28 Januari 2021
18:22 WIB
JAKARTA – Meningkatnya aktivitas di rumah selama pandemi membuat layanan pesan-antar makanan menggeliat. Menurut perusahaan konsultan berbasis di Singapura, Momentum Works, dalam laporannya berjudul “Food Delivery Platforms in Southeast Asia” layanan ini naik hingga 183% pada 2020, jika dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Kenaikan pada tahun lalu ini jauh lebih besar dibandingkan pertumbuhan pada 2019 yang tercatat sebesar 91%.
"Salah satu alasan terbesarnya, kita tahu karena covid-19, bahkan hingga saat ini bekerja dari rumah, dan beberapa dari kita tidak punya waktu untuk memasak. Ini yang membuat pertumbuhan terus meningkat," kata Chief Operating Officer Momentum Works Yorlin Ng, dalam temu media virtual, Kamis (28/1) seperti dilansir Antara.
Meski covid-19 mendorong pertumbuhan layanan pesan-antar makanan, Momentum Works melihat pandemi juga menciptakan ketegangan atau "pemicu stres" baru. Salah satunya penentuan tarif komisi antara operator layanan makanan dan platform pengiriman makanan.
Pandemi juga dinilai dapat memicu gesekan antara platform pengiriman makanan dengan operator logistik. Dengan meningkatnya pengangguran, lebih banyak pekerja telantar yang beralih ke bisnis pengiriman makanan.
Hal ini dapat menyebabkan penurunan pendapatan per pengendara, menciptakan gesekan antara pengendara pengiriman makanan dan operator.
Selanjutnya, lonjakan volume ditambah dengan penyebaran pesanan secara geografis–beralih dari perkantoran ke daerah pemukiman–juga menguji efisiensi operasional platform pengiriman makanan.
Namun, menjelang akhir 2020, permasalahan soal tarif komisi dan gesekan platform dengan operator logistik, menurut Momentum Works, sebagian besar telah terselesaikan.
Penelitian yang dilakukan pada 2020 dengan metode yang mencakup wawancara, survei, dan data dari layanan pemantauan pihak ketiga, juga menunjukkan masyarakat Indonesia menghabiskan total US$3,7 miliar (sekitar Rp52,1 triliun) dalam konsumsi layanan pesan-antar makanan.
Konsumsi tersebut dilakukan melalui dua penyedia layanan pesan-antar makanan terbesar yaitu Grab dan Gojek. Grab memegang 53% pangsa pasar layanan pesan-antar makanan di Indonesia, diikuti oleh Gojek sebesar 47%.
GMV atau gross merchandise volume layanan pesan-antar makanan milik Grab diperkirakan mencapai US$5,9 miliar (sekitar Rp83,2 triliun) untuk kawasan Asia Tenggara.
Kenyamanan Pelanggan
Sebelumnya, Chief Food Officer Gojek Group Catherine Hindra Sutjahyo mengatakan, upaya menghadirkan kenyamanan pelanggan untuk menjelajah kuliner, selalu menjadi menjadi prioritas utama GoFood.
"Teknologi GoFood memungkinkan pelanggan untuk tidak hanya mengandalkan GoFood sebagai pengantaran makanan, namun juga menjadi destinasi bagi pelanggan untuk mengeksplorasi lebih dari 20 juta item menu makanan dan minuman di seluruh Indonesia, sesuai dengan kegemaran pelanggan. Karena kesetiaan pelanggan dan mitra usaha selama ini, GoFood mampu mempertahankan kinerja bisnis yang positif,” kata Catherine.
Tak hanya diandalkan oleh pelanggan, GoFood, lanjutnya, turut konsisten menjadi partner pertumbuhan bagi mitra usaha, terutama UMKM dimana segmen bisnis ini menunjukkan pertumbuhan pesat sebesar hampir 40%, di masa pandemi.
GoFood, kata Catherine juga membantu usaha kuliner untuk go digital. Pada akhir 2020, tercatat 750.000 mitra usaha kuliner Indonesia bergabung bersama GoFood terutama di kategori UMKM, meningkat 50% pada tahun sebelumnya. (Faisal Rachman)