c

Selamat

Jumat, 5 Juli 2024

EKONOMI

05 Mei 2023

16:09 WIB

Tumbuh 2,23%, Jumlah Pekerja Indonesia Capai 138,6 Juta Orang

Selama setahun terakhir (Februari 2022-Februari 2023) 3,02 juta orang terserap ke lapangan pekerjaan

Penulis: Khairul Kahfi

Editor: Faisal Rachman

Tumbuh 2,23%, Jumlah Pekerja Indonesia Capai 138,6 Juta Orang
Tumbuh 2,23%, Jumlah Pekerja Indonesia Capai 138,6 Juta Orang
Calon penumpang yang sebagian besar pekerja di kawasan Perkantoran Sudirman menunggu kedatangan Bus Transjakarta di Halte Karet Sudirman, Jakarta, Rabu (16/11/2022). ValidNewsID/Fikhri Fathoni

JAKARTA - Badan Pusat Statistik mencatat, per Februari 2023, jumlah penduduk Indonesia yang bekerja mencapai 138,6 juta orang di seluruh penjuru negeri. 

Jumlah ini meningkat 3,02 juta orang atau 2,23% selama periode Februari 2022-Februari 2023.

“Terjadi penyerapan tenaga kerja dengan jumlah penduduk yang bekerja naik sebesar 3,02 juta orang atau (tumbuh) 2,23% dibandingkan bulan Februari Tahun 2022,” kata Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Edy Mahmud di Jakarta, Jumat (5/5).

Jika dirinci, total penduduk yang tergolong bekerja penuh atau menghabiskan waktu kerja minimal 35 jam/pekan mencapai 92,16 juta orang. Jika dibandingkan Februari 2023, jumlah pekerja penuh di Indonesia naik sebesar 3,74 juta orang.

Kemudian, total penduduk yang bekerja paruh waktu atau yang bekerja kurang dari 35 jam/pekan dan tidak mencari pekeriaan atau tidak bersedia menerima pekeriaan lain mencapai 36,88 juta orang. Jumlah pekerja paruh waktu naik 0,34 juta orang dibanding Februari 2022.

Adapun pekerja dengan kategori setengah menganggur atau yang bekerja kurang dari 35 jam/pekan dan masih mencari atau menerima pekeriaan tambahan, menyusul dengan total sebesar 9,59 juta orang. 

Secara khusus, jumlah pekerja setengah peganggur di Indonesia turun 1,06 juta orang dibanding Februari 2022.

Sebagai catatan, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melaporkan, realisasi investasi sepanjang kuartal I/2023 sebesar Rp328,9 triliun, berhasil menyerap tenaga kerja langsung sebanyak 384.892 orang.

Pekerja berjalan sambil mengoperasikan gawai di perkantoran kawasan Sudirman, Jakarta, Rabu (1/3/202 3). ValidNewsID/Fikhri Fathoni 

 

Dari sisi formalitas pekerjaan, Edy melanjutkan, proporsi penduduk yang bekerja informal terus meningkat. Hal ini terlihat dari jumlah pekerja sektor informal yang naik dari 59,97% menjadi 60,12%, selama periode Februari 2022-Februari 2023,  

Sebaliknya dalam periode yang sama, pangsa pekerja formal mengalami penurunan dari 40,03% menjadi 39,88%. Pantauan BPS, sejak 2020, tren pekerja di sektor formal cenderung menurun, sedangkan pekerja informal terus mengalami kenaikan.

Menurutnya, pertumbuhan pekerja informal didorong oleh meningkatnya pekerja dengan status berusaha sendiri sebesar 0,83% (year-on-year/yoy). 

BPS mencatat, distribusi pekerja dengan status berusaha sendiri tercatat sebesar 20,67%, dan menempati urutan kedua setelah pekerja buruh/karyawan/pegawai yang sebesar 36,34%.

“Proporsi penduduk yang bekerja pada kegiatan informal terus meningkat, utamanya didorong oleh meningkatnya pekerja dengan status berusaha sendiri,” terangnya.

Komposisi Lapangan Pekerjaan
Per Februari 2023, BPS mencatat, pola lapangan pekerjaan dalam menyerap tenaga kerja masih sama dengan Februari 2022. Tiga lapangan pekerjaan yang menyerap tenaga kerja paling banyak adalah Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (29,36%); Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor (18,93%); dan Industri Pengolahan (13,58%).

Dibandingkan Februari 2022, semua lapangan pekerjaan mengalami peningkatan. Peningkatan terbesar terjadi pada lapangan pekerjaan Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum (0,51 juta orang); Aktivitas Jasa Lainnya (0,51 juta orang); serta Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor (0,44 juta orang).

“Peningkatan Aktivitas jasa lainnya terutama didorong oleh peningkatan pada aktivitas jasa hiburan dan rekreasi, sejalan dengan semakin pulihnya aktivitas pariwisata serta aktivitas rumah tangga pemberi kerja,” terang Edy.

Dia menginformasikan, aktivitas jasa lainnya mencakup pekerjaan kesenian, hiburan dan rekreasi, termasuk jasa lainnya seperti spa, jasa perorangan, dan lainnya. 

Cakupan berikutnya, adalah own consumption barang dan jasa berupa aktivitas rumah tangga sebagai pemberi kerja, yakni pekerjaan domestik yang dibayar di rumah tangga.



Bonus Demografi
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Sekjen Kemendikbudristek) Suharti mengatakan, Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas adalah kunci negara berpendapatan tinggi.
 
“SDM yang berkualitas, produktif, dan menguasai teknologi, adalah kunci mewujudkan Visi Indonesia 2045 yaitu ekonomi modern dengan tingkat kesejahteraan berkualitas, dengan target pendapatan sebesar US$23.199 per kapita,” kata Suharti pada Seminar Hari Pendidikan Nasional 2023 yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa (3/5).
 
Suharti melanjutkan, bonus demografi atau pertambahan penduduk usia muda yang akan dialami oleh Indonesia pada tahun 2045, akan membahayakan negara jika tidak produktif dan tak mampu bersaing. 

Karena itu, perlu ada kebijakan yang tepat untuk memanfaatkan peluang tersebut.
 
Data yang dipaparkan Suharti terkait Human Capital Index Indonesia saat ini memiliki skor 0,53 di peringkat ke-87. Masih jauh di bawah jika dibandingkan dengan negara ASEAN lain, seperti Malaysia dengan skor 0,67 di peringkat 55 dan Singapura dengan skor 0,88 di peringkat 1.
 
“Indeks Pembangunan Manusia kita mengalami pertumbuhan, tetapi kalau dilihat butuh kerja keras karena tren-nya mengalami stagnasi, belum bisa mengangkat indeks secara signifikan, karena kemampuan bersaing dalam kancah global masih lemah,” ucapnya.


Pekerja lepas memotong besi kapal di Cilincing, Jakarta, Minggu (28/11/2021). Kemenaker terus mendor ong pekerja informal mendaftar BPJS Ketenagakerjaan agar mereka mendapatkan jaminan perlindungan sosial berupa perlindungan Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK). Antara Foto/Muhammad Adimaja 

 

Dia juga memaparkan pilar kemampuan teknologi Indonesia masih ada di peringkat 68. Kemudian kesehatan di peringkat 95, penguasaan keterampilan di peringkat 62, infrastruktur di peringkat 71, serta efisiensi pasar tenaga kerja yang masih di peringkat 82.

“Kualifikasi pendidikan dalam pekerjaan juga masih rendah, bahkan mayoritas pekerja di tahun 2022 sebanyak 39,10% hanya berpendidikan SD ke bawah, dan tingkat pengangguran terbuka didominasi oleh pendidikan menengah ke atas,” ujarnya.
 
Meski angka-angka tersebut masih rendah dan kontribusinya masih sedikit untuk kemajuan perekonomian Indonesia, Suharti mengapresiasi kerja para tenaga pendidik di jenjang vokasi, utamanya sekolah menengah kejuruan (SMK). 

Hal Ini karena tingkat pengangguran terbuka pekerja dengan tingkat pendidikan SMK mengalami penurunan secara signifikan pada 2021-2022 dari 11,45% menjadi 10,36%..
 
Oleh karena itu, dia menekankan pengembangan pendidikan vokasi menjadi pilihan strategis, dengan target penduduk usia kerja lulusan SMA sederajat dan perguruan tinggi pada 2045 mencapai 90%. 

Dia juga menekankan pentingnya pemerintah dalam memberikan pelayanan pendidikan yang berkualitas.
 
“Anak yang lahir di Indonesia saat ini 53% akan tumbuh menjadi manusia produktif jika kita memberikan pelayanan pendidikan yang berkualitas,” tandasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar