03 Agustus 2021
12:20 WIB
JAKARTA – PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk melakukan penyertaan modal berupa aset (inbreng) 798 menara telekomunikasi, kepada anak usahanya PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel). Langkah ini merupakan bagian dari penataan portofolio TelkomGroup, serta bentuk komitmen Telkom untuk menjadikan Mitratel sebagai vehicle sekaligus pemain yang kuat dan menguasai industri tower.
“Industri menara telekomunikasi ini merupakan industri yang sangat prospektif di tengah potensi perkembangan ekonomi digital Indonesia, ditambah pula masuknya teknologi generasi kelima," ujar Direktur Strategic Portfolio Telkom Budi Setyawan dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (3/8).
Dengan langkah ini, TelkomGroup percaya bahwa Mitratel mampu memperkokoh posisinya sebagai pemimpin industri menara telekomunikasi nasional. Termasuk dapat memberikan nilai yang tinggi bagi perusahaan juga para stakeholder.
Penandatanganan Akta Inbreng & Head of Agreement antara Telkom dengan Mitratel, dilakukan secara hybrid dengan protokol kesehatan yang ketat. Hadir secara fisik dalam acara tersebut Direktur Strategic Portfolio Telkom Budi Setyawan Wijaya dan Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko.
Sementara, melalui video conference, hadir Direktur Wholesale & International Service Telkom Bogi Witjaksono dan Direktur Network & IT Solution Telkom Herlan Wijanarko.
Selain sebagai upaya penataan portofolio, langkah inbreng menara milik Telkom ke Mitratel itu juga merupakan salah satu strategi bisnis, untuk meningkatkan kapabilitas dari sisi aspek infrastruktur telekomunikasi. Menara-menara yang dialihkan memiliki potensi kolokasi dan tenancy ratio di atas rata-rata industri dengan struktur yang kokoh dan coverage seluruh Indonesia.
Inbreng ini pun menjadi modal yang kuat untuk bisnis menara Mitratel ke depan. Asal tahu saja, setelah transaksi pengalihan aset 798 menara ini, Mitratel kini memiliki lebih dari 24.000 menara telekomunikasi
“Bisnis menara telekomunikasi merupakan bisnis yang sangat menjanjikan, mengingat hingga saat ini operator telekomunikasi akan terus berekspansi dalam meningkatkan kualitas jaringan dan memperluas jangkauan layanannya sehingga kami meyakini bisnis menara telekomunikasi masih akan mencatatkan kinerja positif,” ujar Budi.
Sementara itu, Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko menyampaikan komitmen Mitratel dalam mendukung penataan portofolio TelkomGroup dengan aksi korporasi ini. Ke depan, lanjutnya, Mitratel berkomitmen untuk mengelola dengan baik aset dan bisnis menara tersebut demi memberikan value terbaik bagi para pemegang saham.
Ilustrasi. pekerja melakukan pemerikasaan berkala menara BTS. dok. Antara Foto
Infrastruktur Digital
Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate menyebutkan percepatan pembangunan infrastruktur digital menjadi salah satu prioritas yang dikejar pada tahun 2022. Hal ini dilakukan guna menghadirkan layanan digital merata dan mendukung transformasi digital sesuai program Pemerintah Pusat.
Program percepatan ini, dimulai dari penambahan Base Transceiver Station (BTS), hingga memastikan proyek Pusat Data Nasional (PDN) mulai dibangun menjadi bagian dari percepatan infrastruktur digital.
"Tahun 2021 Kementerian Kominfo akan menyelesaikan pembangunan 4.200 BTS, saat ini sedang dalam proses konstruksi, dan dilanjutkan di tahun 2022 sebanyak 3.704 BTS baru,” kata Johnny beberapa waktu lalu.
Hingga 2024 ditargetkan akan ada 9.586 menara BTS yang tersebar dari Sabang sampai Merauke dan memastikan stasiun pemancar itu dapat menyediakan frekuensi merata bagi masyarakat Indonesia.
Kementerian Kominfo pun pada 2022 juga akan mengoptimalisasikan jaringan Palapa Ring melalui program integrasi Palapa Ring sepanjang 12.083 kilometer dari darat dan laut. Johnny menyebutkan untuk kabel darat akan mendominasi integrasi Palapa Ring dengan panjang kabel 8.203 kilometer dan kabel laut akan dipasang sepanjang 3.880 kilometer.
Untuk mewujudkan integrasi Palapa Ring itu dibutuhkan total modal mencapai Rp8,6 triliun. Proyek ini akan dibagi menjadi dua periode pengerjaan, pada 2022 dengan anggaran Rp3,5 triliun dan pada 2023 dengan anggaran Rp5,1 triliun.
Penyediaan akses internet tak luput dari infrastruktur digital yang dikejar oleh Kementerian Kominfo di 2022. Tercatat pada 2021 ada 4.574 titik akses internet yang baru dibuka oleh Kominfo.
"Tahun 2022 akan dilakukan penggelaran akses 22.000 titik secara masif dan terus meningkat tiap tahunnya hingga tersedia 78.391 titik akses internet pada akhir tahun 2024 nanti,” ujar Johnny.
Infrastruktur lainnya yang ditingkatkan untuk mencapai transformasi digital yang merata adalah penyediaan kapasitas satelit. Hingga Juni 2021 tercatat satelit yang Indonesia miliki berkapasitas 21 gigabit persekon (Gbps) dan akan ditingkatkan menjadi 30 Gbps hingga akhir tahun.
Memasuki 2022 kapasitas satelit akan kembali ditambahkan sebesar 7 Gbps menjadi 37 Gbps dan diharapkan pada 2024 bisa mencapai 117 Gbps. Pusat Monitoring Pos, Telekomunikasi, dan Penyiaran juga menjadi infrastruktur digital yang digenjot oleh Kominfo.
Pada 2021 ini ada 514 kota dan kabupaten yang mendapatkan alat pengukuran kualitas layanan telekomunikasi nantinya. Nah, pada 2022 akan ada penambahan dashboard untuk menunjukkan data pos dan penyiaran.
ilustrasi. Jaringan menara BTS di pelosok negeri. dok. Antara Foto
Wilayah 3T
Sementara itu, Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyatakan, akan menggandeng operator seluler untuk menyediakan sinyal 4G di menara BTS yang mereka bangun untuk wilayah terdepan, terluar, tertinggal (3T).
"Untuk memastikan suplai sinyal 4G di 7.904 (menara) BTS, BAKTI melakukan kerja sama operasional dengan operator seluler yang memiliki lisensi di Indonesia," kata Direktur Utama BAKTI Anang Latif beberapa waktu lalu.
Pemerintah mempercepat pembangunan infrastruktur telekomunikasi, yang semula ditargetkan selesai pada 2032 menjadi pada 2022 mendatang. Data Kominfo menunjukkan dari total 12.458 desa dan kelurahan yang belum mendapatkan sinyal 4G, sebanyak 9.113 desa dan kelurahan merupakan wilayah 3T, daerah kerja BAKTI.
Pada periode 2019 sampai 2020, BAKTI telah membangun 1.209 menara BTS, termasuk meningkatkan kemampuan agar bisa menangkap sinyal 4G.
Sebanyak 7.904 lainnya akan dikerjakan pada periode 2021-2022, bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara rupiah murni dan Penerimaan Negara Bukan Pajak sektor Kominfo non-badan layan umum (BLU).
Sebanyak 5.204 dari lokasi yang dibangun pada 2021-2022 ini berada di provinsi Papua dan Papua Barat, atau sekitar 65 persen dari lokasi pembangunan. BAKTI berkomitmen mengadakan mekanisme seleksi yang akuntabel agar mendapatkan mitra yang andal dan kompeten untuk menghadirkan sinyal 4G di wilayah 3T.
Menurut Anang, seleksi ini tidak kalah penting dibandingkan dengan pembangunan infrastruktur telekomunikasi, karena akan berdampak pada kualitas layanan seluler. Dalam kerja sama tersebut, tanggung jawab penyediaan lahan untuk pembangunan menara, pembangunan menara BTS dan pemeliharaan berada di BAKTI.
Tugas operator seluler nanti adalah menyediakan layanan 4G, operasional dan pemeliharaan jaringan. Pemerintah sendiri berupaya mempercepat transformasi digital dengan membangun dan memperluas infrastruktur telekomunikasi di Indonesia.
Sementara wilayah 3T dikerjakan oleh BAKTI, terdapat 3.435 wilayah non 3T, yang merupakan wilayah operasional operator seluler.