c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

21 Juli 2025

20:55 WIB

Sumbangsih Hulu Migas Pada Penerimaan Negara Melorot Nyaris 23%

Perbedaan asumsi ICP dengan realisasi berakibat pada sulitnya mencapai target penerimaan negara dari sektor hulu migas.

Penulis: Yoseph Krishna

<p id="isPasted">Sumbangsih Hulu Migas Pada Penerimaan Negara Melorot Nyaris 23%</p>
<p id="isPasted">Sumbangsih Hulu Migas Pada Penerimaan Negara Melorot Nyaris 23%</p>

Pekerja mengecek pompa angguk yang beroperasi di Lapangan Duri, yang merupakan salah satu lapangan injeksi uap terbesar di dunia di Blok Rokan, Riau, Jumat (19/8/2022). Antara Foto/Akbar Nugroho Gumay

JAKARTA - Sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) mencatat kontribusi terhadap penerimaan negara sebesar US$5,88 miliar pada paruh pertama tahun 2025.

Catatan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menunjukkan angka itu lebih rendah 22,93% jika dibandingkan data sumbangsih hulu migas kepada penerimaan negara yang pada semester pertama 2024 menyentuh US$7,63 miliar.

Di samping itu, realisasi penerimaan negara dari industri hulu migas belum mencapai separuh dari target yang ditetapkan pada APBN TA 2025 sebesar US$13,03 miliar, atau baru 45,1%.

"Penerimaan negara sampai Juni 2024 sebesar US$7,63 miliar, target 2025 sebesar US$13,03 miliar dan realisasi sampai dengan Juni mencapai US$5,88 miliar atau 45,1%," ucap Kepala SKK Migas Djoko Siswanto dalam konferensi pers, Senin (21/7).

Baca Juga: Bahlil Usul Harga Minyak RI 2026 Kisaran US$60-80 Per Barel

Djoko pun pesimis industri hulu migas bisa memenuhi target penerimaan negara yang dipatok pada APBN tahun ini. Pasalnya, SKK Migas memproyeksi realisasi penerimaan negara hanya sebesar US$10,83 miliar sampai akhir tahun.

"Outlook-nya (penerimaan negara) US$10,83 miliar atau 83,1% dari target," sambungnya.

Diterangkan Djoko, pesimisme itu tak lepas dari perbedaan asumsi harga minyak mentah dengan realisasi harga minyak. Perbedaan tersebut berpengaruh terhadap realisasi penerimaan negara dari sektor hulu migas pada akhir 2025 nanti.

Sekadar informasi, APBN TA 2025 mengasumsikan harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) berada di level US$82 per barel. Sementara realisasinya hingga saat ini berada di bawah US$70 per barel.

"Ini karena harga minyak di dalam APBN itu US$82 per barel, realisasinya rata-rata di bawah US$70 atau US$69 per barel. Ini otomatis karena harga minyaknya yang rendah meskipun produksinya kita bisa mencapai target," jabar Djoko.

Produksi Minyak
SKK Migas sendiri mencatat produksi minyak sepanjang Januari-Juni 2025 sebesar 579,3 ribu barel per hari (BOPD). Realisasi ini sekitar 95,75% dari target yang ditetapkan dalam APBN TA 2025 sebesar 605 ribu BOPD.

Capaian produksi minyak paruh pertama 2025 sedikit lebih baik dari realisasi produksi Januari-Juni 2024 yang sebesar 578 ribu BOPD. Sementara untuk lifting minyak, baru terealisasi sekitar 578 ribu BOPD sampai Juni 2025.

Sebagai informasi, lifting minyak adalah volume produksi minyak yang telah diolah dan siap untuk dijual.

Sekalipun realisasi produksi minyak sudah berada di atas capaian semester pertama 2024, Kepala SKK Migas Djoko Siswanto menerangkan raihan lifting atau produksi minyak Januari-Juni 2025 masih belum mampu memenuhi target tahunan.

Baca Juga: SKK Migas: Produksi Minyak Semester I/2025 RI Baru 579 Ribu BOPD

"Realisasinya kalau month-to-month sudah melebihi tahun lalu, tapi untuk target terhadap APBN masih 95,8%," terang Djoko.

Meski begitu, SKK Migas tetap memperkirakan realisasi lifting maupun produksi minyak sampai akhir tahun 2025 nanti mampu memenuhi target yang dipatok dalam APBN, yakni sebesar 605 ribu BOPD.

Djoko mengungkapkan, produksi minyak harian dari awal Juli 2025 mulai meningkat sedikit demi sedikit. Karena itu, Djoko berharap target lifting minyak dalam APBN bisa tercapai.

"Produksi minyak sejak Juli itu naik terus per harinya, terus naik 100, 100 barel, semoga ini bisa mencapai target APBN," tandasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar