31 Mei 2025
18:00 WIB
Trump Gandakan Tarif Impor Baja Menjadi 50%
Berbicara kepada para investor di sektor baja AS, Trump berpendapat kenaikan tarif impor baja ini akan menutup celah yang selama ini dimanfaatkan para pesaing asing untuk melewati tarif sebelumnya.
Penulis: Fin Harini
Presiden AS Donald Trump. AntaraFoto/REUTERS/Tom Brenner
HAMILTON - Presiden AS Donald Trump mengumumkan kenaikan besar tarif impor baja dan aluminium dari 25% menjadi 50% sebagai langkah untuk semakin melindungi industri dalam negeri Amerika.
"Hari ini, saya punya pengumuman besar," kata Trump saat kampanye di fasilitas US Steel di Pittsburgh, Pennsylvania, Jumat (31/5) waktu setempat, dilansir dari Antara. "Kita akan memberlakukan kenaikan sebesar 25%. Kita akan menaikkan tarif baja yang masuk ke Amerika Serikat dari 25% menjadi 50%, yang akan semakin mengamankan industri baja di Amerika Serikat, tidak akan ada seorang pun yang bisa mengakali ini," ujar Trump.
Berbicara kepada para investor di sektor baja AS, Trump berpendapat kenaikan ini akan menutup celah yang selama ini dimanfaatkan para pesaing asing untuk melewati tarif sebelumnya.
“Pada 25%, mereka masih bisa ‘melompati pagar’. Tapi dengan 50%, mereka tidak bisa lagi melewati ‘pagar’ itu, jadi selamat untuk semuanya, dan untuk Anda, atas kesepakatan yang luar biasa ini," kata Trump.
“Saya katakan, tarif bagi saya adakah kata tercantik dalam kamus," tambah Trump.
Menurut data International Trade Administration, AS menjadi importir terbesar baja dunia di 2024, di luar Uni Eropa. Pada 2024, AS mengimpor 26,2 juta metrik ton baja, naik 2,51% dari 25,6 juta metrik ton pada 2023.
Sementara, secara nilai, jumlahnya mencapai US$31,7 miliar pada 2024, turun 7,5% dibandingkan US$34,2 miliar di 2023.
Masih dari data yang sama, AS mengimpor baja dari 79 negara dan kawasan, dengan sepuluh sumber utama adalah Kanada, Brazil, Meksiko, Korea Selatan, Vietnam, jepang, Jerman, Taiwan dan Belanda.
AS membukukan defisit perdagangan baja sebesar 18,2 juta metrik ton, naik 4,8% dibandingkan defisit 17,4 juta metrik ton di 2023.
Saham AS Melemah Seusai Trump Tuduh China Langgar Perjanjian Dagang
Tak hanya menggandakan tarif baja, Trump melalui sosial medianya menuduh China melanggar genjatan senjata perang dagang.
Menurutnya, akibat tarif yang diberlakukannya, China berada dalam bahaya ekonomi yang parah, dengan pabrik-pabrik tutup dan terjadi kerusuhan sipil.
Ia mengatakan dirinya membuat kesepakatan dagang cepat dengan China untuk menyelamatkan mereka, dan setelah itu ekonomi China pun kembali normal.
"Semua orang senang! Itu kabar baiknya!!! Kabar buruknya adalah bahwa China, mungkin tidak mengejutkan bagi sebagian orang, TELAH SEPENUHNYA MELANGGAR KESEPAKATAN DENGAN KITA," tulis Trump di media sosial.
Anadolu pada Sabtu melaporkan pernyataan Trump itu membuat perdagangan global kembali terjerumus dalam ketidakpastian, setelah sebelumnya sempat ada kelegaan dari kesepakatan di Jenewa.
Menyusul pernyataan itu, saham-saham Amerika Serikat ditutup sebagian besar melemah. Indeks S&P 500 turun 0,01% atau 0,48 poin menjadi 5.911,69. Indeks komposit Nasdaq jatuh 0,32% dan berakhir di 19.113,77.
Sementara itu, indeks Dow justru menguat 0,13% dan ditutup pada 42.270,07 poin.
Pergerakan pasar yang beragam tersebut mengikuti perubahan nada Trump terkait kesepakatan dagang dengan China.
China menanggapi tudingan tersebut dengan menyinggung kembali pembatasan chip oleh AS, dan kembali mendesak Washington untuk mengoreksi tindakan keliru tersebut.
“Baru-baru ini, China telah berulang kali menyampaikan keprihatinannya kepada AS mengenai penyalahgunaan langkah pengendalian ekspor di sektor semikonduktor dan praktik terkait lainnya,” kata juru bicara Kedutaan Besar China di Washington, Liu Pengyu, seperti dikutip CNBC.
“China sekali lagi mendesak AS untuk segera mengoreksi tindakannya yang keliru tersebut, menghentikan pembatasan diskriminatif terhadap China, dan bersama-sama menjunjung tinggi kesepakatan yang dicapai dalam pembicaraan tingkat tinggi di Jenewa,” ujarnya.
Trump kemudian mengatakan bahwa ia akan berbicara dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping "dan mudah-mudahan kami bisa menyelesaikannya."
Dari sisi data ekonomi makro, indeks sentimen konsumen Universitas Michigan tidak berubah pada bulan Mei, tetap di angka 52,2 poin. Estimasi awal untuk bulan tersebut direvisi naik dari 50,8.
Sementara itu, ekspektasi inflasi jangka pendek naik tipis menjadi 6,6% pada Mei dari 6,5% bulan sebelumnya.
Di sisi lain, ekspektasi inflasi jangka panjang turun menjadi 4,2% di bulan Mei dari 4,4% di bulan April, menandai penurunan pertama sejak Desember.