c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

28 Juli 2025

19:23 WIB

Ablasi Radiofrekuensi, Solusi Atasi Benjolan Tiroid Tanpa Operasi

Ablasi radiofrekuensi merupakan prosedur medis non-bedah yang menggunakan energi panas dari gelombang radiofrekuensi. Tujuan dari tindakan ini mengecilkan atau menghilangkan benjolan tiroidjinak.

Penulis: Gemma Fitri Purbaya

<p id="isPasted">Ablasi Radiofrekuensi, Solusi Atasi Benjolan Tiroid Tanpa Operasi</p>
<p id="isPasted">Ablasi Radiofrekuensi, Solusi Atasi Benjolan Tiroid Tanpa Operasi</p>

Ilustrasi gangguan Tiroid. Shutterstock/Jo Panuwat D

JAKARTA - Prevelansi penyakit tiroid cukup tinggi di kawasan Asia Pasifik mencapai 11%, sementara secara global prevelansinya hanya berkisar di antara 2 sampai 4%.

Penyakit tiroid sendiri gangguan yang disebabkan oleh kelainan pada kelenjar tiroid yang berfungsi untuk menghasilkan hormon tiroid yang mengatur metabolisme tubuh. Gangguan ini menyebabkan produksi hormon tiroid yang terlalu banyak atau terlalu sedikit sehingga menimbulkan gejala.

Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan ablasi radiofrekuensi. Diungkapkan oleh spesialis penyakit dalam Eka Hospital BSD, dr. Dicky Levenus Tahapary, ablasi radiofrekuensi merupakan prosedur medis non-bedah yang menggunakan energi panas dari gelombang radiofrekuensi untuk mengecilkan atau menghilangkan benjolan tiroid yang jinak.

"Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan jarum kecil ke dalam nodul tiroid dengan panduan ultrasonografi. Ujung jarum akan menghasilkan energi panas yang menghancurkan sel-sel tidak normal pada nodul tanpa merusak jaringan tiroid sehat di sekitarnya," jelas dr. Dicky dalam diskusi media Eka Hospital di Jakarta, Senin (28/7).

Teknologi ablasi radiofrekuensi memanfaatkan energi listrik yang diubah menjadi gelombang radiofrekuensi. Ketika energi gelombang radiofrekuensi mencapai jaringan, ini menyebabkan getaran molekul air di dalam sel dan menghasilkan panas. Panas inilah yang menyebabkan koagulasi protein dan nekrosis sel-sel target.

"Energi ablasi radiofrekuensi dihantarkan langsung ke dalam nodul di bawah panduan USG dengan kontrol suhu yang akurat dapat meminimalkan risiko kerusakan jaringan di luar target. Prosedur ini tidak memerlukan sayatan besar, hanya tusukan kecil, dan meninggalkan bekas tusukan kecil yang biasanya tidak terlihat," lanjut dr. Dicky.

Tidak hanya itu saja, tindakan ini juga dapat mempertahankan fungsi tiroid karena hanya nodul yang ditangani. Dengan begitu, sebagian besar fungsi kelenjar tiroid tetap terjaga sehingga risiko kekurangan hormon tiroid lebih rendah dibandingkan operasi pengangkatan sebagian atau seluruh tiroid. Apabila nodul tumbuh kembali, prosedur ablasi radiofrekuensi dapat diulang.

"Tindakan ablasi radiofrekuensi ini menjadi pilihan menarik bagi pasien dengan benjolan tiroid jinak yang ingin tanpa tindakan pembedahan dan pemulihan yang lebih cepat. Namun, tidak semua nodul tiroid jinak dapat dilakukan tindakan ini. Oleh karena itu diperlukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter yang sudah berpengalaman," tutup dr. Dicky.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar