26 Maret 2022
15:28 WIB
Editor: Rikando Somba
SURABAYA- Lahan-lahan bekas tanah kas desa (BTKD) di Kota Surabaya kini dimanfaatkan menjadi wilayah pertanian kota atau urban farming. Sebagai pilot project, lahan yang diolah awal adalah lahan BTKD Tambak Wedi. Kini baru 6.000 meter persegi di lahan itu yang digunakan untuk sektor pertanian, peternakan dan perikanan.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya Antiek Sugiharti di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (26/3) mengatakan, kawasan Tambak Wedi yang luasnya 4 hektare akan dimanfaatkan sepenuhnya untuk pertanian, perkebunan, dan perikanan kota.
"Untuk tahap awal lahan BTKD di Tambak Wedi dimanfaatkan untuk urban farming," katanya.
Untuk sektor pertanian, ada penanaman 560 bibit pohon pisang, 525 ribu bibit sayur bayam, 53 ribu bibit sayur kangkung, 150 bibit cabai, 200 bibit terong, 400 bibit bunga kol, 5.320 ketela pohon dan 45 ribu bibit jagung.
Di sektor perikanan, kini dilakukan budi daya 1.200 benih ikan nila dan 600 benih ikan patin melalui kolam bundar, sedangkan pada sektor peternakan, berupa budi daya maggot.
Menurut dia, lahan BTKD tersebut disiapkan agar dapat dimanfaatkan warga yang masuk golongan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), khususnya warga yang belum bekerja, sebagai implementasi program padat karya yang dicanangkan Pemerintah Kota Surabaya.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi sebelumnya mengatakan, program padat karya, salah satunya adalah memanfaatkan semua lahan aset milik pemkot untuk kepentingan warga, seperti halnya lahan BTKD yang disiapkan untuk lahan pertanian kota.
"Manfaatkan lahan BTKD yang selama ini belum digunakan untuk kepentingan umat," katanya.
Di lahan BTKD tersebut, Pemkot Surabaya juga berencana menyiapkan tempat untuk produksi paving dan batu bata ringan yang nantinya dikerjakan oleh warga berstatus MBR.

Panen Raya Cabai
Hal sama diniatkan oleh Wali Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Maulan Aklil. Dia mengajak warga untuk menekuni usaha niaga tani atau agrobisnis urban farming yang memiliki peluang cukup besar untuk dikembangkan.
"Meskipun Kota Pangkalpinang merupakan ibu kota Provinsi Kepulauan Babel, namun harus tetap berpikir untuk menjadi penghasil sekaligus pengelola bisnis sehingga perekonomian masyarakat semakin meningkat," kata Wali Kota Maulan Aklil di Pangkalpinang, Jumat.
Salah satu yang sudah berhasil dilakukan adalah penanaman cabai. Panen raya cabai di lahan demplot Kelompok Tani Makmur, Tuatunu sudah dilakukan.
"Para petani bisa bertahan melalui pertanian dan komoditas pangan yang menjadi kebutuhan masyarakat luas. Sesuai dengan kebutuhan dalam satu tahun, hasil cabai lokal hampir 50 ton setahun untuk memenuhi kebutuhan warga Pangkalpinang," katanya.
Kini, di Kota Pangkal Pinang ada beberapa kelompok tani binaan, seperti di Tuatunu, Bukit Merapin, Pasir Garam dan kelompok tani PKK. Mereka cukup terbantu dengan program yang dilakukan Bank Indonesia dan Pemkot setempat.
Untuk mereka yang perlu pendampingan dan edukasi tentang tata cara bercocok tanam, Pemkot telah menyediakan tim penyuluh Dinas Pertanian, sedangkan untuk pemasaran hasil panen Disperindag akan siap membantu.
"Usaha niaga tani sebetulnya bisa dilakukan asal tekun, apalagi pada saat menjelang bulan Ramadhan akan semakin besar peluang yang bisa dimanfaatkan. Saya bersama Disperindag akan turun ke lapangan, kontrol sembako agar jangan sampai kurang dan tidak terjadi lonjakan harga," katanya.