c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

28 September 2022

13:51 WIB

Tahap Awal, Gubernur Bali Targetkan 45 Ribu Hektare Pertanian Organik

Bali hendak menjadikan semua pertanian organik pada 2023, baik di subsektor sawah maupun kebun

Penulis: Khairul Kahfi

Editor: Fin Harini

Tahap Awal, Gubernur Bali Targetkan 45 Ribu Hektare Pertanian Organik
Tahap Awal, Gubernur Bali Targetkan 45 Ribu Hektare Pertanian Organik
Pemandangan sawah di Tegallalang dekat Ubud, Bali. Sumber: Shutterstock/amnat30

BALI – Gubernur Bali Wayan Koster menargetkan seluruh pertanian di wilayahnya, mampu menggunakan sistem pertanian organik yang ramah terhadap lingkungan. Sebagai tahap awal, 45 ribu hektare akan rampung beralih ke pertanian organik pada akhir 2022 mendatang. 

Semangat ini disampaikan Wayan di Global Forum on Digital Agriculture Transformation in Accelerating Women and Youth Entrepreneurship, rangkaian kegiatan dari Agriculture Ministers Meeting (AMM) 27-29 september 2022, yang dihelat di Denpasar, Bali.

"Bali saat ini tengah gencar menyelenggarakan sistem pertanian organik yang diatur dalam Perda nomor 8 tahun 2022. Dari 70.000 hektare sawah yang ada, 40.000 hektare di antaranya ditargetkan sudah organik," ujar Wayan dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu (28/9).

Selain sawah, lanjutnya, sistem pertanian organik juga sudah menjalar sampai ke subsektor perkebunan. Di Bali, lahan kebun organik sudah mencapai 154 ribu hektare dari total lahan yang ada sekitar 200 ribu hektare.

Bahkan baik sawah maupun kebun, Gubernur Wayan menekankan, semuanya ditargetkan sudah organik di tahun depan. Pihaknya bertekad, menjadikan semua pertanian di Bali total organik. 

“(Bali) menjadi pulau organik agar menghasilkan pangan sehat dan berkualitas, serta tidak menimbulkan polusi bagi lingkungan tidak merusak lingkungan," katanya.

Tak hanya itu, Wayan juga menyampaikan, saat ini ada pergerakan warga Bali terhadap hilirisasi pertanian dengan melakukan berbagai macam pengolahan pangan sehat berbasis kearifan lokal. Gerakan ini pun disinyalir mampu menambah nilai ekonomi masyarakat setempat.

"Kami telah melakukan inisiasi pengembangan industri olahan untuk menghasilkan nilai tambah perekonomian yang berbasis pada kearifan lokal," sebutnya.

Ke depan, dirinya bersama masyarakat Bali berharap, pertanian akan memberi kontribusi yang lebih besar terhadap pertumbuhan perekonomian Bali. Oleh karena itu, membuat Bali lebih mandiri dalam bidang perekonomian.

Untuk diketahui, sektor pertanian di Provinsi Bali masuk dalam skala prioritas program utama dan tertuang dalam enam pilar ekonomi Bali. Pertanian menduduki urutan pertama di atas sektor kelautan dan perikanan.

"Keenam adalah sektor pariwisata berbasis budaya berkualitas dan bermartabat," tuturnya.

Secara umum, berdasarkan Survei Pertanian Antar Sensus (SUTAS) BPS Bali di 2018, total petani di sembilan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali mencapai 477.439 jiwa. Jumlah petani tersebut terdiri dari 364.322 orang petani laki-laki dan 113.117 petani perempuan.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menegaskan, sektor pertanian selama ini adalah jawaban pasti dalam menghadapi berbagai persoalan dunia. Karena itu, membangun pangan harus dimulai dari kebersamaan, termasuk melibatkan banyak anak muda dalam membangun pertanian modern.

Mentan mencontohkan, saat ini banyak wirausaha muda di sektor pertanian yang melalui kreativitasnya dapat meningkatkan nilai tambah produk pertanian, baik melalui kualitas, keamanan, fungsi, maupun penciptaan produk olahan baru yang sesuai dengan preferensi konsumen.

Hal tersebut, lanjutnya, menunjukkan adanya potensi besar bagi wirausaha muda berbakat untuk menjadi motor penggerak perubahan pertanian konvensional menjadi lebih modern dan berkelanjutan. 

“Karena itu, forum ini harus kita sepakati untuk membangun sistem pertanian dan pangan yang berkelanjutan," pungkas SYL.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar