c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

07 November 2023

13:39 WIB

Sumur Tua Jadi Penyebab Lifting Minyak RI Terus Turun

Sepanjang belum ada pengganti dari blok migas yang sudah mature, tren produksi diprediksi akan terus menurun.

Penulis: Yoseph Krishna

Sumur Tua Jadi Penyebab Lifting Minyak RI Terus Turun
Sumur Tua Jadi Penyebab Lifting Minyak RI Terus Turun
Ilustrasi. Pengeboran minyak. Shutterstock/Dok

JAKARTA - Lifting minyak bumi Indonesia tercatat terus menurun. Hal itu terlihat dari data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, dimana produksi minyak nasional per 5 November 2023 berada di kisaran 586 ribu BOPD.

Padahal, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat lifting minyak pada semester I 2023 lalu sebesar 615,5 ribu BOPD. 

Penurunan lifting minyak mulai terpantau sejak Agustus 2023, dimana Ditjen Migas Kementerian ESDM mencatat total produksi minyak nasional sekitar 596 ribu BOPD.  

Terus menurunnya produksi minyak nasional membuat target tahunan semakin sulit untuk dicapai, dimana APBN TA 2023 membidik lifting 660 ribu BOPD hingga akhir tahun ini.

Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro pun turut mengamati fenomena tersebut. Menurut dia, problem utama rendahnya produksi minyak tak lepas dari banyaknya sumur tua yang masih beroperasi dengan tren produksi yang tengah menurun.

"Masalahnya tidak berdiri sendiri, tapi saling terkait antara komitmen menjalankan investasi maupun payung hukum yang memberi kemudahan bagi pelaku usaha, ini yang saya kira perlu koreksi," sebutnya kepada Validnews di Jakarta, Senin (6/11).

Baca Juga: Indonesia Jadi Penentu Harga Minyak Nabati Dunia

Sepanjang belum ada pengganti dari blok-blok migas yang sudah mature atau belum ada temuan cadangan baru dari eksplorasi, tren penurunan produksi akan terus menurun.

Apalagi, produksi industri hulu migas bukan bicara 1-2 hari atau 1-2 bulan, melainkan dalam periode tahunan. Artinya ketika ada temuan cadangan, baru bisa diproduksi dalam kurun 4-5 tahun mendatang.

"Jadi kalau hari ini turun terus, berarti 4-5 tahun lalu kita tidak melakukan apa-apa atau minimal kalaupun melakukan, berarti belum menemukan cadangan sesuai yang diekspektasikan," ucap Komaidi.

Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif tak menampik bahwa sumur-sumur migas yang saat ini berproduksi merupakan sumur tua yang produktivitasnya cenderung menurun.

Sumber daya minyak, jelasnya, semakin lama akan dipompa semakin dalam sehingga campuran dengan air juga semakin banyak. Sumur-sumur tua yang kini beroperasi, awalnya menghasilkan 90% minyak dari hasil pengeboran, namun kini sudah banyak mengandung air.

"Jadi yang dipompa dulu aslinya misal 10 liter, 9 liter itu minyak. Sekarang sudah puluhan tahun, setengah liter minyak dan setengah liter air," katanya beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Naik Dipicu Pengurangan Produksi Saudi dan Rusia

Karena itu, pemompaan harus dilakukan lebih banyak lagi supaya volume minyak yang dihasilkan bisa lebih maksimal. Saat ini, ada sekitar 15 ribu sumur yang lahannya dikembalikan namun belum dikerjakan.

Pengerjaan sumur-sumur tersebut, sambung Arifin, harus dipercepat. Seandainya satu sumur bisa menghasilkan 5 barel minyak, akan berdampak besar terhadap produksi minyak nasional nantinya.

"Kalau satu sumur bisa 5 barel, kan lumayan dikali 15 ribu. Pertamina baru bisa kerjakan 2.000 sumur, makanya kita minta percepat, mana yang diprioritaskan untuk dipegang Pertamina, mana yang kerja sama dengan swasta, intinya supaya bisa mengoptimalkan," tandas Menteri Arifin Tasrif.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar