26 Januari 2023
19:40 WIB
JAKARTA - Popularitas kripto kian hari terus menanjak. Namun popularitas ini, ternyata tak disertai dengan pengetahuan yang cukup, khususnya terkait dengan ancaman siber yang berpotensi menyerang pemain kripto.
Kaspersky menyatakan, menurut survei terbaru, sebagian besar individu tidak menyadari potensi ancaman yang dihadapi oleh pemilik aset kripto.
Meskipun popularitas aset kripto meningkat, hanya 25% responden yang merasa mengetahui atau sangat mengetahui tentang potensi risiko penggunaannya.
Sementara itu, sebanyak 23% tidak memiliki informasi sama sekali. Selain itu, kesadaran akan ancaman ini menurun seiring bertambahnya usia, dengan konsumen yang lebih muda di bawah 35 tahun terpapar lebih banyak informasi.
Ancaman dunia maya, seperti pencurian dan penipuan virtual, adalah salah satu aspek negatif yang paling sering dikutip dari penggunaan aset kripto, dengan masing-masing 27% dan 26% responden menyorotinya sebagai perhatian utama mereka.
Sementara itu, 38% responden tidak menyadari, mereka bisa menjadi target ancaman kripto, bahkan jika mereka tidak memiliki aset kripto.
Perlu dicatat, siapa pun dapat menjadi target penambang kripto (cryptomining), suatu program yang secara diam-diam menghasilkan aset kripto untuk pemiliknya menggunakan sumber daya komputer lain, baik mereka memiliki aset kripto atau tidak.
Kekhawatiran akan ancaman siber kripto sendiri, berbeda-beda di setiap wilayah Di negara-negara Afrika Selatan dan Asia Pasifik, penipuan investasi kripto (masing-masing 23% dan 15%) dan aplikasi palsu (masing-masing 16% dan 15%) menjadi perhatian utama.
Sementara di Eropa, masalah paling menonjol adalah serangan pemerasan. Scammers mengancam untuk mengungkap riwayat penjelajahan korban di situs web dewasa kecuali mereka memberikan akses pribadi atau mengirim aset kripto (13%).
Jadi, apakah aset kripto membutuhkan lebih banyak perlindungan? Separuh (49%) dari semua responden telah dipengaruhi oleh kejahatan aset kripto dalam beberapa cara mengungkapkan berbagai aktivitas kriminal di lapangan.
Selain itu, 49% individu yang disurvei tidak percaya sistem perlindungan saat ini untuk aset kripto efektif, dengan 40% pemilik aset kripto juga saat ini tidak percaya, sistem perlindungan yang ada sudah cukup memadai.
“Meskipun penurunan terjadi di pasar kripto baru-baru ini, namun tingkat aktivitas berbahaya di lapangan tidak menurun. Industri kripto yang masih dalam masa pertumbuhan, tetap menjadi target utama para scammers,” Vitaly Kamluk, kepala unit Asia Pasifik, Tim Riset & Analisis Global Kaspersky (GReAT) dalam keterangannya, Kamis (26/1).
Sekedar informasi, Kaspersky merujuk pada hasil survei Arlington Research yang melakukan penelitian online global kuantitatif. Responden sebanyak 12.000 orang berasal dari 16 negara, antara lain Austria, Brasil, Kolombia, Prancis, Jerman, India, Malaysia, Meksiko, Arab Saudi, Afrika Selatan, Spanyol, Swiss, Turki, UEA, Inggris Raya, dan Amerika Serikat.
Menurut Vitaly, survei ini menekankan perlunya peningkatan kesadaran dan edukasi mengenai potensi risiko yang dihadapi oleh pemilik asset kripto.
”Karena adopsi aset digital terus bertumbuh, sangat penting bagi individu untuk mengambil tindakan yang tepat guna melindungi diri dari ancaman dunia maya,” tuturnya.
Ilustrai berbagai jenis uang kripto. dok Shutterstock/dok Kelompok Peretas
Sebelumnya Biro Investigasi Federal (FBI), Senin (23/1/2023), mengabarkan, dua kelompok peretas yang terkait dengan Korea Utara, Grup Lazarus dan APT38, bertanggung jawab atas pencurian Juni lalu senilai US$100 juta atau lebih dari Rp1 triliun dari perusahaan kripto "jembatan blockchain" AS Horizon milik Harmony.
Pada 13 Januari kelompok tersebut menggunakan protokol privasi yang disebut Railgun untuk mencuci ethereum senilai lebih dari US$60 juta yang dicuri selama pencurian pada Juni.
Kata FBI, sebagian dari ethereum yang dicuri kemudian dikirim ke beberapa penyedia aset virtual dan diubah menjadi bitcoin.
FBI mengatakan, pencurian dan pencucian mata uang virtual Korea Utara digunakan untuk mendukung program rudal balistik dan Senjata Pemusnah Massal.
Pada Juni tahun lalu, Harmony yang berbasis di California mengatakan, sebuah perampokan telah menghantam jembatan Horizon yang merupakan perangkat lunak dasar yang digunakan oleh token digital seperti bitcoin dan ether untuk mentransfer kripto di antara berbagai blockchain.
Reuters pada Juni lalu juga melaporkan, peretas Korea Utara kemungkinan besar berada di balik serangan terhadap Harmony, mengutip tiga perusahaan investigasi digital.
Harmony sendiri mengembangkan blockchain untuk keuangan terdesentralisasi-situs peer-to-peer yang menawarkan pinjaman dan layanan lain tanpa penjaga gerbang tradisional seperti bank dan token yang tidak dapat dipertukarkan.
Rekomendasi Kaspesky
Nah, untuk memaksimalkan manfaat aset kripto dengan aman, pakar Kaspersky pun merekomendasikan sejumlah hal berikut;
1. Menggunakan kata sandi yang kuat dan unik. Terapkan ini pada akun kripto Anda dapat membantu mencegah peretasan kata sandi dan serangan brute force.
2. Hindari serangan phishing. Serangan phishing adalah upaya manipulasi agar Anda mengungkapkan kredensial login atau informasi pribadi. Berhati-hatilah terhadap email atau tautan yang mencurigakan, dan selalu periksa ulang URL sebelum memasukkan informasi login Anda.
3. Jangan membagikan akses pribadi Anda. Mendapatkan akses pribadi berarti membuka kunci dompet aset kripto Anda. Jaga kerahasiaannya dan jangan pernah membaginya dengan siapa pun.
4. Mengedukasi diri Anda sendiri. Tetap terinformasi tentang ancaman dunia maya terbaru dan praktik terbaik untuk menjaga keamanan aset kripto Anda. Semakin banyak yang Anda ketahui tentang perlindungan diri sendiri, semakin baik persiapan Anda untuk mencegah serangan dunia maya.
5. Menggunakan solusi keamanan. Solusi keamanan yang andal akan melindungi perangkat Anda dari berbagai jenis ancaman. Portofolio Kaspersky mencegah semua jenis penipuan aset kripto baik yang dikenal dan tidak dikenal, serta menghindari penggunaan kekuatan pemrosesan komputer Anda secara tidak sah untuk menambang aset kripto.