangat penting menurut Sutradara dan produser kenamaan Indonesia, Hanung Bramantyo.
Bahwa lewat film, katanya, orang bisa menyampaikan semua kegelisahan dengan cara yang berbudaya, di tengah kecenderungan “caci maki” di sosial media hari ini. Dalam konteks ACFFest, kegelisahan itu adalah terkait dengan isu korupsi.
“Medium film itu sangat efektif, sangat mudah sekali untuk diakses sekarang ini, karena itu makanya pergunakan seefektif mungkin, seliar mungkin, sekreatif mungkin dan sesensitif mungkin, sepersonal mungkin. Supaya teman-teman semua itu ketika bersuara itu ada tempatnya, dan cukup berbudaya dan intelek,” dorong Hanung yang turut hadir dalam peluncuran ACFFest 2022.