c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

04 Oktober 2023

21:00 WIB

TikTok Shop Tutup, Ke Mana Larinya Penjual, Pembeli, dan Afiliator?

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, besar kemungkinan penjual, pembeli, dan afiliator akan beralih ke platform lain.

Penulis: Nuzulia Nur Rahma

TikTok Shop Tutup, Ke Mana Larinya Penjual, Pembeli, dan Afiliator?
TikTok Shop Tutup, Ke Mana Larinya Penjual, Pembeli, dan Afiliator?
Pemandu mempromosikan produk melalui siaran langsung atau live streaming di Studio Sirclo, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (29/9/2023). ValidNewsID/Fikhri Fathoni

JAKARTA - TikTok Indonesia memutuskan untuk menutup layanan jual beli di dalam aplikasinya, TikTok Shop mulai hari ini, Rabu 4 Oktober 2023. Melalui keterangan resmi yang dikutip dari TikTok Newsroom, TikTok menyebut hal ini merupakan upaya perusahaan dalam mematuhi peraturan di Indonesia.

Tentunya, hal ini akan berdampak terhadap penjual dan pembeli. Namun, ke mana nantinya pembeli dan penjual akan bermigrasi? Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, besar kemungkinan pihak ini akan beralih ke platform lain. 

"Sebenarnya pedagang di TikTok Shop sebagian memiliki akun di platform digital lainnya. Jadi ketika TikTok Shop tutup mereka bergeser ke platform e-commerce lain. Sebagian juga memiliki toko fisik sehingga diharapkan pembeli akan pindah sebagian ke toko fisik untuk membeli barang," katanya saat diwawancarai Validnews, Rabu (4/10).

Namun selain pedagang dan pembeli, ada afiliator yang juga akan terdampak. Melansir dari laman Knowledge, affiliate marketing adalah model bisnis dengan menerapkan sistem pemberian komisi atas jasa seseorang (afiliator), yang telah membantu memasarkan produk atau jasa dari suatu perusahaan penyelenggara. 

Pemberian komisi ini baru dilakukan jika orang tersebut berhasil memasarkan produk atau jasa dalam jumlah tertentu. Singkatnya, pemilik perusahaan hanya perlu mencari orang-orang yang mau bekerja sama memasarkan produk atau jasa dengan menerapkan affiliate marketing.

Penjual juga bisa menerapkan kerja sama pemasaran dan penjualan dalam bentuk pemberian komisi untuk jumlah yang telah disepakati bersama.

Namun, dari prospek marketing yang menjanjikan ini, afiliator pada e-commerce rupanya bisa menjadi ancaman bagi UMKM. Ini dikatakan oleh Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Izzuddin Al Farras.

Baca Juga: TikTok Shop Setop Beroperasi Mulai Besok, 4 Oktober 2023

Menurutnya, afiliator atau reseller menjadi jalan masuk utama barang impor atau crossborder ke Indonesia. Hal inilah yang akan menciptakan pasar tidak seimbang dan permainan bisnis yang tidak sehat hingga akhirnya merugikan pedagang dalam negeri. Sayangnya, afiliator atau reseller belum secara gamblang diatur dalam Permendag yang baru.

"Masalahnya adalah cross border selama ini menjadi jalan masuk barang-barang impor melalui afiliator atau reseller yang ada di Indonesia. Yang mana mereka menjual barang secara murah dan tidak bisa terkena cross border. Itu tidak berpengaruh dengan adanya revisi Permendag soal prosedur ini," katanya.

Berdasarkan riset, kemungkinan besar para afiliator akan berpindah ke platform e-commerce Shopee. Ini terlihat dalam riset Snapcart bertajuk 'Potensi Program Afiliasi dalam Peta Persaingan E-commerce'.

Berdasarkan hasil survei, 59% responden memilih Shopee Affiliate Program menjadi e-commerce dengan program afiliasi dengan pangsa pasar jumlah nilai transaksi tertinggi.

Data ini jauh melampaui para pesaing lainnya dengan Tiktok Affiliate Program 27%, dilanjutkan Tokopedia Affiliate Program 11%, dan Lazada Affiliate Program 2%.

Adapun terdapat tiga indikator utama hal-hal yang menjadi pendorong mengapa program afiliator Shopee bisa terpilih.

Pertama, berdasarkan indikator top of mind (TOM) atau program afiliasi yang paling diingat. Riset tersebut menyatakan Shopee Affiliate Program berhasil menduduki peringkat pertama dengan persentase (69%).

Ini mendominasi dari pesaing lainnya Tiktok Affiliate Program (16%), dan Tokopedia Affiliate Program (12%), serta Lazada Affiliate Program (2%)

Pada indikator brand used most often (BUMO) atau program afiliasi yang paling sering digunakan, 70% memilih Shopee Affiliate Program, jauh melampaui pesaing terdekatnya TikTok Affiliate Program (16%). Diikuti oleh Tokopedia Affiliate Program (12%) dan Lazada Affiliate Program (2%).

Terakhir, melalui indikator Program Afiliasi dengan komisi paling menguntungkan, lebih dari setengah responden yaitu 68% memilih Shopee Affiliate Program.

Lagi-lagi angka ini jauh mengungguli para pemain lainnya, di mana Tiktok Affiliate Program (17%), dilanjutkan Tokopedia Affiliate Program (12%), dan Lazada Affiliate Program (2%).

Tugas Tambahan Bagi Pemerintah
Bhima mengatakan, pemerintah nampaknya akan memiliki tugas tambahan setelah sebelumnya menyelesaikan revisi permendag yang baru soal perdagangan melalui sistem elektronik.

Ia menegaskan harusnya pemerintah juga tidak tebang pilih, platform seperti Shopee dan Tokopedia juga perlu diatur soal kecenderungan predatory pricing dan banjir produk impor. 

"Jangan seolah pemerintah hambat social commerce tapi anak emaskan platform ecommerce lainnya," tekannya.

Ia juga meminta agar Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) harus lebih tegas lagi untuk memberikan sanksi bagi platform e-commerce yang melanggar aturan.

Baca Juga: Menkopukm Apresiasi Kepatuhan Tiktok Shop Patuhi Regulasi

Di samping itu, setelah penutupan TikTok Shop ia mengatakan pemerintah memiliki tugas lanjutan yaitu untuk mendorong UMKM pasca penutupan TikTok Shop. Yaitu dengan memfokuskan program pemberdayaan UMKM go digital yang saat ini tersebar di berbagai instansi pemerintah dan CSR BUMN.

"Kalau bisa satu pintu dan ada output yang terarah lebih bagus. Kemudian para pedagang fisik bisa tetap dibantu misalnya di Tanah Abang dengan diskon sewa tempat, penurunan tarif retribusi, dan bantuan tagihan listrik," katanya.

Ia juga menegaskan pemerintah juga masih punya tugas untuk mendorong pemulihan daya beli masyarakat lewat pengendalian harga kebutuhan pangan terutama beras. 

"Sekarang masalahnya minat belanja baju dan sepatu terhambat naiknya harga beras, sehingga kelompok menengah ke bawah cenderung fokus ke kebutuhan pangan," kata Bhima.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar