06 April 2023
10:49 WIB
Editor: Fin Harini
JENEWA – Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menaikkan perkiraan pertumbuhan perdagangan global tahun ini. Namun, pada saat yang sama WTO masih memperkirakan potensi perlambatan akibat berbagai risiko mulai dari perang Ukraina, ketegangan geopolitik, kerawanan pangan, inflasi dan pengetatan kebijakan moneter.
Dilansir dari Reuters, organisasi yang berbasis di Jenewa mengatakan pada Rabu (5/4), volume perdagangan barang dagangan akan meningkat "di bawah standar" 1,7% pada tahun 2023.
Proyeksi ini naik dari perkiraan Oktober sebesar 1,0%, tetapi di bawah rata-rata 2,6% selama 12 tahun sejak volume perdagangan runtuh menyusul krisis keuangan global.
Untuk tahun 2022, penurunan pada kuartal terakhir menghasilkan pertumbuhan perdagangan sebesar 2,7%, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,5%.
Baca Juga: Kemendag Optimistis Kinerja Perdagangan 2023 Tumbuh Positif
WTO mengatakan, pertumbuhan perdagangan barang akan pulih menjadi 3,2% pada 2024 karena ekspansi ekonomi meningkat, tetapi memperingatkan perkiraan ini sangat tidak pasti, dengan berbagai risiko penurunan.
Direktur Jenderal WTO Ngozi Okonjo-Iweala mengatakan ancaman itu termasuk berlanjutnya perang di Ukraina dan ketegangan geopolitik lainnya, kebangkitan kembali inflasi dan dampak pengetatan kebijakan moneter.
WTO mengatakan, pertumbuhan perdagangan telah bertahan meskipun ada ketegangan global dan ancaman fragmentasi ke dalam blok perdagangan yang bersaing, yang dapat mengurangi hasil ekonomi global sebesar 5%. WTO menilai meski risiko tersebut sejauh ini telah dihindari, tapi ketegangan global dan blok perdagangan tetap menjadi risiko.
"Jika kita melihat pola investasi, ini mungkin memang berdampak pada perdagangan di masa depan yang menurut kami akan merugikan," kata Okonjo-Iweala kepada Reuters.
Krisis Pangan
WTO juga mengatakan, negara-negara kaya perlu mewaspadai tanda-tanda krisis pangan yang memicu kelaparan di negara-negara berpenghasilan rendah.
Tidak jelas bagaimana perang akan berdampak pada penanaman di Ukraina, produsen biji-bijian utama, sementara banjir atau kekeringan akibat perubahan iklim dapat memicu gagal panen besar di tempat lain. Petani kecil di Afrika khususnya membutuhkan pupuk yang terjangkau dan input lainnya untuk dapat meningkatkan produksi.
Baca Juga: Mendag Pimpin Delegasi Misi Dagang Indonesia Ke Arab Saudi
Okonjo-Iweala mengatakan sangat penting untuk membatasi pembatasan ekspor makanan. Sekitar 35 negara telah memberlakukan 100 pembatasan pada makanan dan pupuk sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022. Itu mereda pada pertengahan 2022, tetapi meningkat menjadi 67 pada awal April 2023.
Perkiraan WTO tidak mencakup layanan. Tetapi, WTO mengatakan pariwisata internasional berada di jalur pemulihan penuh karena pembatasan covid-19 dicabut, dan permintaan perjalanan tampaknya tidak terpengaruh oleh ketidakpastian ekonomi.
Pembukaan kembali perbatasan China juga harus meningkatkan perjalanan regional dan global, kata WTO. Turis Tiongkok adalah pembelanja teratas global.