c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

14 Februari 2025

18:35 WIB

Tenang, Meski Menantang, Peluang Gen Z Miliki Rumah Masih Terbuka

Data Pinhome Home Value Index (PHVI) Kuartal IV-2024 memperlihatkan ada kecenderungan mengalami ketahanan pasar atau bahkan penurunan harga jual rumah

<p>Tenang, Meski Menantang, Peluang Gen Z Miliki Rumah Masih Terbuka</p>
<p>Tenang, Meski Menantang, Peluang Gen Z Miliki Rumah Masih Terbuka</p>

Pengunjung melihat maket perumahan pada pameran Indonesia Properti Expo 2022 di JCC, Jakarta, Minggu (20/11/2022). Antara Foto/Rivan Awal Lingga

JAKARTA- Prospek Gen Z memiliki rumah saat ini cukup menantang. Kendati begitu, tetap masih ada peluang bagi mereka untuk membeli rumah atau mulai berinvestasi di properti.

Hal itu bisa terwujud, salah satunya mengikuti Program Sejuta Rumah yang telah diluncurkan pemerintah. Program ini merupakan program subsidi untuk mempermudah pembelian rumah. "Selain itu, properti vertikal yang lebih terjangkau juga tersedia di lokasi strategis," kata CEO&Founder Pinhome Dayu Dara Permata di Jakarta, Jumat (14/2).

Dia mengatakan, opsi pembiayaan dan perkembangan teknologi keuangan (fintech) saat ini sudah tersedia dan dapat memberi solusi bagi Gen Z yang ingin membeli rumah. Menurut Dayu, Gen Z menghadapi tantangan cukup besar dalam memiliki rumah karena harga properti tinggi, sementara penghasilan mereka rendah.

"Banyak dari mereka yang baru mulai bekerja dan memiliki sedikit tabungan sehingga sulit untuk membeli rumah," kata dia.

Selain itu, pengajuan KPR juga sulit karena kurangnya riwayat kredit dan pekerjaan yang tidak stabil. Kemudian, inflasi dan biaya hidup yang terus meningkat juga mengurangi daya beli mereka.

Penyebab lainnya adalah banyaknya Gen Z yang harus menghidupi keluarga sekaligus membantu orang tua atau keluarga yang biasa disebut “Generasi Sandwich”. Data terbaru Pinhome bersama dengan YouGov menunjukkan setidaknya ada 41 juta orang di Indonesia yang masuk dalam kategori "Generasi Sandwich" atau mencakup 26% Gen Z.

Lalu, terkait harga rumah di Jakarta, data Pinhome Home Value Index (PHVI) Kuartal IV-2024 memperlihatkan ada kecenderungan mengalami ketahanan pasar atau bahkan penurunan harga jual rumah. "Peningkatan inventori yang lebih pesat dari permintaan diduga salah satu penyebabnya," ujar Dayu.

Dayu mengatakan, terdapat peluang yang lebih kompetitif, terutama di wilayah yang mengalami penurunan seperti Jakarta Utara dan Jakarta Pusat. "Pada tipe 54, penurunan signifikan terjadi di Tanjung Priok (Jakarta Utara) dan Cempaka Putih (Jakarta Pusat) dimana harga jual rumah turun 10% (Rp70 juta)," kata dia.

Sementara itu, harga sewa rumah tahunan di wilayah Jakarta cenderung stabil hingga menurun, khususnya pada rumah dengan tipe lebih kecil atau sama dengan 200. Harga sewa rumah dengan tipe 121-200 di Jakarta Timur kembali turun hingga minus 7% pada kuartal ini setelah menurun minus 6% pada kuartal lalu.

"Penurunan paling signifikan hingga minus 9% terjadi pada rumah dengan tipe yang sama di Jakarta Utara, dimana harga sewa rumah tahunannya menurun sebesar Rp10 juta," tuturnya.

Tumbuh Terbatas
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) mencatat harga properti residensial di pasar primer pada kuartal IV 2024 tumbuh terbatas, berdasarkan hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) oleh bank sentral.

“Hal ini tercermin dari Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada kuartal IV 2024 yang tumbuh sebesar 1,39% year on year (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal III 2024 sebesar 1,46% (yoy),” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso di Jakarta, Jumat.

Dari sisi penjualan, hasil survei mengindikasikan penjualan properti residensial di pasar primer pada kuartal IV 2024 menurun, terutama rumah tipe kecil dan menengah yang kontraksi masing-masing sebesar 23,70% (yoy) 16,61% (yoy). Sedangkan penjualan rumah tipe besar tercatat meningkat atau tumbuh 20,44 % (yoy).

Adapun secara keseluruhan, pertumbuhan penjualan properti residensial tercatat kontraksi sebesar 15,09% (yoy). Dari sisi pembiayaan, survei menunjukkan bahwa sumber utama pendanaan untuk pembangunan properti residensial masih berasal dari dana internal pengembang, dengan pangsa mencapai 74,38%.

Sumber pembiayaan lainnya yang digunakan pengembang untuk pembangunan rumah primer antara lain pinjaman perbankan (15,18%) dan pembayaran dari konsumen (5,61%).

Sementara dari sisi konsumen, mayoritas pembelian rumah di pasar primer dilakukan melalui skema pembiayaan kredit pemilikan rumah (KPR), dengan pangsa sebesar 72,54% dari total pembiayaan. Adapun pembelian rumah primer melalui pembayaran tunai bertahap dan tunai masing-masing memiliki pangsa sebesar 18,74% dan 8,72 %.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar