28 Juli 2025
11:22 WIB
The Fed Hawkish, Penguatan Rupiah Akibat Kesepakatan Dagang Terbatas
Nilai tukar rupiah berpotensi menguat seiring harapan kesepakatan tarif ke depan, menyusul perjanjian antara Uni Eropa dan AS. Namun, penguatan ini terbatas menghadapi sentimen hawkish The Fed.
Editor: Khairul Kahfi
Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen bertemu dengan Presiden AS Donald Trump di klub golf Trump Turnberry di Skotlandia, Minggu (27/7). Tangkapan layar Youtube/The White House
JAKARTA - Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan, nilai tukar (kurs) rupiah berpotensi menguat seiring harapan kesepakatan tarif ke depan, menyusul perjanjian antara Uni Eropa (UE) dengan Amerika Serikat (AS) belum lama ini.
Kendati, sentimen suku bunga The Fed berpotensi membatasi penguatan rupiah saat ini. Pelaku pasar memperkirakan The Fed masih akan bersikap ketat pada kebijakan moneternya (hawkish) sehingga suku bunga acuan AS masih bertahan di level 4,25-4,5%.
“Namun, penguatan mungkin terbatas dan juga ada potensi berbalik melemah, mengingat pekan ini investor mengantisipasi sikap hawkish The Fed dalam FOMC (Federal Open Market Committee),” kata Lukman Leong di Jakarta, Senin (28/7) melansir Antara.
Baca Juga: Rupiah Melemah! Trump Hentikan Rencana Ganti Bos The Fed
Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Senin pagi (28/7) di Jakarta melemah tipis sebesar 0,06% atau 9 poin, dari sebelumnya Rp16.320 menjadi Rp16.329 per dolar AS.
Melansir Bloomberg, pada perdagangan Minggu (27/7), Indeks Dolar AS (DXY) yang mengukur kinerja terhadap mata uang lainnya, termasuk EUR, JPY, GBP, CAD, CHF, dan SEK terpantau melemah ke level 97,61 poin atau turun 0,03 persen poin dibandingkan penutupan sebelumnya yang berkisar 97,64 poin.
Adapun pergerakan DXY harian kemarin (27/7) berkisar antara 97,49-97,68 atau cenderung bergerak stabil dibanding kondisi beberapa waktu belakangan terhadap rentang level DXY 52 pekan terakhir di kisaran 96,37-110,17 poin.
Di sisi lain, dolar AS yang dipantau pada pukul 10.44 WIB hari ini (28/7) terpantau menghijau 0,05% atau naik sekitar Rp8 terhadap mata uang rupiah. Sementara ini, rupiah ditransaksikan Rp16.328 per dolar AS, dengan proyeksi pergerakan harian sekitar Rp16.326-16.350 per dolar AS.
Mengutip Sputnik, kesepakatan perdagangan antara AS dan UE mencakup tarif nol banding nol untuk produk-produk strategis tertentu, termasuk semua pesawat dan komponennya, serta bahan baku kritis.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen juga menyampaikan, kesepakatan ini juga mencakup bahan kimia tertentu, obat generik tertentu, peralatan semikonduktor, produk pertanian tertentu, hingga sumber daya alam.
Von der Leyen lebih lanjut mengatakan EU akan membeli 'sejumlah besar' gas alam cair, minyak bumi, dan bahan bakar nuklir dari AS, sehingga mendiversifikasi sumber pasokan sekaligus berkontribusi pada ketahanan energi Eropa, katanya.
Baca Juga: Rupiah Menguat! Imbas Optimisme Pasar Atas Kesepakatan Dagang AS
Ia juga menjelaskan bahwa nilai energi yang diimpor dari AS akan mencapai US$750 miliar dalam tiga tahun, atau US$250 miliar setiap tahunnya.
Di sisi lain, potensi penguatan kurs rupiah diprediksi terbatas, karena The Fed diduga takkan memangkas suku bunga dan Gubernur Bank Sentral AS bakal kembali mengeluarkan pernyataan hawkish terkait inflasi.
Rentetan data ekonomi penting AS, seperti data tenaga kerja Nonfarm Payrolls (NFP), inflasi Personal Consumption Expenditures (PCE), dan data Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II AS yang diperkirakan akan menguat akan mendukung dolar AS.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, Lukman memproyeksi, nilai tukar rupiah saat ini berkisar Rp16.250-16.400 per dolar AS.