27 Maret 2023
12:37 WIB
JAKARTA - Pemilik jejaring sosial Twitter Elon Musk, Senin (27/3), menyatakan, valuasi Twitter saat ini sudah mencapai US$20 miliar (Rp303 triliun). Angka itu jauh di bawah nilai kapitalisasi pasar Twitter sebelum dibeli Musk pada Oktober 2022 yang saat itu mencapai US$44 miliar (Rp668 triliun).
Pernyataan Musk itu disampaikan lewat surat elektronik (e-mail) kepada karyawan-karyawan Twitter pada Jumat (24/3) pekan lalu yang diwartakan kembali oleh New York Times pada Senin. Menurut New York Times, dalam e-mail itu Musk mengingatkan karyawan-karyawannya, Twitter tengah menghadapi kesulitan keuangan, bahkan empat bulan ke depan terancam kehabisan uang.
Valuasi Twitter sendiri, terus turun semenjak Musk melancarkan perombakan besar-besar dalam perusahaan media sosial ini. Untuk itu, Musk meminta perusahaan media sosial itu agar mengambil perubahan radikal, termasuk memecat karyawan dan mengencangkan ikat pinggang, guna menghindarkan diri dari kebangkrutan.
"Twitter tengah dibentuk ulang," tulis Musk, seraya menyatakan perusahaan media sosial ini bisa saja mundur ke belakang menjadi hanya sebuah start-up.
Pada Oktober 2022, Musk mengakuisisi Twitter secara pribadi yang membuatnya tak bisa diminta mengungkapkan secara transparan kondisi keuangan jejaring sosial ini. Musk mengakui pendapatan Twitter berkurang karena pengiklan ramai-ramai meninggalkan platform ini setelah dibeli oleh dia. Musk sampai menyatakan Twitter terancam bangkrut.
Musk juga kabarnya bakal menawarkan program kompensasi saham, karyawan Twitter bakal menerima saham X Corporation yang merupakan lengan bisnis yang digunakan Musk untuk mengakuisisi Twitter. Kemudian Twitter juga berencana mengenalkan program yang membuat karyawannya bisa menjual sahamnya setiap enam bulan.
Kendati dihadapkan kepada masalah keuangan yang akut, dalam e-mail itu Musk yakin bahwa suatu saat nanti valuasi Twitter akan mencapai US$250 miliar (Rp3.795 triliun). Bukan hanya dari segi keuangan, Twitter juga anjlok dari sisi jumlah penggunanya.
Menurut data laman Statista, sampai Desember 2022, Twitter memiliki pengguna aktif per bulan 368 juta di seluruh dunia. Angka ini diproyeksikan turun menjadi US$335 juta pada 2024 atau 5% lebih rendah dibandingkan dengan 2022.
Twitter Blue
Baru-baru ini, Twitter telah mengkonfirmasi bahwa fitur langganan Twitter Blue kini telah tersedia di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Twitter Blue adalah langganan bulanan berbayar opsional yang menyematkan tanda centang biru pada akun profil pengguna.
Dahulu, fitur ini hanya bisa didapat oleh orang tertentu, untuk memverivikasi keresmian akun milik figur publik, atau akun resmi suatu organisasi.
Tampilan layar monitor menunjukan akses berlangganan Twitter Blue. ValidNewsID/Arief Rachman
Kini, orang yang berlangganan dapat mendapat akses lebih awal ke fitur-fitur baru, misalnya Edit Tweet. Harga berlangganan berbeda-beda tiap negara, mulai dari US$8 (Rp120 ribu) per bulan atau US$84 (Rp1.267.224) per tahun.
Di Indonesia, berlangganan Twitter Blue per bulan dibandrol seharga Rp165 ribu per bulan dan Rp1.719.000 per tahun bagi pengguna iOS dan Android. Dengan membayar, pengguna akan mendapatkan tanda centang biru yang kini tidak lagi spesial, serta tweet yang diperpanjang hingga 4.000 karakter, dan masih banyak fitur lainnya.
Sementara itu, organisasi dapat mengejar tanda centang yang lebih berguna di samping nama mereka. Twitter telah mulai menerima penyematan untuk tanda centang abu-abu, memverifikasi akun pejabat dan organisasi pemerintah, belum lagi yang setara di lembaga multilateral.
Untuk mendapatkan tanda centang abu-abu, tentu kriterianya lebih ketat. Pemohon harus menggunakan ID pemerintah atau alamat email yang valid, dan harus menjelaskan posisi dan fungsinya. Sementara akun pelaku bisnis sudah dapat mengajukan tanda centang emas.
Peluncuran global mungkin penting untuk meningkatkan popularitas Blue. Dilaporkan Engadget pada Kamis, opsi berbayar dilaporkan hanya memiliki 180.000 pelanggan di AS pada pertengahan Januari lalu. Elon Musk dilaporkan ingin setengah dari pendapatan Twitter berasal dari langganan, dan itu membutuhkan jangkauan khalayak luas.