21 Oktober 2024
10:33 WIB
Tol Cipali Diklaim Sukses Genjot Pertumbuhan Ekonomi Dan Konektivitas Di Jawa Barat
Tol Cipali berdampak ekonomi signifikan bagi daerah-daerah yang dilalui, seperti Purwakarta, Subang, Indramayu, Majalengka, dan Cirebon. Di antaranya peningkatan sektor pariwisata
Foto udara kendaraan melintas di Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) KM 171-172, Majalengka, Jawa Barat, Jumat (5/4/2024). Antara Foto/Aprillio Akbar
CIREBON - Pengelola Jalan Tol Cikopo-Palimanan (Astra Tol Cipali) mengklaim, keberadaan ruas tol yang menghubungkan wilayah Cikopo di Kabupaten Purwakarta hingga Palimanan di Kabupaten Cirebon, telah menjadi bagian penting dalam pengembangan infrastruktur strategis Jawa Barat.
“Dengan panjang 116,75 km, tol ini meningkatkan konektivitas serta mempercepat pertumbuhan ekonomi di wilayah yang dilaluinya,” kata Direktur Operasional Astra Tol Cipali Rinaldi dalam keterangannya di Cirebon, Senin (21/10).
Dia mengatakan, sejak beroperasi di 2015, Tol Cipali memberikan alternatif bagi masyarakat untuk mempersingkat waktu dan jarak tempuh dalam mobilitas orang, barang, serta distribusi logistik.
Ruas tol ini, kata Rinaldi, secara signifikan memangkas jarak tempuh dari Cikopo ke Cirebon hingga 40 km dibandingkan menggunakan jalan nasional, sehingga mempercepat perjalanan dari Jakarta ke wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
“Sebagai bagian dari Tol Trans Jawa, Tol Cipali berperan penting dalam memperlancar distribusi barang dari Jakarta ke berbagai wilayah di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur,” ujarnya.
Menurutnya, akses yang lebih cepat ini berkontribusi pada penurunan biaya logistik, serta memberikan keuntungan bagi industri logistik dan transportasi yang mengutamakan ketepatan waktu pengiriman.
Tol Cipali juga, lanjut dia, memberikan dampak ekonomi signifikan bagi daerah-daerah yang dilalui, seperti Purwakarta, Subang, Indramayu, Majalengka, dan Cirebon.
Dia menyebutkan, kemudahan akses meningkatkan daya tarik wilayah tersebut sebagai lokasi pengembangan industri, kawasan komersial, dan perumahan. “Salah satunya adalah kawasan industri di Segitiga Rebana, yang mencakup Subang, Majalengka, dan Cirebon,” tuturnya.
Rinaldi mengemukakan, kehadiran Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Patimban dan KEK Subang, yang dapat diakses melalui Tol Cipali, memperkuat posisi wilayah tersebut sebagai pusat distribusi barang dan perdagangan internasional.
“Pelabuhan Patimban, sebagai pelabuhan ekspor otomotif, diharapkan akan meningkatkan volume perdagangan dan menyerap lebih banyak tenaga kerja lokal,” ujarnya.
Dia menyampaikan, kehadiran Ruas Tol Cipali juga berkontribusi terhadap peningkatan sektor pariwisata, khususnya untuk daerah Purwakarta, Subang, Indramayu, Majalengka dan Cirebon. Berdasarkan data BPS Jawa Barat, Rinaldi mengungkapkan jumlah wisatawan yang mengunjungi lima daerah tersebut meningkat sebesar 20% pada 2023 dibandingkan dengan tahun 2022.
“Pada tahun 2022, peningkatan kunjungan wisatawan mencapai 71% dibandingkan dengan tahun sebelumnya,” ungkapnya.
Astra Tol Cipali, sebagai pengelola, kata Rinaldi, terus melakukan berbagai upaya peningkatan pelayanan. Misalnya dengan melakukan penambahan lajur ketiga di KM 72-87 yang rampung pada 2023, serta pengerjaan penambahan lajur ketiga di KM 87-110 yang ditargetkan selesai akhir 2024.
