25 Februari 2021
16:16 WIB
JAKARTA - Liburan ke Candi Borobudur biasanya identik hanya dengan mengelilingi kawasan candi yang luas, menjelajahi 72 stupa serta menapaki puncak candi untuk melihat pemandangan gunung yang asri serta pepohonan rindang. Tapi, kini salah satu destinasi super prioritas yang dicanangkan oleh Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif, kini menawarkan hal lain.
Terutama untuk si tukang gowes yang tengah getol bersepeda. Di lokasi ini disediakan beberapa area kunjungan yang ramah pesepeda. Wilayah yang masih asri di sekeliling candi membuat goweser dapat berkeliling dengan nyaman menggunakan sepeda.
Gaery Undarsa, Co-Founder & Chief Marketing Officer, tiket.com, Kamis (25/2) seperti dilansir Antara, menuturkan, bersepeda adalah salah satu kegiatan komunitas yang terbentuk semasa pandemi berlangsung.
“Kami melihat pertumbuhan tren bagi berbagai komunitas pesepeda dari berbagai kota untuk menjelajahi medan-medan alami nusantara bersama-sama, karena aktivitas tersebut menyegarkan pikiran dan cahaya matahari bermanfaat bagi kebaikan tubuh," tuturnya.
Hanya saja, ia berpesan agar para goweser tetap disiplin menjalanan 5M protokol kesehatan dan mengecek regulasi terbaru dari pemerintah daerah yang akan dikunjungi, demi kenyamanan sesama pengunjung dan warga lokal”.
Berikut beberapa lokasi rekomendasi bagi calon turis yang hendak merencanakan liburan bersepeda ke Candi Borobudur.
Desa Wringin Putih
Berlokasi sekitar 2,3 km dari area Candi Borobodur, Desa Wringin Putih menawarkan pemandangan pedesaan asri dan indah dengan latar belakang persawahan serta lanskap Bukit Menoreh.
Daya tarik utama dari desa ini adalah jajaran rumah bambu yang dapat ditemui ketika menyusuri area Wringin Putih sembari bersepeda. Manfaatkan kesempatan untuk berhenti sejenak agar bisa menikmati camilan khas bernama getuk, yaitu cemilan yang terbuat dari singkong halus bercampur gula, garam, dan kelapa parut.

Desa Wanurejo
Destinasi wajib mampir untuk para generasi gowes kekinian. Desa Wanurejo terletak di kaki pegunungan Menoreh dan diapit antara Sungai Progo dan Sungai Sileng, sehingga pemandangan alami mempesona pun dapat memukau hati.
Selagi di sini, kunjungi Museum Wayang dengan koleksi wayang terbaik nusantara. Selain itu, terdapat 694 koleksi sastra tentang perwayangan dalam berbagai bahasa, serta 83 kaset audio yang memuat rekaman pertunjukan wayang dari tahun 1971 hingga 1994.
Bagi turis yang tidak membawa sepeda, maka di Balkodes Wanurejo, tersedia tempat penyewaan sepeda di Jalan Balaputradewa. Harga sewa mulai dari Rp 15.000 untuk sepeda biasa, hingga Rp50.000 untuk sepeda gunung.
Desa Majaksingi
Berlokasi cukup 3 km dari Candi Borobudur, tempat rehat alami berikutnya adalah Desa Majaksingi. Kegiatan menarik selagi menghabiskan waktu di sini adalah kerajinan membuat pot dari tanah liat langsung mengikuti tutorial live dari pengrajin berpengalaman. Bagi penggemar kopi, bersiap-siap membawa pulang oleh-oleh kantong biji kopi lokal bercitarasa dan beraroma terwangi dari desa ini.
Pekerja menjemur kopi Luwak di Pawon Luwak Coffee Desa Wanurejo, Borobudur, Magelang, Jateng, Sabtu (14/11/2020). Kedai kopi Luwak yang berada di sekitar candi Pawon tersebut merupakan salah satu wisata alternatif di kawasan candi Borobudur yang menawarkan wisata kuliner menikmati kopi Luwak asli Indonesia yang dijual Rp250 ribu per 100 gram kopi Robusta dan Rp400 ribu per 100 gram kopi Arabika. ANTARAFOTO/Anis Efizudin.
Desa Tanjungsari
Berjarak serupa dengan Desa Majaksingi, yaitu sekitar 3 km dari Candi Borobudur, Desa Tanjungsari memiliki latar belakang panorama pegunungan Menoreh. Penduduk desa ini bermata pencaharian utama sebagai petani cabe dan tembakau, selain itu, pembuatan tahu rumahan pun menjadi salah satu produk usaha yang pantas dilirik.
Desa Tanjungsari memiliki 5 benda purbakala. Dua di antaranya adalah kepala arca Buddha yang diduga sebagai bagian dari Candi Borobudur pada masa pemugaran di tahun 1907-1911.
Desa Candirejo
Desa yang memiliki Waroeng Rejo atau wisata air Sungai Progo ini terletak 4 km dari Candi Borobudur. Kegiatan outdoor seperti rafting pun dapat menjadi pilihan karena arus sungai yang cukup deras.
Berbeda dengan rafting modern, rafting di desa ini menggunakan getek tradisional. Pilihan lain bagi turis adalah merasakan pengalaman berpetualang dengan berkendara off road menyusuri sungai Progo. (Faisal Rachman)