25 Mei 2021
19:06 WIB
Penulis: Zsasya Senorita
Editor: Fin Harini
JAKARTA – Kepala Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan (BRSDM KP) Sjarief Widjaja menyatakan, kecenderungan overfishing pada sektor perikanan tangkap semakin memaksa usaha budidaya ikan air tawar untuk bertumbuh kembang. Peningkatan produksi ikan air tawar menjadi subtitusi ikan laut.
Merujuk laporan Badan Pangan PBB, ungkap Sjarief, konsumsi ikan per kapita penduduk dunia pada 2021 akan mencapai 19,6 kg per tahun. Sebagian besar konsumsinya dipasok dari hasil ikan laut.
Padahal, para peneliti dunia meramalkan bila tidak ada perubahan model produksi di masa mendatang, produksi perikanan tangkap akan mengalami penurunan dan Ikan di laut akan semakin sulit didapat.
“Meski saat ini konsumsi ikan lebih banyak dipasok oleh ikan laut, namun pada tahun-tahun mendatang produksi ikan air tawar akan menyalip produksi perikanan tangkap. Hal ini didasari oleh suplai ikan laut yang terus berkurang sementara demand konsumsi ikan akan terus meningkat,” terangnya secara tertulis, Selasa (25/5).
Sebagai upaya meningkatkan produksi perikanan air tawar, Kementerian Kelautan dan Perikanan atau KKP mendorong peningkatan kapasitas SDM dengan menyelenggarakan Pelatihan Pembesaran Ikan Air Tawar bagi Masyarakat Perikanan di Kabupaten Cilacap.
Difasilitasi oleh Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BP3) Tegal, pelatihan pada 22-23 Mei 2021 itu diikuti oleh 100 peserta yang merupakan pembudidaya ikan di Kabupaten Cilacap. Dengan mematuhi protokol kesehatan, pelatihan diadakan menggunakan metode blended online.
Peserta dilatih menumbuhkembangkan perikanan budidaya di daerahnya secara terintegrasi dari hulu ke hilir. Sehingga, terbentuk kampung-kampung perikanan yang mengangkat potensi dan keunggulan sektor perikanan dari Kabupaten Cilacap.
“Oleh karena itu pelatihan digalang agar pembudidaya bisa terus mengasah dan menambah kompetensinya sehingga dapat mempersiapkan diri untuk mendorong usahanya melalui momentum ini,” tegas Sjarief lebih lanjut.
Para peserta pun dibekali berbagai materi terstruktur dari hulu ke hilir, dimulai dengan persiapan wadah dan media penebaran benih. Kemudian, dilanjutkan dengan manajemen pakan, kualitas air, kesehatan ikan dan udang. Terakhir, materi soal pemanenan.
Di sisi lain Sjarief menyebut, Angka Konsumsi Ikan (AKI) di Kabupaten Cilacap masih tergolong rendah yakni 26 kg per kapita per tahun. Jauh di bawah AKI Provinsi Jawa Tengah dan AKI nasional yang secara berurutan tercatat sebesar 33 kg per kapita per tahun dan 54 kg per kapita per tahun. Pemerintah menyayangkan hal tersebut, mengingat gizi yang dikandung ikan sangat melimpah dibandingkan daging hewan ternak lainnya.
KKP mengaku optimis pelatihan dapat meningkatkan minat masyarakat dalam mengonsumsi ikan, sejalan dengan Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (GEMARIKAN) yang juga tengah didorong pemerintah.
“Saya berpesan kepada pembudidaya sekalian, jika ikan-ikannya sudah banyak dihasilkan, jangan dijual semua tetapi juga dimakan, dijadikan konsumsi sehari-hari karena AKI Kabupaten Cilacap ini masih sangat rendah. Perlu diingat, ikan memiliki nutrisi yang bagus untuk tubuh karena mengandung protein tinggi non-kolesterol, asam amino, dan omega-3 yang memperkuat kerja otak,” paparnya.
Teknologi Terkini
Sementara itu, Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatluh KP) Lilly Aprilya Pregiwati menyatakan sistem budidaya ikan berkembang menjadi lebih efektif dan efisien dari tahun ke tahun, seperti sistem bioflok dan Recirculating Aquaculture System atau RAS.
Lilly berharap, melalui rangkaian pelatihan yang berkelanjutan masyarakat Kabupaten Cilacap dapat meningkatkan rasa ingin tahu untuk mendalami dan mengadopsi teknologi-teknologi terkini tentang budidaya ikan air tawar.
“Teknologi budidaya ikan semakin berkembang sehingga menuntut pembudidaya ikan untuk dapat mengikutinya. Dengan berfokus pada efisiensi dan efektivitas yang dapat menghasilkan produktifitas tinggi dengan biaya produksi seminimal mungkin, akan sangat baik bila pembudidaya Kabupaten Cilacap mulai mengambil langkah untuk mengadopsi teknologi-teknologi terkini seperti (sistem) bioflok dan RAS,” tandasnya.
Lilly mengaku, pelatihan yang diberikan menitikberatkan pada dua hal. Pertama, aplikasi probiotik dalam menjaga kualitas air. Menurutnya pemahaman yang kurang mengenai cara kerja probiotik dalam budidaya ikan air tawar membuat penggunaannya menjadi kurang efektif.
Ia menjelaskan, probiotik berperan dalam meningkatkan nilai gizi pakan, perbaikan enzim untuk pencernaan, menghambat pathogen, membantu pertumbuhan, serta meningkatkan respon imun dan kualitas perairan budidaya.
“Sangat bermanfaat sekali untuk perikanan budidaya tapi seringkali masyarakat masih belum mengetahui cara menggunakannya, sehingga penggunaannya masih kurang efektif,” ungkap Lilly.
Kemudian yang kedua adalah manajemen pakan. Lilly menyebut, biaya produksi budidaya ikan kerap didominasi oleh biaya pakan dengan kisaran 70-80% dari total biaya produksi. Biaya pakan yang besar menuntut pembudidaya untuk menjadi lebih mawas dalam memilih kualitas pakan yang digunakan. Ilmu pembudidaya mengenai manajemen pakan pun dinilai perlu ditingkatkan agar ikan yang dipelihara tumbuh optimal.
“Pakan yang berkualitas tinggi yaitu pakan yang memiliki komposisi zat gizi yang memenuhi kebutuhan nutrisi ikan, seperti kandungan protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral yang sesuai. Selain nilai gizi makanan, perlu diperhatikan pula bentuk dan ukuran yang tepat untuk ikan yang dipelihara,” pungkasnya.