05 Maret 2021
17:25 WIB
JAKARTA – Indonesia memiliki banyak sekali produk makanan maupun minuman tradisional yang khas. Tiap-tiap daerah punya produk khususnya masing-masing. Termasuk produk minuman beralkohol atau minuman keras (miras).
Ada banyak jenis miras tradisional di Indonesia. Umumnya dibuat dari hasil fermentasi buah-buahan atau tumbuhan. Masyarakat biasanya memosisikan miras sebagai bagian dari kegiatan sosial, budaya, hingga ritual keagamaan.
Berikut lima miras tradisional dari berbagai daerah yang namanya sudah populer dan sejak lama dikonsumsi masyarakat.
Arak Bali
Arak Bali berbahan dasar nira (air manis) yang diambil dari pohon lontar, pohon kelapa atau pohon aren. Nira kemudian diolah melalui proses penyulingan dan fermentasi yang biasanya memakan waktu berhari-hari hingga menghasilkan cita rasa yang baik.
Arak Bali memiliki kandungan alkohol yang cukup tinggi setara anggur (wine) dari luar negeri. Kadar alkohol pada arak ini bervariasi, mulai 15% hingga 20%. Namun ada juga yang mencapai 40%, tergantung proses penyulingan atau fermentasinya.
Cita rasa Arak Bali juga dianggap tak kalah dengan wine. Karena itulah, arak satu ini banyak diminati masyarakat, tidak saja di Bali, tapi juga masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia.
Di Bali, arak ini didistribusikan secara legal. Selain diproduksi dan dijual komersial, arak ini juga digunakan dalam sejumlah ritual adat hingga prosesi peribadatan masyarakat setempat.
Cap Tikus
Cap Tikus adalah mirasnya orang Sulawesi Utara. Minuman ini berupa hasil fermentasi air nira dari pohon aren. Minuman ini sudah dikenal sejak lama dan umum dikonsumsi masyarakat dalam acara-acara adat.
Konon, minuman Cap Tikus sudah dikonsumsi masyarakat Sulawesi Utara sejak ratusan tahun silam. Masyarakat mengonsumsinya untuk menghangatkan badan, serta menjadi minuman kebersamaan dalam pergaulan.
Masyarakat Sulawesi Utara memproduksi Cap Tikus dalam skala rumahan. Hal ini pula yang membuat produksi Cap Tikus kadang tidak terkendali. Bahkan, di pasaran beredar Cap Tikus oplosan dengan kadar alkohol sampai 70%. Ini yang membuat Cap Tikus sering diidentikkan dengan berbagai tindakan kriminalitas.
Minuman Cap Tikus saat ini sudah beredar dengan legal sejak Cap Tikus kemasan 1978 mengantongi izin. Kemasan ini memiliki kandungan alkohol sebesar 45%.
Sopi
Sopi berasal dari bahasa Belanda “zoopje” yang artinya alkohol cair. Sopi memiliki disebut juga dengan, sophia dan moke. Minuman khas Nusa Tenggara Timur ini juga akrab di lidah masyarakat Maluku dan Papua.
Sopi dibuat dari air nira pohon lontar atau pohon enau. Prosesnya pembuatannya pun mirip dengan proses pembuatan minuman tradisional di daerah lainnya, melewati proses penyulingan hingga fermentasi.
Di NTT, sopi adalah minuman ikonik yang hadir dalam berbagai aktivitas sosial dan budaya masyarakat, mulai dari yang sifatnya perayaan sampai menjadi penghibur di kala berduka. Sopi juga sering bersanding dengan sirih dalam setiap acara adat masyarakat setempat.5
Sama seperti arak Bali, sopi juga sudah legal diperjualbelikan di kota asalnya. Dalam satu botol, sopi mengandung kadar alkohol sebesar 40%.
Swansrai
Terbuat dari hasil fermentasi air pohon kelapa yang sudah tua, swansrai merupakan minuman khas orang Papua. Minuman ini banyak dicari wisatawan saat berkunjung ke Papua Barat. Rasanya mirip arak, cita rasa kuat dan sedikit pahit.
Swansrai sudah sangat melekat di keseharian masyarakat Papua. Biasanya swansrai diminum untuk menambah keakraban atau sebagai penghargaan kepada orang lain. Disuguhkan menggunakan batok kelapa, masyarakat biasanya menyuguhkan swansrai untuk tamu yang datang ke rumah.
Satu kemasan swansrai mengandung alkohol sekitar 20% hingga 30%.
Tuak
Minuman satu ini tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Namun yang paling terkenal adalah tuak suku Batak di Sumatra Utara. Bagi masyarakat di Sumatra Utara, tuak adalah minuman sehari-hari bagi laki-laki suku Batak.
Selain menjadi simbol kebersamaan dalam pergaulan, tuak juga lekat dengan berbagai acara adat, misalnya perjamuan. Selain itu, masyarakat suku Batak juga mengonsumsi tuak untuk menyegarkan tubuh setelah seharian bekerja.
Hampir sama dengan minuman tradisional daerah lainnya, tuak diolah dari sadapan air pohon mayang kelapa atau pohon enang. Namun, tuak memiliki kadar alkohol cukup rendah, sebesar 4%.
Tuak dari Sumatra bukan satu-satunya yang terkenal. Tuak juga dapat ditemukan di Lombok atau populer dengan sebutan Tuak Manis Lombok.(Andesta Herli)