15 Mei 2025
19:58 WIB
Tarif AS-China Turun, Indonesia Ambil Peluang Negosiasi
Indonesia akan bernegosiasi membahas tarif dengan AS, di tengah penurunan tarif dengan China selama 90 hari. Pemerintah sedang mempersiapkan komoditas strategis yang diperlukan dalam negosiasi ini.
Editor: Khairul Kahfi
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyambut kedatangan PM Australia Anthony Albanese di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (15/5). Dok Kemenko Ekonomi
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, Indonesia akan bernegosiasi membahas tarif dengan Amerika Serikat, di tengah penurunan tarif antara negara tersebut dengan China selama 90 hari.
"Kan 90 hari ke depan (AS) dengan China pause (perang tarif dagang). Jadi kita memanfaatkan waktu itu untuk bernegosiasi dengan Amerika," kata Airlangga di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (15/5) melansir Antara.
Baca Juga: Pemerintah Bentuk Satgas Percepatan Negosiasi Tarif Dengan AS
Saat ini, sambungnya, pemerintah sedang mempelajari materi pembicaraan dan mempersiapkan komoditas strategis yang diperlukan dalam negosiasi tersebut.
Meski demikian dari sisi makro ekonomi, Airlangga mengakui, jeda sementara 90 hari ini belum bisa dianggap sebagai meredanya ketegangan dagang.
Untuk itu, Pemerintah tidak akan buru-buru mengambil kesimpulan positif atas dinamika tersebut karena sifat perang dagang AS-China yang masih temporer. Meski pasar bereaksi positif terhadap pengumuman ini.
"Market bereaksi positif, tapi kan kita tidak bisa mengambil kesimpulan karena ini baru periode sementara," ucapnya.
Adapun saat ini, Pemerintah Indonesia masih dalam waktu tenggat 60 hari negosiasi tarif dagang dengan Pemerintah AS. Tim Teknis Kantor Perwakilan Dagang AS (USTR) telah mengundang Tim Teknis RI pada Jumat (18/4), dengan mulai membahas pokok isu yang menjadi perhatian AS dan Indonesia.
Info saja, AS dan China sepakat 'gencatan senjata' dengan melonggarkan tarif secara signifikan selama 90 hari pada pertemuan penting di Jenewa, Swiss akhir pekan lalu. Kesepakatan ini menandai momen langka dalam konflik dagang berkepanjangan kedua negara, sambil memberikan harapan baru bagi stabilitas ekonomi jangka panjang.
Kesepakatan tersebut diumumkan dalam suatu pernyataan bersama yang disiarkan oleh pemerintah AS pada Senin (12/5). Kesepakatan itu tercapai setelah negosiasi intensif akhir pekan di Jenewa, Swis.
Baca Juga: Usai China-AS Turunkan Tarif Sementara, Trump Bakal Gelar Pembicaraan Dengan Xi
Kedua negara akan memangkas bea masuk atas produk masing-masing secara drastis. AS akan menurunkan tarif atas barang-barang asal China dari 145% menjadi 30%, sementara China akan menurunkan tarif atas produk AS dari 125% menjadi 10% paling lambat 14 Mei 2025.
Meski bersifat sementara, kesepakatan itu menjadi langkah paling signifikan dalam upaya meredakan ketegangan dagang selama beberapa tahun terakhir, sekaligus memberi angin segar bagi pasar global yang selama ini dihantui ketidakpastian.
Dalam pernyataan itu, kedua negara menekankan pentingnya membangun hubungan dagang yang 'berkelanjutan, jangka panjang, dan saling menguntungkan'.