08 Juni 2024
09:15 WIB
Waspada Kejahatan Finansial, Bank DBS Luncurkan Behind The Scam
Bank DBS mengajak nasabah untuk mewaspadai kejahatan finansial melalui IG series bergaya Korea bertajuk Behind The Scam.
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Fin Harini
Ilustrasi phising/scam bank digital . ValidNewsID/Irvan Syahrul
JAKARTA - Berdasarkan data dari International Monetary Fund (IMF) tahun 2020, estimasi total kerugian rata-rata tahunan akibat serangan siber yang dialami sektor jasa keuangan secara global mencapai US$100 miliar atau lebih dari Rp1.433 triliun.
Selain itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun yang sama memprediksi jumlah pencucian uang mencapai nilai Rp29.000 triliun setiap tahun.
Salah satu modus penipuan yang kerap didapati adalah social engineering, di mana seorang hacker memanipulasi korbannya untuk memberikan kata sandi atau informasi bank, bahkan secara diam-diam memasang (install) perangkat lunak berbahaya di komputer korban untuk mendapatkan kendali atas perangkat tersebut.
Setelah mendapatkan akses, hacker akan mengambil mencuri identitas korban hingga menguras tabungan. Memahami tantangan tersebut, Bank DBS Indonesia mengadakan seminar Financial Crime Seminar 2024 yang bertema “Menavigasi Risiko Kejahatan Keuangan di Sektor Perbankan".
Baca Juga: Waspada Penyalahgunaan! Nasabah Berhak Atas Perlindungan Data Pribadi
Pada acara ini, Tenaga Ahli Kepala PPATK Judith L.R. Panggabean memaparkan, dari seluruh Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) Proaktif pada Februari 2021-Maret 2024, sebanyak 45% dari laporan tersebut merupakan kasus penipuan dan 5% berasal dari transaksi perbankan.
“Laporan ini bermula dari red flag–sebuah penanda apabila ditemukan transaksi atau aktivitas yang tidak wajar–yang ditemukan dalam proses identifikasi, verifikasi, dan pemantauan transaksi. Red flag kemudian dianalisis dan dilaporkan ke PPATK dalam bentuk LTKM,” kata Judith dikutip, Jumat (7/6).
Dia menilai, perbankan memainkan peran krusial dalam menjadi garda terdepan untuk mengatasi kejahatan keuangan. Salah satu caranya adalah dengan mengelola hubungan dengan calon dan pengguna jasa dengan menerapkan PMPJ.
“Ini termasuk memutus hubungan jika ditemukan identitas palsu, penolakan pada tahap PMPJ, pengkinian profil, pemantauan transaksi, hingga pelaporan,” ucapnya.
Peluncuran Behind The Scam
Selain implementasi PMPJ, perbankan pun perlu mengedukasi masyarakat dan nasabahnya. Karena itu, Presiden Direktur PT Bank DBS Indonesia Lim Chu Chong mengatakan, Bank DBS Indonesia meluncurkan Behind The Scam.
Dia menjelaskan, Behind The Scam adalah sebuah IG series bergaya Korea yang menceritakan sosok-sosok unik yang membongkar berbagai modus penipuan yang terjadi di masyarakat pada tiap episodenya.
Melalui konten edukatif ini, Bank DBS Indonesia mengungkap strategi rumit yang digunakan para penipu dan menyajikannya secara sederhana dan mudah dimengerti.
Baca Juga: OJK: Waspadai Penipuan Dengan Modus Sniffing
“Bank DBS Indonesia berkomitmen untuk menjaga kepercayaan nasabah, termasuk soal keamanan bertransaksi. Oleh karena itu, kami menerapkan berbagai teknologi untuk memastikan adanya lingkungan perbankan digital yang aman, termasuk menghadirkan Behind The Scam untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan beragam kejahatan keuangan di sekitar kita,” jelas dia.
Melalui berbagai upaya ini, dia berharap nasabah dapat menikmati layanan perbankan yang aman, nyaman, dan menyenangkan, sesuai dengan prinsip ‘Live more, Bank less’ yang Bank DBS miliki.