Selain penambahan lajur, pihaknya juga berkomitmen terhadap keselamatan berkendara dengan menerapkan prinsip engineering, enforcement, dan education (3E). Sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), pihaknya turut berkontribusi dalam pengurangan emisi gas rumah kaca serta program pemberdayaan masyarakat.
Rinaldi menambahkan, beberapa inisiatif sosial juga dilakukan, seperti pembinaan guru dan sekolah dasar di Kabupaten Majalengka serta pengembangan Kampung Berseri Astra Bongas Kulon yang dirancang menjadi kampung iklim.
“Kami berharap inisiatif ini dapat terus memberikan dampak positif bagi pengembangan infrastruktur Indonesia, selaras dengan cita-cita kami untuk sejahtera bersama bangsa,” ucap dia.
Kendaraan melintas di jalur tol Cipali pada hari pertama larangan mudik Lebaran 2021 di Palimanan, C irebon, Jawa Barat, Kamis (6/5/2021). Sejak diberlakukannya larangan mudik Lebaran, jalur tol Cipali terpantau sepi. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara.
Rebana Metropolitan
Sebelumnya, Kepala Pelaksana Badan Pengelola Kawasan Rebana Bernardus Djonoputro menyebutkan, wilayah aglomerasi Rebana Metropolitan, yang mencakup tujuh kota/kabupaten di Jawa Barat, menjadi penggerak ekonomi baru di sektor industri untuk provinsi tersebut.
"Kawasan Rebana meliputi wilayah Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Subang serta Kabupaten Sumedang merupakan kutub pertemuan baru untuk ekonomi di Jabar," ujar Bernardus baru-baru ini.
Dia menjelaskan, dari 13 kawasan industri seluas 43 ribu hektare yang sedang dikembangkan di Rebana Metropolitan, tujuh di antaranya telah menunjukkan kemajuan signifikan. Terutama di daerah Cipali Timur dan Kertajati-Jatitujuh dalam dua tahun terakhir.
Menurut dia, kegiatan investasi di kawasan ini juga sudah berjalan dengan baik dan diperkirakan bisa meningkat dalam beberapa tahun mendatang. Berdasarkan pendataan terbaru pada 2024, pihaknya mencatat realisasi investasi di Rebana Metropolitan meningkat sekitar 8,5% dibandingkan tahun 2023.
Selain itu, dia mengatakan kalau pertumbuhan ekonomi kawasan ini sudah berada pada angka 5,8% dan capaian tersebut sesuai dengan target yang ditetapkan.
"Kami memperkirakan pertumbuhan pesat kawasan industri di 13 kawasan industri di wilayah Rebana. Dengan rata-rata luas 200 hektare per kawasan, diperkirakan bisa menciptakan 40 ribu lapangan kerja baru,” ujarnya.
Bernardus menyampaikan, pengembangan kawasan industri di wilayah tersebut bisa dipercepat karena ditunjang dengan adanya infrastruktur seperti Bandara Kertajati dan Pelabuhan Patimban, yang merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional sesuai Perpres 87/2021.
Selain itu, dia mengungkapkan kawasan industri tersebut hanya menempati sekitar 5% dari total luas lahan di Rebana. Jadi sisanya dapat dialokasikan untuk ruang terbuka hijau (RTH) dan kebutuhan lainnya guna menjaga kelayakan hunian di kawasan tersebut.
Dia menambahkan setiap pemerintah daerah di kawasan ini berperan sebagai Dewan Pengawas Badan Pengelola Kawasan Rebana, agar pengembangan lokasi industri bisa terlaksana dengan baik.
"Kawasan Rebana ini kami upayakan menjadi pusat pertumbuhan baru yang inklusif, dengan hunian terpadu yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja,” ucapnya.