10 November 2025
18:51 WIB
Wamenperin Ungkap Indonesia Peringkat 14 Untuk Produksi Baja Dunia
Indonesia menempati peringkat 14 untuk produksi baja dengan total produksi sebanyak 18,0 juta ton. Pada tahun 2024, total produksi baja dunia sebesar 1,184 miliar ton.
Penulis: Ahmad Farhan Faris
Pekerja beraktivitas di pabrik baja di Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis (12/1/2023). Antara Foto/Fauzan
JAKARTA - Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin), Faisol Riza mengatakan Indonesia menempati peringkat 14 untuk produksi baja dengan total produksi sebanyak 18,0 juta ton. Pada tahun 2024, kata dia, total produksi baja dunia sebesar 1,184 miliar ton.
“China merupakan produsen terbesar dengan produksi baja kasar sebesar 1,005 miliar ton atau 53,3% produksi dunia. Disusul India sebesar 148,4 juta ton atau 7,9% produk dunia. Indonesia ranking 14 dengan produksi 18,0 juta ton,” kata Faisol di Gedung DPR RI pada Senin (10/11).
Saat ini, Faisol mengatakan industri baja nasional menunjukkan tingkat rata-rata utilisasi sebesar 52,70%. Sementara, lanjut dia, produk-produk utama baja seperti slab, billet, HRC, CRC, dan baja struktur masih memiliki utilisasi di bawah 80%.
“Angka tersebut mengindikasikan masih terdapat potensi yang cukup besar melakukan optimalisasi dan pengembangan kapasitas, ruang pengembangan dapat diarahkan tidak hanya memenuhi kebutuhan pasar domestik yang terus meningkat, tapi memperluas pasar ekspor serta meningkatkan daya saing produksi baja di kancah global,” jelas dia.
Selanjutnya, Faisol mengatakan berdasarkan data neraca perdagangan bahwa ekspor impor produk baja dan turunannya dengan lingkup HS 72-73 menunjukkan perkembangan yang positif. Menurutnya, sektor baja mampu mencatat surplus neraca perdagangan sejak tahun 2023, setelah mengalami defisit perdagangan pada tahun 2020-2022.
“Nilai ekspor sektor industri ini meningkat hingga lebih dari dua kali lipat dalam kurun waktu lima tahun hingga September 2025, ekspor baja dan turunannya mencapai 17,855 juta ton dengan impor sebesar 11,942 juta ton. Sehingga tercatat surplus sekitar 5,943 juta ton,” ungkapnya.
Pada tahun 2024, kata dia, lima negara tujuan ekspor baja Indonesia yaitu China, Taiwan, India, Australia, dan Vietnam. Eksportir baja nasional yang tercatat terbesar adalah PT Krakatau Steel, PT. Kratau Posco, PT. Dexin Steel Indonesia, PT. Tata Metal Lestari, PT. Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS), dan beberapa lainnya.
“Di sisi lain, lima negara yang nilai ekspor baja tertinggi di dunia tahun 2024 yaitu China, Jerman, Amerika Serikat, Jepang, dan Italia. Indonesia merupakan salah satu eksportir terbesar di Asia Tenggara, selain Malaysia dan Vietnam,” imbuhnya.
Di samping itu, Faisol menyebut kinerja industri pengolahan non migas (IPNM) berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada kuartal III/2025 bahwa industri logam dasar juga terus menunjukkan tren pertumbuhan yang sangat baik mencapai 18,62% di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional 5,04%.
Selain itu, kata Faisol, industri logam dasar, barang logam bukan mesin dan peralatannya juga menjadi penyumbang investasi terbesar di Indonesia dari Januari dan September 2025 dengan mencatat nilai investasi sebesar Rp196,4 triliun.
“Nilai investasi di sektor ini sangat tinggi, ini menunjukkan potensi dan peran strategis bagaimana industri baja atau industri logam mendukung pembangunan nasional dan pertumbuhan ekonomi,” ucapnya.