c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

26 Maret 2021

14:17 WIB

Zat Kimia Pada Plastik Bisa Membuat Penis Menyusut

Zat phthalates pada plastik berdampak pada sistem endokrin yang menyebabkan bayi-bayi diprediksi akan lahir dengan penis berukuran kecil

Zat Kimia Pada Plastik Bisa Membuat Penis Menyusut
Zat Kimia Pada Plastik Bisa Membuat Penis Menyusut
Ilustrasi organ vital laki-laki. Pixabay/dok

JAKARTA - Peneliti lingkungan menemukan zat kimia pada plastik dapat membuat penis menyusut. Selain itu, zat kimia pada plastik juga membuat organ genital tidak dapat berfungsi semestinya. Hal tersebut diungkap Dr. Shanna Swan dalam bukunya berjudul “Count Down” dikutip dari Sky News, Jumat (26/3).

Dalam bukunya, Swan mengatakan manusia akan menghadapi krisis kesuburan di masa depan akibat phthalates, zat kimia yang digunakan dalam memproduksi plastik. Phthalathes biasa digunakan untuk membuat produk plastik menjadi lebih elastis. Umumnya ditemukan pada produk mainan anak, kemasan makanan, vinyl untuk lantai dan dinding, parfum, body spray, dan masih banyak lagi.

Phthalates disebut dapat berpengaruh pada sistem endokrin yang berfungsi memproduksi hormon. Akibat polusi itu, bayi-bayi akan lahir dengan penis yang berukuran kecil.

Sebelum menemukan fakta itu, Swan meneliti phthalate syndrome. Ia mengobservasi tikus yang janinnya terpapar phthalate. Setelah lahir, bayi-bayi tikus ini memiliki genital yang menyusut. Ia kemudian menemukan, bayi laki-laki mengalami permasalahan yang sama ketika terekspos zat yang sama saat berada di kandungan, yakni ukuran penis yang lebih kecil.

Pada studi yang dilakukan pada tikus ini menunjukkan phthalates merupakan senyawa anti-androgenik yang bisa menurunkan kadar testosteron dan menghambat mengeluarkannya. Hasilnya, penis bayi-bayi yang terpapar polusi ini mengecil. Diketahui ukuran penis yang kurang dari 5,08 cm berisiko memiliki jumlah sperma yang rendah sehingga dapat mempengaruhi tingkat kesuburannya.

Sebelumnya, pada penelitian pada 2017, Swan menemukan jumlah sperma pada laki-laki di negara Barat terus mengalami penurunan. Persentase penurunan itu mencapai 59% sejak tahun 1973 hingga 2011 kemarin. Penelitian tersebut melibatkan lebih dari 45 ribu responden laki-laki sehat dari 185 studi terdahulu.

Dari penelitian itu, Swan pun menyimpulkan bahwa angka ketidaksuburan akan terus mengalami peningkatan. Di 2045, sebagian besar laki-laki diprediksi tidak mampu memproduksi sperma yang layak.

Tidak hanya berdampak pada bayi laki-laki, polusi phthalates juga mempengaruhi pada perempuan. Sebuah studi di 2014 mengatakan, paparan zat tersebut membuat perempuan tidak mengalami ketertarikan melakukan aktivitas seksual sebesar 2,5 kali lipat.

Pada perempuan, ketertarikan seksual biasanya ditentukan dari sirkulasi konsentrasi androgen. Namun, phthalates adalah senyawa anti-androgenik yang dapat menyebabkan gairah seksual perempuan menurun.

Sementara pada penelitian lainnya, ketertarikan seksual dan perubahan hormon harian dipengaruhi oleh kadar estradiol. Namun, paparan phthalates juga mempengaruhi produksi estradiol sehingga ketertarikan seksual perempuan menjadi turun. Mereka yang memiliki tubuh yang tinggi akan kadar phthalates juga seringkali dilaporkan mengalami masalah vagina kering, meskipun angka kejadiannya cenderung sedikit. (Gemma F Purbaya)


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar