c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

12 Juni 2023

19:52 WIB

Tujuh Proyek Smelter Bauksit Masih Berbentuk Lapangan

Keputusan penutupan ekspor tak dilakukan dadakan, pemerintah minta pengusaha bauksit bersungguh-sungguh membangun smelter bauksit.

Penulis: Yoseph Krishna

Editor: Fin Harini

Tujuh Proyek Smelter Bauksit Masih Berbentuk Lapangan
Tujuh Proyek Smelter Bauksit Masih Berbentuk Lapangan
Ilustrasi - Pekerja mengeluarkan biji nikel dari tanur dalam proses furnace di sebuah smelter. ANTAR A FOTO/Basri Marzuki

JAKARTA - Staf Khusus Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Irwandy Arif menyebutkan dari 12 perusahaan yang berkomitmen untuk membangun smelter bauksit, baru empat smelter yang sudah beroperasi. Sementara itu, progres delapan smelter lain masih terbilang rendah.

Saking rendahnya progres pembangunan, ia menyebut tujuh dari delapan proyek smelter itu masih berbentuk lapangan dan belum ada sedikitpun konstruksi di sana. Padahal, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendapat laporan bahwa delapan smelter itu sudah punya progres pembangunan mulai dari 33% hingga 60%.

"Kita lihat ke lapangan untuk melihat realisasinya, ternyata tujuh (smelter) itu masih lapangan. Mungkin saja mereka menghitung progres dari segi pengeluaran biaya," ujar dia dalam sesi diskusi daring di Jakarta, Senin (12/6).

Baca Juga: Kementerian ESDM Ungkap Kendala Pembangunan Smelter Bauksit

Irwandy pun menegaskan bahwa pemerintah melihat secara komprehensif, bukan hanya dari pengeluaran biaya, tetapi juga sejauh mana konstruksi fasilitas pemurnian berjalan.

Artinya, pemerintah terus mendorong pengusaha tambang bauksit agar lebih bersungguh-sungguh dalam membangun smelter. Pasalnya, mereka sudah mendapat peringatan sejak tiga tahun lalu untuk tidak lagi mengekspor bijih bauksit melalui UU Nomor 3 Tahun 2020.

"Sudah diimbau dari bertahun-tahun lalu, pengambilan keputusan pun tidak seketika. Kita sudah beri waktu dan kesempatan dengan penilaian antara lain kemajuan smelter," kata Irwandy.

Adapun untuk empat perusahaan yang sudah merampungkan fasilitas pemurnian smelter terdiri dari PT Indonesia Chemical Alumina, PT Well Harvest Winning Alumina Refinery, PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (Ekspansi), serta PT Bintan Alumina Indonesia.

Kementerian ESDM mencatat total kapasitas input dari keempat smelter itu mencapai sekitar 14 juta ton per tahun dan kapasitas produksi sebesar 4,3 juta ton per tahun.

Sementara, produksi bijih bauksit dari pertambangan mencapai sekitar 30 juta ton atau dii atas kapasitas input empat smelter bauksit yang sudah rampung. Karenanya, dengan larangan ekspor bijih bauksit, Kementerian ESDM berharap progres pembangunan smelter bisa lebih cepat untuk memproduksi alumina yang kemudian dijadikan aluminium.

"Aluminium itu serapannya baru 250 ribu ton, padahal kebutuhannya mencapai 1 juta ton sehingga smelter ini terus kita dorong," ucapnya.

Baca Juga: Perusahaan Tambang Kena Denda Jika Progres Smelter Tak Mencapai 90%

Soal progres nihil dari tujuh smelter, Irwandy tak menampik ada anggapan bahwa sejumlah pengusaha punya niat yang kurang bagus. Artinya, mereka cenderung nothing to lose soal kebijakan pemerintah menutup ekspor bijih bauksit.

"Ini masih mungkin ya, ada yang niatnya kurang bagus. Mungkin saja mereka beranggapan ‘ya sudah saya jual saja (ekspor) kalau progres smelter tidak bagus’ dan ‘tidak jadi, ya tidak apa-apa.’ Ada dugaan seperti itu, tapi pemerintah berharap mereka sungguh-sungguh memajukan hilirisasi," jabar Irwandy Arif.

Andai pemerintah masih membuka keran ekspor bijih mineral, dia mengakui permintaan dari luar masih sangat banyak mengingat harganya yang murah. Tapi, pemerintah mengambil sikap tegas dengan melarang ekspor dan mendesak pengusaha tambang bauksit untuk mendirikan fasilitas pemurnian.

"Kalau pemerintah izinkan (ekspor), pasti dari luar negeri akan menampung karena yang mentah itu murah. Tapi bagaimanapun, kita tidak ingin mendapat nilai tambah sedikit, kita perlu membangun negara ini melalui hasil pertambangan kita," tandasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar