06 November 2025
11:59 WIB
Tumbuh 5,58% Di Kuartal III/2025, Menperin: Daya Saing Manufaktur Makin Kuat
Industri manufaktur atau sektor industri pengolahan nonmigas (IPNM) menunjukkan kinerja positif dan tetap menjadi motor utama penggerak perekonomian pada kuartal III/2025.
Penulis: Ahmad Farhan Faris
Ilustrasi. Pekerja berjalan di lokasi proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase 1 PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, Selasa (24/9/2024). Antara Foto/Jessica Wuysang
JAKARTA - Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan manufaktur atau sektor industri pengolahan nonmigas (IPNM) menunjukkan kinerja positif dan tetap menjadi motor utama penggerak perekonomian pada kuartal III/2025.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), manufaktur tumbuh sebesar 5,58% (yoy) pada kuartal III/2025. Angka tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,04% (yoy). Pada kuartal II/2025, angka pertumbuhan manufaktur 5,60% (yoy) dan juga lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi sebesar 5,12% (yoy).
“Hal ini mencerminkan daya saing manufaktur nasional yang semakin kuat, baik di pasar domestik maupun ekspor,” kata Agus melalui keterangan resminya pada Rabu (5/11).
Baca Juga: Pemerintah Sorot Biaya Input, Bayangi Ekspansi Manufaktur 3 Bulan Beruntun
Menurut dia, kontribusi manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional mencapai 17,39% pada kuartal III/2025, menjadi penyumbang terbesar terhadap PDB nasional dibandingkan sektor lainnya. Kontribusi ini juga meningkat sebesar 0,47% dibanding kuartal sebelumnya sebesar 16,92%.
Manufaktur juga menjadi sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan kontribusi sebesar 1,13% (yoy).
“Artinya, sektor ini tetap menjadi motor penggerak utama perekonomian nasional yang memberikan nilai tambah besar, menyerap tenaga kerja, dan memperkuat struktur ekonomi nasional,” jelas Agus.
Pertumbuhan Subsektor Industri
Kata Agus, pertumbuhan manufaktur pada kuartal III/2025 ditopang oleh kenaikan permintaan baik dari pasar domestik maupun luar negeri. Sejumlah subsektor industri bahkan menunjukkan pertumbuhan signifikan.
Industri logam dasar mencatat lonjakan pertumbuhan hingga 18,62%, sejalan dengan meningkatnya permintaan ekspor untuk produk logam dasar, khususnya besi dan baja.
Subsektor industri mesin dan perlengkapan serta subsektor industri pengolahan lainnya, jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan juga mengalami pertumbuhan berturut-turut sebesar 11,74% dan 16,30%.
Selanjutnya, industri kimia, farmasi, dan obat tradisional tumbuh sebesar 11,65%, didorong oleh kenaikan produksi bahan kimia dan barang kimia yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan ekspor.
“Industri makanan dan minuman tumbuh 6,49%, terutama didorong oleh peningkatan produksi Crude Palm Oil (CPO) dan produk turunannya,” ungkapnya.
Baca Juga: Industri Pengolahan Masih Topang Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III/2025
Agus menyampaikan pertumbuhan yang solid di berbagai subsektor ini menunjukkan bahwa strategi pemerintah dalam mendorong industrialisasi sumber daya alam, perlindungan pasar domestik dari gempuran banjir produk impor, penguatan teknologi produksi, pengembangan tenaga kerja industri dan memperkuat ekosistem rantai pasok nasional telah berjalan efektif.
“Ke depan, kami akan terus memperkuat kebijakan yang berbasis peningkatan produktivitas dan daya saing industri,” imbuhnya.
Untuk itu, Agus menegaskan Kementerian Perindustrian berkomitmen menjaga momentum positif ini melalui berbagai program, termasuk Strategi Baru Industrialisasi Nasional (SBIN), pengoptimalan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), pengembangan industri halal, transformasi industri hijau serta dukungan pada investasi berorientasi ekspor dan inovasi teknologi hijau.