c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

02 Februari 2023

10:03 WIB

UNDP: 90% Negara Alami Kemunduran IPM

Satu dari delapan orang di dunia menderita gangguan mental akibat meningkatnya stres yang didorong oleh ketidakamanan ekonomi, digitalisasi, kekerasan, perubahan iklim, dan ketimpangan  

UNDP: 90% Negara Alami Kemunduran IPM
UNDP: 90% Negara Alami Kemunduran IPM
Ilustrasi United Nations Development Programme (UNDP) atau Badan Program Pembangunan PBB. Shutterstock/Casimiro PT

JAKARTA - Laporan Pembangunan Manusia terbaru dari Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) menyatakan, lebih dari 90% negara mencatat penurunan skor Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Report (HDR) untuk tahun 2020 atau 2021. Bahkan, lebih dari 40% mengalami penurunan di kedua tahun tersebut.

Menurut laporan UNDP berjudul, “Uncertain Times, Unsettled Lives: Shaping our Future in a Transforming World”, hal ini menandakan bahwa krisis semakin parah untuk banyak negara di dunia. 

Laporan tersebut berpendapat, lapisan ketidakpastian menumpuk dan berinteraksi untuk menimbulkan gejolak pada kehidupan dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Dua tahun terakhir, kata laporan tersebut, telah berdampak buruk bagi miliaran orang di seluruh dunia. Apalagi, ketika krisis seperti covid-19 dan perang di Ukraina terjadi secara berurutan, dan berinteraksi dengan pergeseran sosial dan ekonomi yang luas, perubahan iklim, dan peningkatan polarisasi secara besar-besaran.

Temuan laporan tersebut dibahas, Rabu (1/2) dalam dialog kebijakan berjudul “Renewed Challenges, Exploring Solutions” yang menampilkan pembicara dari berbagai profesi. Di antaranya, Yanuar Nugroho, Koordinator Tim Ahli Sekretariat Nasional SDGs, Dr. Riatu Mariatul Qibthiyyah, Peneliti Senior Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia, Devi Asmarani, Co-Founder Magdalene.co dan Butong Idar, seniman dari Jogja Disability Arts.

Diadakan di ruang pameran seni di Jakarta, acara tersebut membahas tema-tema utama Laporan Pembangunan Manusia dengan latar belakang karya seni yang mewakili ketidakpastian umum dan permasalahan kontemporer. 

Dialog kebijakan mengeksplorasi isi laporan yang memberikan ukuran pencapaian negara dalam dimensi dasar kesehatan, pendapatan dan pendidikan. 

Laporan tersebut juga menampilkan peringkat terbaru dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau HDI. Indeks ini berisi gabungan indikator harapan hidup, pendidikan dan pendapatan per kapita yang digunakan untuk memeringkat negara, ke dalam empat tingkatan pembangunan manusia.

Untuk pertama kalinya dalam 32 tahun, IPM yang mengukur tingkat kesehatan, pendidikan, dan taraf hidup di suatu negara, telah menurun secara global selama dua tahun berturut-turut.

Laporan itu juga mencatat, dunia terhuyung-huyung dari krisis ke krisis, terjebak dalam siklus solusi sementara dan tidak mampu mengatasi akar masalah yang menghadang kita. Tanpa perubahan arah yang drastis, masyarakat global akan menuju lebih banyak kekurangan dan ketidakadilan. 

Untuk memetakan arah baru, laporan tersebut merekomendasikan penerapan kebijakan yang berfokus pada investasi (investment) dari energi terbarukan, hingga kesiapsiagaan menghadapi pandemi, dan asuransi/jaminan sosial (insurance), termasuk perlindungan sosial. Hal ini untuk mempersiapkan masyarakat menghadapi naik turunnya dunia yang tidak pasti. 

Sementara inovasi (innovation) dalam berbagai bentuknya, baik teknologi, ekonomi, budaya, juga dapat membangun kapasitas untuk menjawab setiap tantangan yang akan datang.

“Saat kita melipat gandakan pembangunan manusia, kita perlu berfokus pada apa yang disebut “Tiga I” untuk mengatasi periode ketidakpastian ini, kata Wakil Kepala UNDP Indonesia Sujala Pant.

Menurutnya, untuk mengatasi ketidakpastian, kita perlu melipat gandakan pembangunan manusia dan berfokus lebih dari sekadar meningkatkan kesejahteraan atau kesehatan masyarakat, 

“Kita perlu mengubah cara kita mengatasi tantangan lingkungan hidup melalui aksi iklim. Kita juga perlu meninjau kembali cara kita menangani tata kelola dan akses ke pelayanan publik,” ujarnya.

”Untuk menghentikan polarisasi dalam masyarakat, kita perlu mengatasi misinformasi, mengembangkan ruang yang lebih inklusif, dan membangun perdamaian yang lebih adaptif,” lanjutnya.

Laporan tersebut juga mencatat, satu dari delapan orang di dunia menderita gangguan mental akibat meningkatnya stres yang didorong oleh ketidakamanan ekonomi, digitalisasi, kekerasan, perubahan iklim, dan ketimpangan.

“Rasa ketidakadilan juga melanda masyarakat baik yang kaya maupun yang hidup di bawah garis kemiskinan yang membuat masyarakat merasa tidak aman dan khawatir akan masa depan. Ini telah menyebabkan depresi dan masalah kesehatan mental seperti yang saya sebutkan. Selain itu, ada rasa tidak aman, tidak pasti, dan rasa tidak percaya satu sama lain,” ujar Youth Engagement and Entrepreneurship Officer UNDP Indonesia Randa Sandhita

 

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar